Bercerita tentang seorang pria yang memiliki rasa obsesi tinggi kepada seorang gadis bernama Cleoza Caldara.
Gazzaydan Pratama, pria kejam yang tidak pernah mau membiarkan gadis polos seperti Cleoza pergi dari hidupnya.
°°°°°
"Jangan pernah berpiki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Don't trust your own enemies."
-𝐆𝐚𝐳𝐳𝐚𝐲𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐫𝐚𝐭𝐚𝐦𝐚-
°°°°°
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°°°
4 - War🌵
Seluruh anggota ZERDAGO datang di sebuah lapangan yang sepi dan minim pencahayaan. Satu persatu dari mereka turun dari atas motor masing-masing.
Paling depan sana, terdapat seorang pria yang sudah mengepalkan kedua tangannya dengan mata bak elang yang menyorot tajam.
"Tahan emosi lo," ucap Aksa pelan. Pria itu tahu pasti bagaimana marahnya Gazza saat tahu kalau geng PANTHEO membawa tahanan cewek yang ada kaitannya dengan mereka hanya untuk membuat mereka kalah.
"Geng pantek emang," sahut Gesa dengan permen karet yang ia kunyah.
Seorang pria dari PANTHEO berjalan ke depan Gazza. "Kenapa marah? Lo takut cewek itu tersakiti?" tanyanya diikuti dengan kekehan kecil.
Pria itu bernama Deano Gentala, sang Ketua PANTHERA LEO. Deano merupakan sosok pria yang kejam. Ia tidak pernah memandang musuhnya dari gender. Baik kuat ataupun lemah, Deano selalu mengalahkannya.
Deano bahkan sudah memiliki catatan polisi, karena pernah terlibat kasus penganiyaan terhadap teman sekampusnya, hingga menyebabkannya harus dikeluarkan dari kampus yang sama dengan Gazza.
Gazza menatap Deano yang merupakan musuh bebuyutannya sejak SMP. Namun sebelum mereka menjadi musuh, Gazza dan Deano dulunya merupakan sahabat yang sangat akrab. Suatu masalah berhasil memisahkan mereka berdua hingga menjadikan mereka musuh satu sama lain.
"Lo lepasin cewek gue," titah Gazza tegas.
Deano kembali terkekeh. "Segampang itu lo minta sama gue?" Deano berjalan mendekat ke arah Gazza lalu menepuk kedua bahu tegap Gazza. "Sayangnya gue gak bisa segampang itu nurutin kemauan lo, tuan muda Gazza."
