4. Dunia Film Or Novel

733 58 1
                                    

***

Air yang mengalir begitu tenang, burung yang berkicau langit yang cerah cuaca yang sejuk. Valerie menghirup udaranya rakus. Dia tak tahu kapan lagi akan ada di tempat seperti ini namun tempat ini benar benar membuatnya tenang.

Ternyata ketenangannya tak bertahan lama saat ada seorang gadis yang menghampiri nya dengan senyuman.

"Mau apa lo? Bisa jelasin kan kenapa gue bisa ngalamin hal kaya tadi. Mimpi yang lo buat kaya nyata." Ucap Valerie mendelik kesal.

"Maaf Valerie, aku benar benar minta maaf kepada mu. Tapi yang kamu alami bukan mimpi. Jiwa kamu ada di ragaku Valerie. Dan aku ingin meminta tolong kepadamu." Ucap teressa. Valerie mendelik tak suka. Minta tolong katanya, Valerie tak kenal dan ia tak sudi, ia bukan gadis baik hati.

"Aku tau kamu pasti menolak." Ucap teressa murung.

"Kalo lo tau kenapa masih maksa." Ucap Valerie.

"Maaf, tapi ini takdir. Aku sudah memilih mu. Karna kamu yang memerankan peran ku, tolong lah aku. Aku tidak ingin hidup seperti yang tertulis di buku itu. Aku ingin hidup normal. Asal kau tahu aku sudah mengulang kehidupan yang sama beberapa kali semenjak buku itu di ciptakan." Ucap teressa lirih. Hati kecil Valerie tergerak.

"Dan, asal lo tahu gua nggak percaya akan hal seperti itu. Tokoh novel hidup? Hal itu bener bener gak mungkin teressa. " Ucap Valerie membantah.

"Aku tahu hal itu nggak mungkin bagi kamu, tapi mungkin bagi aku karna aku mengalami nya. Aku juga terkejut saat pertama kali membaca buku itu. Persis seperti kisah ku. Saat aku melakukan adegan yang berbeda tubuhku merasa sakit. Aku menyimpulkan aku tidak bisa pergi dari setiap adegan ku." Ucapnya.

"Berati lo udah Ituan berapa kali dong." Ucap Valerie frontal. Teressa menutup pipinya yang terasa panas. Adegan vulgar yang di lalui nya beberapa kali, teressa selalu merasakan luka dan sakit yang sama dan ia enggan mengulanginya lagi.

"Valerie aku tahu kamu orang baik. Maka dari itu aku memilih mu, tolong bantu aku agar tidak mengulang kehidupan ku. Dan bebas melakukan apa mauku." Ucap teressa.

"Kenapa nggak lo aja. Kenapa harus gue?"

"Karna hanya orang luar yang bisa merubahnya, ciptaan manusia sepertiku tidak bisa merubahnya."

"Lo tahu lo ciptaan manusia tapi masih ingin lebih?" Tanya Valerie heran.

"Maaf, tapi kami juga punya hati." Ucap teressa dengan nada yang lirih.

Valerie benar benar merasa bahwa teressa sudah bosan dengan hidup nya. Gadis itu tidak ada semangatnya sama sekali.

"Kalo gue ubah, alur nya akan kacau. Dan mungkin tulisan di bukunya juga. Gue nggak mau baca ulang dan hafalin ulang naskah nya demi lo." Ucap Valerie.

Teressa ingin menangis, Valerie pun diam membiarkan. "Tolong aku sekali ini saja Valerie. Aku akan mengabulkan keinginan mu di akhir nanti apapun itu. Aku mohon."

"Gue nggak mau, lo bukan dewa yang bisa mengabulkan semua permintaan gue." Ucap Valerie. Teressa kehabisan akal. Memang ia tak bisa mengabulkan semuanya tapi ia akan berusaha.

"Aku akan berusaha!" Ucap teressa yakin.

"Termasuk menghidupkan orang mati?" Tanya Valerie. Teressa terdiam, kalau itu ia tidak bisa. Valerie tertawa pelan, ia melirik teressa tajam.

"Seperti nya lo salah milih orang." Ucap Valerie. Sejujurnya itu hanya trik Valerie, siapa yang ingin terjebak di dunia antah berantah, tanpa seorang pun disisinya. Ia tak mau sungguh.

"Aku tidak." Ucapnya. "Kau bisa bertemu Atlas nanti. Dan berbicara padanya." Lanjut teressa. Itu penawaran darinya.

Valerie terdiam, kenapa teressa tau tentang Atlas. Atlas adalah kekasihnya yang dulu meninggal akibat bunuh diri. Lelaki itu depresi, sebelum pergi ia meninggalkan surat untuk Valerie. Hal itu lah yang membuat nya enggan berdekatan dengan orang lain. Valerie menganggap dirinya tak berguna, ia tidak mau bahwa teman atau siapapun itu akan mengalami hal serupa karna berhubungan dengannya.

