12

1K 168 19
                                    

Asahi-Akiro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asahi-Akiro.

.

.


"Hokkaido?!"

Keiko menjauhkan sedikit wajahnya, refleks.

Lee Haechan, memberikan reaksi antusias.

Terlebih, seruannya itu sedikit membuat telinganya sakit.

"Aku pikir ibumu akan menetap di Tokyo," Haechan membuka sebuah majalah, keduanya masih berada di dalam pesawat. "Tapi Hokkaido mungkin jauh lebih baik, daripada kota yang penuh dengan hiruk pikuk,"

"Sapporo, lebih tepatnya,"

"SAPPORO?!"

Keiko memejamkan matanya sejenak, kenapa rasanya ia seperti mengajak seseorang yang belum pernah pergi ke mana pun?

Haechan tersenyum miring, "Kau tahu? Kalau begini, daripada disebut mengunjungi orangtua, bukankah lebih tepat disebut sebagai bulan madu?"

"Aku pernah beberapa kali mendengar jika kota itu adalah destinasi yang paling direkomendasikan jika ingin berbulan madu di Jepang,"

"Aish! Kenapa pilotnya lamban sekali?! Aku ingin segera sampai! Aku saja yang kemudikan pesawat!"

Keiko diam saja mendengarkan ocehan Haechan, menyumpal telinganya dengan earphone, kemudian memandangi pemandangan awan dari jendela, dengan suguhan musik yang tenang, mungkin akan lebih bagus untuk ketenangan jiwa.

...

Sapporo, Hokkaido. Japan.

"Onee-san!!!"

"Chan nii-san!!"

Tiba di sore hari, baru saja dibukakan pagar, dua orang bocah laki-laki kembar identik itu menyambut dengan lincah.

Keluar dari sebuah rumah bergaya tradisional-semi modern.

Keiko tahu jika ayah tirinya adalah seorang arsitek, mungkin beliau sendiri yang mendesain rumah ini.

Sangat indah memang.

Pohon sakura rindang di halaman yang menjadi pusat perhatian.

Bukankah rumah ini lebih pantas disebut villa?!

"Perjalanannya sangat melelahkan?" Sayako menghampiri putrina, menyuguhkan dua gelas teh hijau. "Ah! Anak-anak jangan mengganggu!"

Keiko ikut menoleh, alasan sang ibu berseru marah.

Tentu saja si kembar.

Yang sekarang sedang menggelayuti Haechan, berebut meminta digendong.

"Tidak, sama sekali tidak mengganggu, aku juga sangat merindukan dua bocah ini, bu."

Senyum dan tawa lepas lelaki itu bukti jika ucapannya bukanlah sekedar bohongan.

"Paman- ah, maksudku, ayah, di mana?"

Recovery | LEE HAECHAN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang