5. Menjadi Teressa

733 65 0
                                    

***

Valerie > Teressa

Benar saja apa yang di katakan oleh Arabelle kemarin. Teressa sekarang sudah di pindahkan ke sekolah yang sama dengan king International School Of Management. Apakah Arabelle dan Louis benar benar memikirkan tentang cita citanya yang ingin menjadi model. Kenapa mereka kekeuh sekali ingin teressa mendekati king sampai sampai teressa di masukan ke sekolah management.

Di hari pertama teressa di antar oleh supirnya. Teressa turun dan berjalan ke arah gerbang. Teressa menghembuskan nafasnya kesal, setelah ia lulus dari SMA ia harus belajar lagi di SMA. Sungguh hal yang membuang buang waktu.

Teressa sekelas dengan king begitupun dengan Aya. Louis sengaja memasukan teressa ke kelas king. Teressa harus kuat mental dari mulai sekarang.

"Cerita ini udah sampai pertengahan klimaks. Ken belum bergerak. Gak mungkin juga kalo Ayana ngadu, karna gue belum resmi jadi tunangan King." Gumamnya. Ia berjalan di Koridor melewati beberapa murid yang melihatnya kagum. Bahkan ada yang terang terangan memuji dan menyapanya. Teressa tidak peduli, meskipun ia sudah biasa menjadi pusat perhatian di dunianya dulu, akan tetapi ada hal penting yang harus di jalannya mulai sekarang.

CI Management.

Kelas khusus untuk murid murid penerus dari perusahaan ternama, banyak murid berpengaruh disana salah satunya king. Kalian bertanya tanya, kenapa ayana ada di kelas yang sama. Karna itu adalah ulah king. Seharusnya ayana berada di kelas lain bukan Di kelas CI.

"Hai, kenalin nama gue Teressa Berlin, gue murid baru disini. Lo tau ruang kepala sekolah?" Sapa Teressa kepada seseorang yang sedang diam duduk sendiri di koridor. Seperti murid itu banyak masalah, terlihat dari sorot matanya yang layu.

Kasian, mana masih muda. Batin Teressa.

Pria itu menggangguk, lalu berdiri bangkit dan pergi berjalan perlahan. Mau tak mau Teressa mengikutinya.

"Lo mau anterin gue? Nggak usah tunjukin aja, gue bisa sendiri ko." Ucap Teressa. Pemuda itu berhenti lalu menunjuk arah papan yang bertuliskan peta di sekolahnya.

"Makasih ya." Ucap Teressa seraya tersenyum ramah. Ia lalu pergi meninggalkan pria yang sedang terdiam sembari menaikan sudut bibirnya kecil.

"Cute."

°•°

Setelah pergi ke ruang kepala sekolah Teressa di antar oleh guru, yang tak lain adalah wali kelasnya. Teressa mengekor di belakang nya, sesekali banyak pria yang melirik ke arahnya. Teressa tak heran, karna Teressa tau visualnya seperti apa. Bahkan Teressa lebih cantik dari pada wajahnya saat menjadi Valerie dahulu.

Sesampainya di kelas, Teressa langsung memperkenalkan dirinya. Banyak pria yang bersiul menggodanya. Teressa tak ambil pusing, bahkan ada beberapa pria yang menanyakan statusnya. Teressa menjawab ia singgle, toh pertunangan nya dengan king pun tak jadi. Sebenarnya itu adalah langkah yang bagus, karna menurut teressa sendiri bertunangan dengan king adalah awal dari kematian nya.

"Baik, kalau begitu teressa kamu bisa duduk di belakang dengan Galileo." Galileo mengangkat tangannya, teressa berjalan ke arahnya, ternyata Galileo adalah pria yang di sapanya tadi.

"Hai Galileo, nggak nyangka bisa ketemu lagi. Sebangku lagi." Ucap Teressa. Galileo tersenyum ramah.

"Panggil gue leo." Ucapnya.

"Okey, leo." Teressa mengedarkan pandangannya, tatapan nya bertemu dengan mata biru yang tajam.

Teressa tersenyum kecil ke arahnya. Ia harus meluruskan ini, teressa tak mau kalau king sudah menganggapnya hama. Ia tak mau mati di tangan king.

"Lo kenal?" Teressa mengalihkan pandangan nya. Ia menggeleng pelan.

"Kebetulan matanya ketemu, masa gue harus jutekin." Ucap Teressa.

"Jangan terlalu ramah." Ucap Leo.

