°11

819 130 21
                                    

Halo? Apa kabar?

-
-
-


Taehyun melangkahkan kakinya menyusuri taman kediaman haneul. Tak bisa dipungkiri, pemandangan rumput hijau yang terhampar luas beserta lampu taman yang menyala terang bagai langit malam penuh bintang di pekarangan besar bak istana ini memang sangatlah indah. Membuat Taehyun sedikit tenang diantara isi kepalanya yang semrawut. Setidaknya, ada satu bagian dari tempat ini yang ia sukai dan bisa membuatnya cukup nyaman untuk sekedar berdiam disana beberapa puluh menit.

Merasa mood nya sedikit lebih baik, Taehyun pun berlalu menuju salah satu sudut dibagian paling belakang bangunan itu. Sebuah tempat yang tertutupi ilalang lebat, melangkah masuk diantara rimbunnya ilalang hingga ia berada tepat dihadapan pintu mirip garasi berukuran cukup besar.

Taehyun membukanya, dan masuk kedalam. Tak lupa menutup rapat kembali sebelum masuk lebih jauh. Nampak sebuah ruangan berukuran tidak terlalu besar, namun tidak bisa juga dikatakan kecil. Mirip gudang, dengan banyak perabotan yang terbungkus rapi oleh plastik.

Pemuda tampan itu mengarahkan tangannya pada meja disana, meraba debu yang menempel menggunakan jari dengan senyum kecil yang tersemat dibilah bibir. Taehyun kemudian menatap sekeliling ruangan itu sebelum menghela nafas pelan, "Bahkan tempat ini sama sekali tidak berubah" gumam Taehyun pelan.

Saat berbalik, kaki Taehyun tak sengaja menendang sebuah kotak kayu yang tergeletak terbuka dibawah meja disana. Ia pun berjongkok dan mengambil kotak itu. Ada satu kamera usang lengkap dengan rol film yang rapi tersegel, sebuah jam pasir, serta bingkai foto seorang wanita yang memeluk anaknya,

"ibu.. cantik sekali. Kalau aku jadi Ayah, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan mu" Taehyun terkekeh miris

"Dasar pria bodoh!" Maki Taehyun pelan

Taehyun meremat bingkai foto itu pelan. Ingatannya kembali pada perkataan Soobin yang beberapa kali menyindirnya karena kembali kesana setelah menolak mentah-mentah menjadi bagian dari K-Group. Dan lihatlah? sekarang dia ada dibangunan megah ini, menjilat kembali ludah nya sendiri demi mencari tau apa niat sang kakek yang tiba-tiba merusak tatanan hidup tenangnya dan memaksanya hidup sebagai seorang Kim Taehyun.

.

.
.
.
.

Pagi tiba dengan cepat. Kesibukan di bangunan megah itu mulai terlihat sejak pukul enam tepat. Beberapa pelayan sejak pagi buta sudah menyelesaikan pekerjaan mereka seperti bersih-bersih hingga menyiapkan sarapan, lalu kembali ke bangunan khusus untuk pelayan dan penjaga sebelum para pangeran kim memulai aktivitas mereka pada pukul delapan nanti.

Peraturan seperti itu sebenarnya bukan peraturan tertulis di kontrak kerja atau semacamnya. Hanya saja, kalian tau sendiri bagaimana tabiat para pangeran jelmaan psikopat itu kan? mereka akan mengerjai para pelayan bahkan kepala penjaga sebagai bentuk pemberontakan kepada kakek mereka. Hal itulah yang membuat para pekerja disana secara otomatis menerapkan peraturan agar mereka tak perlu berhadapan langsung dengan para pangeran Kim yang menurut mereka tidak ada yang waras.

Yah, lebih baik menghindar daripada harus dikerjai habis-habisan hingga akhirnya mereka kehilangan pekerjaan berharga ini kan? Jadi, tidak ada pilihan lain walaupun harus mengerahkan tenaga ekstra.

Sekarang jam menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh lima menit. Yang berarti, masih ada waktu sebelum jadwal para Kim bersaudara dimulai.

Beomgyu yang terlihat masih tidur lelap mendadak terusik akibat suara ponselnya yang berbunyi nyaring.

Brakk!!

"Aww!! Ashh, sakit!" Karena terkejut dan buru-buru bangun, kepala Beomgyu membentur meja komputer dengan kencang. Beomgyu pun kembali berbaring sambil mengusap dahinya yang bisa dipastikan akan membiru setelah ini

Metanoia || Beomgyu HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang