Setelah mendengar penjelasan dari orang yang mengaku dirinya adalah raja itu, Xiao Zhan tampak linglung. Bagaimana tidak? Dia mengatakan bahwa Xiao Zhan adalah seorang detektif muda terkenal yang dipanggil kerajaan untuk menguak kasus kematian adik ipar dan misteri hilangnya sang permaisuri.
Mimpi apa dia semalam hingga disuguhi lelucon macam ini?
Sebentar! A0pa ini adalah adegan syuting kerajaan dan aku masuk sebagai pemeran pendukung? Tapi di mana kameranya?
Melihat Xiao Zhan yang masih tampak kebingungan, raja Wang memanggil penasehat Ding---orang terdekat dengan raja Wang---dan membisikkan sesuatu padanya.
Setelah selesai, raja itu kembali menatap Xiao Zhan menunggu pemuda itu bereaksi.
"Begini ... apa aku ini benar-benar seorang detektif? Maksudku ... ini sedikit membingungkan bagiku karena tempat ini sangat asing."
"Apa ada yang mengancammu, Laoshi?" Raja Wang tampak menghela napas berat.
"Setiap penyelidikan ingin kulakukan, pasti ada sesuatu yang terjadi pada para penyelidik termasuk Anda. Aku hanya ingin mengetahui di mana permaisuri Sean dan kenapa adik Wei bisa ditemukan mati dengan kondisi tak wajar." Wajah raja Wang tampak sendu. Melihat hal itu, Xiao Zhan yang sejatinya memang berhati lembut tak sampai hati melihatnya.
Namun, bagaimana dia bisa membantu raja Wang sedangkan dirinya juga terjebak dalam situasi yang membingungkan seperti ini?
"Begini, bisakah hamba beristirahat sebentar untuk berpikir jernih?" ujar Xiao Zhan denga nada bicara yang sangat sopan.
"Tentu saja. Beristirahatlah dengan baik. Aku akan menempatkan beberapa prajurit kerajaan di sini untuk berjaga jika ada hal yang tak diinginkan."
"Terima kasih."
Raja Wang memberikan hormat lalu pamit bersama dengan penasehat dan dua prajurit yang dibawanya.
Xiao Zhan memijit kepalanya yang pusing bersamaan dengan suara seseorang membuka pintu kamar dengan keras dan berlari ke arahnya.
"Tuan muda, Tuan muda tidak apa-apa?" ujarnya dengan napas memburu seolah habis dikejar setan.
"Sehun? Kenapa kau juga berpakaian seperti itu?" tanya Xiao Zhan bingung melihat sang sahabat juga menggunakan pakaian hanfu dan bersikap aneh.
"Lalu saya harus berpakaian seperti apa, Tuan? Anda ini membuat saya takut saja."
"Sebentar, kenapa kau juga berkata formal padaku dan memanggilku dengan panggilan Tuan? Cukup aku kamu saja, tak usah terlalu formal. Sehun, apa kau tahu bagaimana keluar dari sini?"
"Sehun itu siapa Tuan? Saya Oh Young Hun. Apa Tuan memberikan nama panggilan baru untuk saya? Sehun? Kedengarannya bagus."
Xiao Zhan menepuk jidatnya. Ternyata orang di depannya ini tak bisa membantu banyak.
"Sudahlah. Daripada aku tambah stres, kau bisa keluar dari kamarku?" Xiao Zhan segera beranjak dan meminum teh yang ada di meja.
"Ini kamar Yang Mulia raja Wang. Harusnya kita yang keluar," jawab Young Hun yang sukses membuat Xiao Zhan menyemburkan tehnya.
"Apa?! Astaga! Lalu aku mengusir seorang raja? Aish, apa-apaan ini?" Pemuda itu segera beranjak dan membuka pintu.
Dua orang prajurit yang berjaga di depan pintu tak dihiraukannya, dia mengedarkan pandangan berharap raja Wang masih berada di sekitar sini.
Benar saja, di ujung paviliun, ada jembatan yang cukup tinggi. Xiao Zhan melihat seseorang tengah berdiri di sana.
Itu pasti dia!
Dia kemudian berlari menuju ke atas jembatan demi bertanya langsung pada sang raja.
Suara hembusan napas terdengar saat Xiao Zhan sampai di atas jembatan.
Meski menyadari kehadiran seseorang, raja Wang seolah larut dalam perasaannya sendiri.
"Di sini tempat adik Wei ditemukan tewas," ujar raja Wang tanpa mengalihkan pandangannya.
Perlahan Xiao Zhan mendekati sang raja. Berdiri sejajar dengannya dan menatap lurus ke danau yang dipenuhi bunga teratai itu.
"Lalu istri Yang Mulia?"
"Dia menghilang bersamaan dengan ditemukannya mayat adik Wei. Aku yakin permaisuri Sean diculik. Saat ini banyak yang ingin menggulingkan kekuasaanku. Bersama denganku sangat menyakitkan, bukan?" Tersirat wajah kesedihan yang mendalam dan dapat Xiao Zhan rasakan.
Kehilang istri yang selalu berada di sampingnya dan adik ipar yang selalu mendukungnya pasti jadi pukulan berat bagi sang raja.
"Tabib yang memeriksa mayat adik Wei mengatakan bahwa dia diracun. Keesokan harinya setelah tabib itu melapor, dia mati tak wajar. Begitulah seterusnya. Setiap ada petunjuk baru, akan ada seseorang yang mati. Aku sempat ingin menghentikan dan menutup kasus ini, tapi ada sesuatu yang membuatku harus menguaknya."
"Apa itu?" tanya Xiao Zhan yang sejak tadi mendengar cerita sang raja.
"Aku akan memberitahunya nanti. Sekarang Anda istirahatlah sampai pulih."
"Tidak, tidak. Hamba sudah pulih. Hamba akan segera pergi dari sini. Untuk tadi maaf karena tak menyadari itu kamar Yang Mulia." Xiao Zhan membungkuk memberi hormat dan berbalik untuk kembali ke kamar.
"Xiao Laoshi, maaf dan terima kasih," ujar raja Wang dengan senyum tipis yang hampir tak terlihat.
Pada titik ini Xiao Zhan terdiam. Tak pernah dia diperlakukan begitu terhormat seperti ini. Xiao Zhan tahu raja itu mengatakan terima kasih dengan jujur. Tak ada kebohongan dalam sorot matanya.
Xiao Zhan mengangguk kemudian tersenyum sebelum meninggalkan raja itu sendiri.
Malam sudah semakin larut, akan tetapi hal itu tak menyurutkan langkah sang raja yang masih bertahan di tepi danau meratapi kesendiriannya.
"Sean, apa kau merindukanku?" ujar raja Wang sambil menatap bulan yang bersinar terang.
Saat raja Wang sedang terbuai dalam suasana malam, seorang prajurit kerajaan utama datang menghadap.
"Lapor Yang Mulia, ibu suri meminta Yang Mulia menghadap di aula utama."
Raja Wang tak menjawab, dia hanya tersenyum lalu mempersilakan prajurit itu pergi dengan gerakan tangannya.
Raja muda itu tahu bahwa sang ibu pasti sudah mendengar perihal niatnya untuk kembali menguak kasus kematian adik ipar dan misteri hilangnya istri sang raja.
----
"Apa yang kau cari lagi dari permaisuri Sean? Ini sudah dua tahun berlalu, sudah selayaknya seorang raja mencari pendamping yang baru."
"Aku yakin Sean diculik! Aku akan tetap meminta tolong pada detektif Xiao melanjutkan kasus ini," ujar raja muda itu bersikukuh.
"Lalu kenapa kau tak pernah menyentuh selir Song? Dia tak kalah cantik dari Sean," ujar ibu suri tak mau kalah.
Selir Song adalah selir yang dipilih oleh ibu suri secara langsung dan sangat ia sukai.
Awalnya Yibo menolak menikahi selir Song karena dia sudah merasa cukup memiliki satu permaisuri yang menurutnya sempurna.
Namun, karena Sean bukan berasal dari kalangan bangsawan, ibu suri sempat menolak pernikahan Yibo dan Sean. Sean berasal dari wilayah konflik di kerajaan Kao Shang.
Akan tetapi, akhirnya dua tahun setelah pernikahan, Sean dinyatakan hamil dan itu membuat ibu suri senang bukan main. Tetapi kabar bahwa permaisuri Sean berselingkuh membuat ibu suri geram dan hampir saja mengusir permaisuri dari istana utama.
Ibu suri jatuh sakit dan dia memanfaatkan kesempatan itu untuk meminta Yibo menceraikan permaisuri Sean atau menikahi selir Song dengan alasan Sean tak bisa menjaga bayinya hingga keguguran. Tentu saja Yibo menolak, tapi permaisuri Sean yang memang dikenal sangat lemah lembut menyetujui persyaratan tersebut. Dia tak masalah jika Yibo menikah lagi karena seorang raja sudah selayaknya memiliki lebih dari satu pendamping.
Yibo akhirnya luluh pada permintaan sang istri. Namun selama satu tahun pernikahan, tak sekali pun Yibo meniduri selir Song. Ada pun ibu suri meminta mereka berbulan madu, Yibo hanya tidur tanpa menyentuh tubuh selir Song sedikit pun.
"Ibu yang memaksaku menikahinya. Sejak awal aku hanya mencintai Sean. Jika selir Song tak mau menerima hal itu, kita bisa bercerai sekarang juga."
"Yibo! Jaga ucapanmu! Kau ini adalah raja! Bagaimana kau dengan mudah mengatakan ingin bercerai?"
"Lalu bagaimana ibu dengan mudah memintaku berpisah dengan Sean? Sean adalah istriku. Dia menghilang dan adiknya mati tak wajar. Kenapa aku tidak boleh melihat jasadnya? Apa ibu menyembunyikan sesuatu?" tanya raja muda itu curiga.
"Kau curiga pada ibumu sendiri?" Ibu suri berdiri dengan emosi yang menggebu. Ia kemudian tampak memegang dadanya mencoba mengalihkan perhatian sang putra.
"Panggilkan selir Song kemari!" Titah ibu suri pada prajurit yang berjaga di sana.
Yibo yang melihat sikap sang ibu seolah sudah hapal dengan tabiatnya. "Selir Song bukan tabib. Jika ibu sakit, aku akan memanggil tabib untuk ibu." Yibo menunduk hormat lalu pamit dari hadapan sang ibu.
Ibu suri mendengus sebal melihat putranya yang kini seolah tak peduli padanya.
Tak berapa selang kepergian Yibo, selir Song datang memberi hormat pada ibu suri.
"Hormat Yang Mulia ibu suri. Kenapa malam-malam ibu suri masih berada di aula? Cuaca sedang dingin, tidak baik terlalu lama di luar. Ibu suri bisa masuk angin. Hamba akan siapkan teh hangat terlebih dulu." Selir Song meminta dayangnya membawakan teh untuk ibu suri.
"Kau memang anak yang cantik, pintar, baik, dan pengertian. Kenapa Yibo hingga kini masih keras kepala padahal ini sudah dua tahun sejak Sean mati." Ibu suri tampak kesal jika berbicars tentang Sean.
"Mungkin hamba belum cukup baik di mata baginda raja," ujar selir Song dengan wajah yang tampak sedih.
Ibu suri yang tak sampai hati melihat selir itu bersedih kemudian memeluknya dan mengusap punggungnya.
"Jangan khawatir. Yibo tak akan menemukan keluarga Sean yang menghilang itu. Dia nanti pasti akan menyerah dengan sendirinya."
"Apa ibu suri sudah melihat siapa detektif yang akan membantu Yang Mulia raja kali ini?"
"Belum. Itu tidak penting karena aku sudah menyuruh orang melenyapkannya."
"Detektif itu masih hidup dan sekarang berada di kediaman utama Yang Mulia raja Wang." Lapor selir itu.
"Apa? Yibo bahkan sekarang berani membawa orang lain ke kediamannya?"
"Tidak hanya itu, dayang Yang melapor pada hamba bahwa detektif itu tidur di kamar utama baginda raja."
Mendengar hal itu, rasanya kepala ibu suri mau pecah. "Astaga! Kepalaku sepertinya mau pecah. Apa detektif itu masih di sana? Panggilkan dia sekarang juga!" Perintah ibu suri pada salah seorang prajuritnya.
"Baik Yang Mulia," ujar prajurit itu yang segera bergegas menuju keluar aula utama.
Di perjalanan menuju paviliun, raja Wang melihat detektif Xiao berjalan seolah tengah kebingungan. Raja muda itu kemudian berjalan mendekati detektif yang sedang fokus melihat setiap sudut tempat itu sambil menepuk- nepuk pipinya.
"Apa Laoshi masih mencari sesuatu?" tanya raja Wang lembut.
Melihat raja itu berada tepat di depannya, Xiao Zhan hampir saja meloncat karena kaget.
"Ma-Maaf hamba bingung di mana pintu masuk kediaman Yang Mulia?" tanya Xiao Zhan malu karena setelah pergi mencari toilet, ternyata dia tak ingat jalan kembali ke kamar untuk mengajak Young Hun pergi.
Xiao Zhan tak mungkin melarikan diri sendiri. Dia tak mengenal siapa pun di sini kecuali orang yang mirip sahabatnya dan memanggil dia dengan sebutan Tuan. Itu artinya di sini pemuda itu juga mengenal Xiao Zhan dengan baik, bukan?