"Aku mohon. Tolong aku sekali ini saja Valerie." Ucap Teressa.

"Oke." Teressa tersenyum senang ia segera memeluk Valerie. Lalu pandangan Valerie pun semakin lama semakin pudar dan gelap. Ia merasa tersedot dan tertarik lalu hilang.

"Aku akan berusaha agar kau bisa bertemu Atlas."

°•°

Remang remang cahaya mulai memasuki penglihatan nya, buram itulah yang pertama ia lihat. Ia sedikit meringis kala merasakan pusing yang luar biasa.

Langit langit kamar yang luas dengan dekorasi mewah. Valerie mengerjapkan matanya, mungkin dirinya sedang berada di kamar teressa. Valerie jadi penasaran, siapa yang menolong dan membawanya kemari.

Valerie bangkit perlahan saat merasa pusing nya sudah mereda. Ia meminum air yang sudah di sediakan di nakas meja nya. Setelah selesai meredakan rasa haus nya. Valerie bangkit lalu melihat lihat ruangan yang resmi menjadi kamarnya.

"Not bad." Ucapnya. Kamarnya lebih luas dari apartement nya dulu, apartement yang Valerie tinggali sebelum ia debut di agency.

"Oke, gue bakal sedikit menerima hal ini. Gue akan menjadi Teressa, dan mengubah alurnya." Ucapnya dengan yakin

"Tapi, topeng apa yang harus gue pake? Gadis anggun dan ramah? Gadis dingin tak tersentuh? Nggak kayanya. Teressa juga anggun dan dingin. Gue harus nyoba sifat yang jauh dari diri teressa. Bad girl dan bar bar? Seperti nya tidak buruk." Gumamnya seraya menimang nimang. Ia sudah pernah memainkan peran Bad girl dan bar bar, saat ia syuting film kedua nya dulu. Jadi itu adalah hal yang mudah baginya.

Cklek.

Valerie terpenjat kaget, dengan cekatan ia kembali duduk dengan kaki yang lurus di kasur nya. Valerie dapat melihat Arabelle masuk dengan makanan di nampan yang ia bawa.

"Sudah sadar rupanya." Ucap Arabelle tersenyum lembut. Ia menyimpan makanan nya di nakas. Lalu duduk di tepi kasur dan mengusap surai Valerie dengan lembut.

Valerie terdiam, ia tidak merasakan kehangatan seorang ibu di dalam perlakuan Arabelle. Valerie bertanya tanya, apakah Arabelle juga sama dari dunianya. Arabelle memakai topeng? Valerie belum bisa menyimpulkan hal itu dengan cepat karna dirinya belum memiliki ingatan apapun tentang Teressa.

"Sayang, mulai besok kamu pindah sekolah ya. Sekolah yang sama dengan king, ingat kata daddy mu, kamu harus menarik perhatian nya. Kamu harus membuatnya menyukaimu." Ucap Arabelle lembut.

"Kalau aku tidak mau?" Ucap Valerie pelan, ia menatap lurus manik Arabelle. Ada sedikit perubahan di raut wajahnya namun itu hanya berlaku beberapa detik. Arabelle kembali tersenyum dengan lembut.

"Kau ingin menjadi model dan aktris kan? Turuti apa kata daddy mu sayang." Ucap Arabelle.

"Aku akan menurutinya, asalkan semua fasilitas ku di kembalikan." Ucap Valerie dengan dana tak bersahabat.

"Kamu sedikit berbeda sayang, apa ada hal yang mengganggumu. Mommy lebih suka dirimu yang anggun, dingin, dan patuh." Ucap Arabelle dengan senyuman nya. Seperti nya dia tak pernah melunturkan senyuman itu sedari tadi. Valerie jadi muak sendiri.

"Turuti saja mom, mom ingin aku mendekati king kan? Maka turuti apa mauku mom." Ucap Valerie. Raut Arabelle tak enak, ia tak tahu kenapa anaknya bisa menekan nya seperti ini.

"Baiklah, mom akan bicarakan itu kepada daddy mu." Ucap Arabelle kembali tersenyum lembut. Arabelle bangkit dan pergi dari kamar Teressa.

"Kayanya hidup gue bakal nggak bebas deh, orang tua teressa palsu banget, gak suka gue." Gumamnya menatap pintu yang tertutup.

Valerie tersadar akan sesuatu, ia lalu berdecak dan menatap langit langit kamarnya. "Sebenernya lo niat minta tolong nggak sih? Seenggaknya kasih ingatan lo ke gue, sialan."

***

New world or old worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang