CHAPTER 3

513 68 9
                                    

Yibo tampak senang melihat Xiao Zhan bersedia membantunya. Dia kemudian meletakkan sebuah kotak berwarna hitam di atas meja di depan Xiao Zhan.

"Ini adalah satu-satunya barang bukti yang ditinggalkan istriku. Saat itu aku kehilangan jejak karena dia berlari sangat cepat. Aku pikir dia kembali ke kamar, tapi rupanya aku salah. Prajurit yang melapor telah menemukan adik Wei di dekat danau teratai dalam keadaan tak bernyawa."

Xiao Zhan tampak menyimak setiap informasi yang Yibo berikan tanpa berusaha menyela. Meski dia bukan seorang detektif sungguhan, tapi ada rasa ingin tahu bagaimana, kapan, apa, kenapa dan siapa yang terlibat dalam pembunuhan dan misteri hilangnya permaisuri.

Xiao Zhan yakin, pasti ada alasan permaisuri itu harus meracuni raja. Apakah karena cinta? Kekuasaan? Atau paksaan?

"Penasehat Liu lalu datang sambil membawa pakaian permaisuri. Saat itu juga aku meminta semua prajurit memperketat penjagaan dan mencari ke mana perginya istriku. Aku yakin ... pasti ada alasan kenapa dia menghilang. Bisa jadi istriku tahu siapa pembunuhnya dan sekarang diculik," tambah Yibo dengan mata yang menerawang berkelana mengingat pada peristiwa beberapa tahun lalu.

Xiao Zhan ingin mengatakan sesuatu tentang apa yang baru saja dia mimpikan, tapi melihat Yibo yang terlihat begitu mencintai sang istri, niatnya pun urung. Lagipula Xiao Zhan merasa mengambil kesimpulan terlalu cepat. Mimpi tidak bisa dijadikan acuan bahwa orang itu jahat. Bisa saja ada hal lain di balik itu semua. Atau bahkan mimpinya itu hanya sekedar pengantar tidurnya.

Pemuda itu menghela napas berat. Dia harus segera menemukan cara kembali ke dunianya sendiri. Toko bunga dan banyak pekerjaan lain harus diselesaikan.

Bagaimana aku bisa kembali ke duniaku? Meskipun aku ingin membantu, tapi sepertinya ini akan sulit. Aku bahkan tak memiliki kemampuan sebagai seorang detektif.

"Yang Mulia ibu suri tiba!" seru prajurit yang berjaga di depan pintu kamar Yibo.

Xiao Zhan segera bangun dan berdiri merapikan diri saat ibu suri tiba.

Ibu suri yang baru saja datang kemudian melihat Xiao Zhan dari ujung  kaki hingga ujung kepala.

"Ada laporan padaku bahwa Tuan Xiao pingsan di kuil, tapi rupanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ya?"

"Benar Yang Mulia, hamba tidak apa-apa," jawab Xiao Zhan pelan.

"Kalau begitu bisa kau penuhi janjimu? Hari ini temani aku merangkai bunga dan menyulam."

Menyulam dan merangkai bunga bagi kerajaan Wang adalah dua dari tiga keahlian wajib yang harus dimiliki para selir kerajaan. Keahlian  sangat diperhitungkan oleh para anggota kerajaan untuk menilai seseorang yang akan menjadi bagian dari mereka.   

"Menyulam dan merangkai bunga?" tanya Xiao Zhan mencoba meyakinkan.

"Benar."

"Ibu, tak semua orang bisa merangkai bunga dan menyulam," ujar raja Wang mencoba memberi pengertian pada sang ibu.

"Aku bisa. Mari hamba temani, Yang Mulia," ucap Xiao Zhan yang membuat Yibo menoleh ke arahnya dan menunjukkan ekspresi seolah tengah bertanya 'apa kau baik-baik saja?'.

"Bagus. Sebagai seseorang yang akan menjadi anggota kerajaan memang harus pandai dalam segala hal. Kami tak ingin memiliki ibu suri yang tak bisa merangkai bunga dengan baik," celetuk ibu suri.

"Ibu menyindir istriku?" tanya Yibo tak terima dengan pernyataan sang ibu.

"Aku tak menyebut namanya. Kau yang mengakuinya," timpal ibu suri sambil memalingkan wajah.

Sepertinya ibu suri tak menyukai permaisuri. Apa jangan- jangan ... ah, tidak mungkin! Aku mungkin terlalu banyak menonton drama hingga pikiranku terlalu jauh

THE REAL CROWN PRINCE (Ready PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang