BAB SATU

9K 1.1K 32
                                    

Juju memiliki satu kebiasaan yang terkadang tidak ia sadari—ia menggigit jari kelingkingnya dan mengerutkan dahinya ketika ia berpikir.

Ia sedang menyelesaikan jurnal kedokterannya dan entah kenapa menuliskan kesimpulan di halaman terakhir draft-nya sangat sulit. Bukan ia tidak mengerti topik jurnal yang diberikan oleh Profesor Jokomandoko mengenai 'approach to acute upper gastrointestinal bleeding in adults', tapi ia kesulitan untuk memberikan evaluasi akhir terhadap topik yang seharusnya relatif mudah. Ia dengan panik mulai menggigit jari kelingkingnya dan mengerutkan dahinya ketika menyadari ini adalah kali pertama ia mengalami kesulitan menyelesaikan jurnal kedokteran "Sial," gumamnya.

Ia menuliskan satu kata lalu menghapuskannya lagi.

Ia melakukannya lagi—satu kata ia tulis, kembali ia menghapuskannya.

Juju menggigit jarinya dengan panik dan walaupun ia tahu kalau tidak baik baginya untuk melakukan hal itu, ia tidak menyadarinya sampai Alastair berjalan ke ruang makan dimana ia duduk dan melihatnya. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi—mengenakan hanya kaus putih dan celana sweatpants, rambutnya yang rapih terlihat basah dan ia mengangkat handuk untuk mengeringkannya. Lalu Alastair membenarkan letak kacamatanya keetika menatap Juju. "Kamu panik—ketika kamu menggigit jari kelingkingmu dan mengerutkan dahimu seperti itu, kamu sedang panik. Ada apa?"

Juju mendongak dari layar laptop-nya dan melihat pria itu, "Oh, hmm, tidak apa-apa."

Alastair tersenyum dan Juju melihat lesung pipinya yang dalam, "Jurnal kedokteranmu?"

"Ya, tapi aku akan menyelesaikannya malam ini. Besok aku ada enam operasi dari pagi dan aku tidak punya banyak waktu. Aku tidak akan tidur sampai jurnal ini selesai."

"What's the topic about?" tanya Alastair yang sekarang mengambilkan duduk berhadapan dengannya. Juju menggigit bibirnya dan berkata, "Kamu tidak perlu mendengarkanku. Kamu tidur lebih dulu saja, Als. Aku akan menyelesaikannya malam ini."

"What's the topic about, Juju?" tanya Alastair lagi, kali ini dengan nada lebih tegas.

Juju memindahkan laptop-nya dan mendekatkan wajahnya kepada wajah pria itu, "Prof, aku bukan muridmu."

"Bukan berarti aku tidak bisa membantumu," kata Alastair kepada Juju.

Juju mendesah, "Accute upper gastrointestinal bleeding, topiknya mudah, hanya saja kesimpulannya tidak begitu mudah."

Alastair lalu bertanya, "Apa aku boleh membaca draft-mu?"

"Kamu ingin membacanya?" tanya Juju.

Alastair mengerutkan dahinya sekarang, "Ini bukan kali pertama aku membaca jurnal kedokteranmu, Juju."

"Oh, oke," kata Juju. "Kamu tidak perlu membantuku."

Tapi Alastair tidak mendengarkan Juju lagi dan ketika wanita itu tidak bergerak untuk menunjukkan layar laptop-nya, ia berdiri mengelilingi meja dan sekarang menarik kursi untuk duduk disebelah wanita itu. Alastair lalu menarik kursi Juju untuk mendekat kepadanya. Bahu mereka bertabrakkan sekarang dan Alastair berkata, "Laptop-mu, Juju."

Juju mendesah dan mengambil laptop-nya dan sekarang Alastair membaca dua puluh lima halaman jurnal kedokterannya yang akan dinilai oleh Profesor Jokomandoko. Pria itu dengan serius mengambil waktunya memahami apa yang Juju tulis lalu ketika pria itu selesai, ia berdeham dan berkata kepada wanita itu, "It's actually very well written. Kamu memahami topik ini sangat baik, Juju. Apa yang membuatmu tidak yakin dengan kesimpulannya?"

"In my head, it's too simple," kata Juju kepada Alastair.

"Kalau sederhana—atau mudah, in this case—mungkin itu karena kamu sangat memahami topik ini dengan baik. Apa kamu pernah memikirkan kemungkinan itu? You might be an expert on this already and I believe you are."

Ode to the Stars | Makna #05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang