6

1.2K 182 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Haechan mencengkram lengan Keiko.

Memaksa untuk berhadapan dengannya.

"Berhenti,"

"Apa?"

"Berhenti dari tempat itu," Haechan berkata dengan penuh penekanan.

"Choi Yeonjun, jauhi dia."

Keiko, memberontak, tidak ada celah, kini Haechan yang memaksa mengikis jarak.

Muak, lagi tatapan itu diberikannya.

Lelah, sebenarnya. Setiap saat harus dengan jelas menampakkan kebenciannya seperti ini.

Meski tak begitu berpengaruh pada lelaki itu.

"Tidak ada alasan untukku untuk menjauhinya,"

"Ada!"

"Katakan,"

Haechan, dengan rahang yang mengeras itu, satu patah kata pun tidak bisa dikeluarkannya.

Beradu tatap dengan Keiko.

Choi Yeonjun.

Mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya Keiko ketahui.

Dan lagi. Masih banyak.

Jika Yeonjun dengan sengaja mendekati Keiko, maka dengan mudah Haechan bisa menebak.

Apa tujuan lelaki itu.

Membalas dendam?

Sedikit saja, Haechan tidak ingin membayangkan hal itu.

Takkan terjadi.

Kehilangan seseorang yang berharga, terulang lagi dan lagi.

Sudah cukup.

Dengan cara apapun, lelaki itu bertekad.

Bahwa Keiko Miura, harus tetap berada di sisinya.

Semua sorot kebencian itu, akan diterimanya.

"Artinya, tidak ada alasan bukan? Satu-satunya adalah kau dan keegoisanmu,"

Keiko menjauhkan tangan Haechan, cengkeramannya yang mulai melemah.

Haechan yang masih terdiam.

Tidak.

Ia tidak akan membiarkan Keiko sedikit pun, yang mana akan membuat Yeonjun berpikir, bahwa dirinya memiliki celah.

"Kau benar," ucapnya kemudian.

"Aku dan keegoisanku, itu alasannya, tepat sekali."

Meraih kembali lengan istrinya itu.

Recovery | LEE HAECHAN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang