Halo, jangan lupa tinggalkan jejak ya ....
_______Serena sudah berdandan cantik, Romeo yang tengah duduk santai di ruang TV hanya melirik sepintas saat Serena pamit pergi. Ia bahkan tampil memukau tak seperti biasanya.
"Lo mau ke club?" tegur Romeo masih memegang remote TV juga memangku bantal sofa.
"Rahasia. Mau tau aja. Bye!" Serena melangkah pergi dengan mengemudi sendiri di jam tujuh malam. Dari pakaiannya, Romeo tau tak mungkin ke mal atau cafe biasa, fix, istrinya mau dugem.
Diperjalanan, Serena menghubungi teman kerja juga bosnya, mereka janjian bertemu di salah satu club yang ada di perkantoran elite Ibu kota. Ia akan bertemu di parkiran mobil.
Benar saja, setibanya di sana sudah terlihat deretan mobil mewah lain yang salah satunya dikemudikan bosnya sendiri. Serena segera turun, berlari kecil menghampiri rombongan rekan kerjanya.
"Happy birthday Bu Boss!" seru Serena seraya memberikan paper bag kecil berisi kado yang ia beli kemarin. Gelang emas kecil seharga tiga juta rupiah. Bos Serena yang seorang CEO tampil cantik dan menawan berdampingan dengan suaminya yang seorang bule. Pengusaha juga dan bekerja sebagai konsultan bisnis di salah satu perusahaan telekomunikasi nasional.
Sudah ganteng, kaya raya, pinter, punya bisnis bistro dan restoran yang ada di Bali, kurang apa sebagai seorang lelaki dewasa matang.
Di dalam hati Serena iri, karena bagaimanapun ia punya standar sendiri tentang pendamping, bukan seorang seperti Romeo yang pemalas juga seenaknya sendiri.
Mereka semua berjalan masuk ke gedung, masuk ke lift menuju lantai tiga puluh. Bosnya Serena menyewa bagian sudut club yang terdiri dari beberapa meja untuk mereka merayakan pesta ulang tahun wanita karir itu.
Dentuman musik memekakan telinga bagi yang tak biasa, tapi bagi Serena itu hal wajar namanya juga di club malam.
Lima belas orang menjadi tamu undangan bosnya, termasuk Serena dan dua staf kepercayaan wanita itu.
"Eh kalian pesen aja mau makan dan minum apa pun, ya. Di luar yang udah saya pesan. Serena," panggilnya.
"Ya, Bu," jawab Serena seraya mendekat ke arah bosnya.
"Nanti Melvin dateng, tolong kamu jemput di depan, dekat lift. Dia bilang katanya malu kalau kelihatan nggak bawa gandengan ke sini," kata bosnya itu. Serena hanya mengangguk, padahal ia berpikir kenapa juga harus malu? Ah, yasudah, Serena tak mau ambil pusing. Ia segera lanjut menjalankan tugasnya untuk menuju meja pelayan juga bar, memastikan pesanan bosnya sudah siap dihidangkan.
Sebelum acara puncak yang hanya potong kue, mereka makan malam bersama, meja tempat mereka duduk penuh makanan utama. Sengaja dipesan oleh bosnya makanan berat supaya tamu undangan merasa kenyang sebelum menikmati lantai dansa yang semakin larut akan semakin panas.
Lampu temaram ditambah alunan musik yang masih bisa diterima pendengaran semua orang di sana, mampu membuat suasana makan malam santai tapi tetap seru.
Ponsel Serena bergertar, nama Melvin muncul dan ia segera pamit ke bosnya untuk ke depan pintu masuk club. Tak lupa ia mampir ke toilet untuk memoles lipstik supaya tetap on point dandanannya.
Ia berjalan anggun tapi sangat menggoda, postur tubuh semampai ditambah wajah cantik juga rambut yang ia blow bergelombang, membuat penampilannya dewasa juga sempurna malam itu.
Melvin tampak berdiri menunduk sambil menatap layar ponsel. Serena mendekat dengan senyum mengembang.
"Selamat malam Pak Melvin," sapa Serena. Melvin mengangkat kepalanya, tertegun sejenak sebelum membalas dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Satu RT
RomanceTerpaksa menikah dengan pria lebih muda, membuat Serena uring-uringan tapi tak bisa berkutik. Apalagi ini menyangkut nyawa seorang Ibu. Mau tak mau ia terima perjodohan ini yang tinggalnya masih satu RT. Serena yang dewasa bertemu Romeo yang muda...