"Anda tersesat? Kalau begitu mari ikuti aku." Raja Wang segera berjalan mendahului Xiao Zhan yang pada akhirnya mengekor di belakang.
"Besok tolong temui penasehat Haikuan di paviliun teratai. Dia akan menjelaskan kembali informasi yang sudah dikumpulkan selama ini."
Paviliun teratai? Apa itu?
Seolah bisa membaca isi hati Xiao Zhan, raja muda itu kembali berbicara, "Paviliun teratai letaknya di depan istana ini. Setelah gerbang utama, akan ada jalan menuju paviliun sebelum Laoshi ke sini. Ini pertama kali Laoshi datang ke sini, bukan?"
"Benar," jawab Xiao Zhan seadanya.
"Terima kasih karena telah memenuhi keinginanku datang kemari meski harus menghadapi para mata-mata yang ingin mencelakai Laoshi. Aku benar-benar berterima kasih," ujar raja Wang dengan tulus.
Xiao Zhan hanya mengangguk seolah mengerti dengan arah pembicaraan raja muda itu.
Jika dipikir, raja Wang tak seperti raja yang selalu diilustrasikan tegas dan keras dalam drama-drama yang selalu Xiao Zhan lihat. Raja Wang justru berbeda. Dia tampak lembut, berwibawa dan masih muda.
"Yang Mulia, apakah hamba boleh mengajukan pertanyaan?" tanya Xiao Zhan sedikit segan.
"Tanyakanlah."
"Ini tahun berapa? Karena kecelakaan kemarin membuat otak hamba sedikit pusing," ujar Xiao Zhan sedikit berbohong.
"Laoshi rupanya senang bercanda, ya." Raja Wang bukannya menjawab. Dia justru tertawa renyah mendengar pertanyaan Xiao Zhan.
Kenapa dia tertawa? Apa ada yang salah dengan pertanyaanku? Aneh sekali!
Xiao Zhan menghela napas, dia sungguh masih bingung bagaimana bisa dirinya berada di sini? Jelas ini bukan mimpi karena semua terasa begitu nyata. Meski sebenarnya Xiao Zhan senang berada di sini karena mata semua orang tampak tertuju padanya tak seperti di dunianya yang selalu saja menyalahkan dirinya dan tak pernah menganggapnya ada.
Di sini ia seolah telah mendapatkan ruang sebuah pengakuan.
Tunggu dulu! Namanya pun sama! Xiao Zhan!
Ini benar-benar aneh! Pasti ada sesuatu yang terjadi hingga dirinya ditarik kembali ke kehidupan sebelumnya.
Apa yang sebenarnya aku lakukan dalam kehidupanku sebelumnya? Seperti apakah aku di kehidupan sebelumnya?
Saat raja Wang dan Xiao Zhan sedang berjalan pada belokan terakhir menuju kediaman utama raja, seorang prajurit menghentikan langkah mereka dan memberi hormat pada raja Wang.
"Maaf Yang Mulia, atas perintah ibu suri, hamba diminta untuk membawa Laoshi Xiao ke aula utama."
Raja muda itu merengut dengan tangan mengelus dagunya. Sepenasaran itukah sang ibu pada detektif Xiao?
"Katakan pada ibu suri bahwa Laoshi Xiao sudah tidur."
"Kenapa Yang Mulia harus berbohong seperti itu? Siapa sebenarnya Laoshi Xiao ini hingga Yang Mulia berani membawanya ke kamar? Apa dia adalah calon selir Yang Mulia?" ujar ibu suri yang datang bersama selir Song secara tiba-tiba.
Raja Wang menatap selir Song dan ibunya secara bergantian lalu berdehem.
"Kalau memang iya, kenapa? Bukankah ibu mengatakan untuk segera mencari permaisuri yang baru? Laoshi Xiao omega dengan kedudukan yang baik dan pendidikan yang bagus. Bukankah ini yang ibu inginkan?"
Tak hanya ibu suri, selir Song dan Xiao Zhan tampak kaget mendengar ucapan raja Wang.
Apa-apaan ini? Bagaimana bisa aku terjebak dalam situasi ini? Menjadi selir? Apa maksudnya?Ff ini sudah ready dalam bentuk PDF gaes ♡ yuk langsung koleksi Pdfnya ♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REAL CROWN PRINCE (Ready PDF)
FanfictionXiao Zhan hanyalah seorang penjaga toko biasa sebelum dirinya terjatuh ke dalam sebuah sungai misterius yang membawanya pada masa kekaisaran China kuno. Dia kemudian terbangun dalam jiwa detektif muda yang diminta oleh seorang raja bernama Wang Yib...