"Kenapa?" Tanya Teressa.

"Nanti lo repot." Ucap Leo. Leo ada benarnya. Tapi kan ini demi misi. Lagi pula Teressa tak merasa ia ramah. Hanya kepada tokoh penting saja ia seperti itu.

"Oh ya, lo tahu orang yang namanya Ayana nggak?" Tanya Teressa.

"Ayana.. Gadis benalu itu ya." Teressa terkejut. Selain tidak mendapat kebebasan, ternyata citra Ayana kini sudah buruk dimata para murid di kelas CI. Teressa menjadi kasihan.

"Dia yang duduk di depan dengan pria yang lo beri senyuman." Ucap Leo. Teressa menatapnya. Ah, ternyata dia. Tak lebih cantik dari teressa namun gadis itu manis.

Dengan sekali lihat teressa bisa tahu, kalau Ayana tak nyaman atas perlakuan king padanya. Lelaki itu tak pernah diam, king sering memainkan rambut Ayana bahkan king tak segan menciumi wajah Ayana. Wajah Ayana sudah merah padam entah marah ataupun tersipu. King bahkan memeluk pinggang Ayana posesif.

"Nggak kebayang kalo gue jadi Ayana." Gumam teressa pelan.

"Lo bilang apa?" Tanya Leo merasa bahwa teressa mengatakan sesuatu. Teressa menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.

°•°

Istirahat pun tiba, Leo mengajaknya untuk pergi ke kantin namun teressa menolak. Meskipun perutnya meronta meminta makanan tetapi ada hal yang lebih penting.

Di cerita Ayana dan king tak pernah keluar kelas. Ayana selalu membawa bekal karna king menyuruhnya. King tidak rela jika Ayana keluar kelas maka semua mata pria akan tertuju padanya. King mau kalau Ayana terus berada di pandangannya, bukan pria lain.

"Hai, kenalin nama gue Teressa Berlin. Sebenernya gua udah tau kalian siapa, jadi kalian nggak perlu kasih tau gue." Ucap teressa.

Ya teressa menghampiri kedua disaat keadaan kelas sudah sepi, tersisa mereka bertiga. Teressa berdehem pelan saat king menatapnya tajam dan Ayana menatapnya penasaran. Ayana sebenarnya senang, karna ada orang yang menegurnya bahkan mengenalkan namanya disaat ia sedang bersama king. Sebuah keajaiban baginya. Semenjak Ayana menjalin hubungan dengan king, semua teman Ayana menjauhinya. Ayana pun tak tahu kenapa mereka melakukan itu. Ayana tak tahu saja bahwa itu adalah ulah king.

"Gue boleh pinjem king sebentar nggak? Gue ada urusan soalnya. Boleh nggak?" Ucap Teressa meminta izin pada Ayana. Ayana mengangguk seraya berkata.

"Boleh—"

"Nggak." Udara di sekitar terasa dingin. Teressa mengusap tekuknya, Ayana bahkan meringis kala tangan king kini mencengkram erat pinggangnya. Lelaki itu marah karna Ayana membiarkan wanita lain meminjam dirinya.

"Sebentar aja king, ini penting." Ucap Teressa mencoba membujuk.

"Tapi lo nggak penting bagi gue." Ucap king tajam. Teressa berdecak, ia tak suka sikap arogan yang king miliki.

Seketika teressa mempunyai ide yang cemerlang. "Lo yakin? Gue bisa aja loh bocorin tentang hal kemarin sama dia." Ancam nya.

King menatap teressa remeh, ia tak takut ancaman teressa sama sekali. Lagi pula tunangan keduanya pun tidak terjadi. Alias batal. "Silahkan, gue gak peduli."

Teressa kehabisan akal. Tapi sedetik kemudian ia tersenyum dengan senang. Ia kemudian mendekat membisikan sesuatu yang membuat king terdiam. Hawa disekitar semakin dingin.

"Jadi gimana, ada waktu kan buat gue?" Ucap Teressa dengan senyuman manisnya.

"Gudang belakang." Ucap king lalu pergi meninggalkan Teressa dan Ayana. Teressa tersenyum kepada Ayana, sekali lagi ia meminta ijin.

"Gue izin ya, sekali lagi maaf ganggu waktu kalian berdua. Gue perlu banget soalnya."

"Nggak papa ko, gue seneng malah bisa jauh dari dia." Ucap Ayana lalu mengecilkan suaranya di akhir kalimat.

"Kalo gitu gue duluan."

***

New world or old worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang