Hari ini, Ciel berencana akan mendiami seluruh orang yang ada di rumahnya, oleh karena itu, Ciel sekarang manyantap sarapannya seorang diri, tanpa menunggu penghuni rumah yang lainnya.Bahkan, saat Diara datang dan duduk di depannya pun, Ciel sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari makanannya.
"Pagi, El."
Tidak ada sahutan.
"Tumben pagi banget?"
Sapaan dan pertanyaan Diara barusan hanya dianggap sebagai angin lalu oleh Ciel. Sebenarnya untuk Diara, tanpa ada acara Ciel mogok ngomong pun, Ciel tidak pernah tertarik untuk mengobrol dengan kakak perempuannya itu, jadi hal seperti ini sudah sangat wajar terjadi di antara mereka berdua.
"Pagi, Mi."
Mami Ciel duduk di antara Ciel dan juga Diara. "Pagi. Kamu jadi keluar, Ra?"
"Jadi, Mi. Aku minta dianterin sama Jeffan."
"Oh yaudah, bagus deh. And... Ciel." Mami Ciel beralih kepada Ciel, "Nanti pulang sekolah langsung ke tempat Mami ya, Mami mau ada perlu sama kamu."
Ciel masih fokus dengan makanannya.
"Kamu dengar Mami biacara Ciel?"
"Hm."
"Pagi, semuanya."
Ciel hanya melirik sejenak saat Jeffan datang.
"Pagi, Jeff. Udah sarapan?"
"Kebetulan sudah tante, kalian lanjut aja." Jeffan duduk di samping Diara.
Ciel mengambil tasnya dan berdiri. "Aku berangkat."
"Bentar Ciel, Mami lupa bilang. Mobilnya mau Mami pake."
Ciel menghentikan langkahnya. "Mobil yang mana?"
"Yang biasanya kamu pake. Sama supir kamu juga sekalian Mami ajak, soalnya Mami lagi males nyetir."
"Terus aku berangkat pakek apa??? Kenapa nggak pakek mobil Mami sendiri?"
"Mobil Mami lagi masuk bengkel. Kalo kamu mau, minta anter pak Yahya pakek motor."
"Aku nggak mau naik motor Mi... Mami minta anter Papi aja!" Ciel mulai merengek, gagal sudah acara mogok ngomongnya.
"Papi berangkat ke Surabaya subuh tadi."
"Bareng kita aja El, kita bentar lagi berangkat kok. Nggak apa-apa kan Jeff?"
Jeffan senyum mengiyakan, "Nggak apa-apa, biar sekalian."
"Nah, iya bener. Kamu sama mereka aja, kalo kamu nggak mau naik motor."
"Mami!" Ciel mulai merengek.
"Bareng Jeffan atau naik motor, itu aja pilihan kamu, nggak ada negosiasi."
"Ck!" Ciel berjalan keluar rumah sambil menghentak-hentakkan kakinya, persis sekali seperti anak kecil yang tidak dituruti kemauannya.
Ciel masuk lebih dulu ke dalam mobil Jeffan, sambil terus ngedumel.
"Bisa nggak sih orang-orang nggak bikin gue kesel sehari aja? Dunia ini rasanya kok jahat banget gitu sama gue, emang gue ada salah apa sama mereka?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
This Love Is Worth The Fight
RomanceLika liku kehidupan Ciel yang mencoba tobat tapi banyak banget cobaan yang gangguin. Dan juga percintaan Ciel yang menurutnya anjing banget nasipnya. Gimana ya cara Ciel menjalani semua kegalauan hidup ini?