Nggak mau!

1.7K 150 11
                                    

INFO!
Kisah ini hanya fiksi dan karangan penulis semata. Jika ada kejadian, tokoh, tempat, moment, nama dan alur yang mirip dengan hidup nyata seseorang, itu hanya kebetulan semata.

⛔⛔⛔
Jangan dicontek.
Udah baca gratisan, masih mau nyolong karya orang.

Hargai tulisan penulis dengan baik, kita sama² pakai kuota internet, jadi jangan mudah komen apalagi minta next cepat.

Yaudah, selamat membaca yes!

______

"Nggak mau!" tolak Serena saat ia baru saja ia duduk di ruang tamu. Wajahnya masih lelah tapi sudah dapat info terkini di keluarganya yang meminta ia segera menikah dengan Romeo. Anak tetangga satu RT dengannya yang ia ingat dulu sering kena omel papanya-Handoko-karena sering bikin nangis adik perempuannya. 

"Ren, Mama Papa minta tolong sekali sama kamu. Kondisinya mendesak. Apa kamu tega liat Tante Lita pergi saat anaknya belum dapet jodoh?" Rini meminta dengan sungguh-sungguh ke Serena yang menggeleng cepat. 

"Nggak, Ma. Rena nolak. Titik!" Serena beranjak, ia berjalan cepat tapi berhenti saat mamanya menjawab telepon dari seseorang. 

"Ya ampun! Iya, iya, kami ke sana sekarang!" 

Serena menoleh, ia masih menginjakkan kaki di anak tangga ke tiga menuju kamarnya di atas. 

"Rena, kita ke rumah sakit. Tante Lita dibawa ke ICU. Ayo cepet!" Rini menarik tangan putrinya, sementara Handoko segera menyambar kunci mobil yang tergantung di tempat gantungan kunci. Serena mau tak mau mengikuti. Pagar rumah bercat putih itu terbuka, muncul Tira yang baru pulang kuliah di jam tujuh malam. Ia sibuk organisasi di kampus, jadi wajar kalau pulang kuliah malam. 

"Lho ... lho ... lho, pada mau ke mana!" Tira memekik. 

"Tante Lita masuk ICU, kamu mau ikut nggak!" teriak Rini. 

"Ikut!" Lita segera membuka lebar pagar rumah. Serena kesal tetapi Tira tergelak. 

"Apa lo!" pelotot Serena. 

"Calon mantu Tante Lita nggak boleh mereh-mereh kelesss ..., cantik bener yang mau disuruh nikah anak begajulan itu," godanya. 

"Lo tau hal ini, Ra!" 

"Jelasss ...," jawab Tira sembari mengacungkan ibu jari. Serena hanya bisa cemberut. Kedua kakak beradik itu masuk ke dalam mobil, saking buru-burunya pagar lupa di tutup. Akhirnya satpam komplek diminta Handoko mengunci pagarnya. 

Dengan cepat Handoko mengemudikan mobil hingga ke rumah sakit. Mereka berempat berlari hingga ke arah lift yang akan membawa ke lantai lima tempat ruang ICU berada. Tiba di lantai lima, di depan ruang ICU, Rafli-suami Lita-sudah duduk sambil menundukkan kepala. Di sebelahnya ada Kamila anak kedua Rafli dan si tengil Romeo yang melirik ke arah keluarga Serena berjalan mendekat. 

"Raf," sapa Handoko. Rafli beranjak, ia memeluk sekilas Handoko lalu mereka bicara cukup serius. 

"Mama sesak napas lagi Tante Rini," kata Kamila sambil menangis. 

"Kita doakan Mama semoga stabil, ya. Kamila tenang, ya," ucap Rini lalu memeluk Kamila. 

Tira menyenggol bahu Serena, "Mbak, tuh, calon bojo," ledeknya seraya cekikikan. 

Jodoh Satu RTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang