"Dua porsi nasi goreng pedas! Ya, Mbak cantik disana! Mbak ini nasi gorengnya," teriak Mas Kribo kepada Juju. Ia mematikan rokoknya dan membuang puntung rokoknya di salah satu tempat sampah umum yang tersedia. Ia berjalan ke arah Mas Kribo dan tersenyum, "Pesanan saya Mas."
"Iya, Mbak, awas hati-hati piringnya panas," kata Mas Kribo ketika memberikan Juju pesanannya. Juju berjalan melewati Alastair dan Leila yang mendapatkan tempat duduk dengan meja. Tempat duduknya dengan Minnie dan Abi berada sedikit diluar tenda dan mereka tidak memiliki meja sama sekali untuk menaruh piring.
Juju dengan acuh tak acuh berjalan melewati pasangan yang tidak memperhatikannya juga kembali ke tempat duduknya yang dijaga oleh Minnie. Pembeli nasi goreng Mas Kribo semakin banyak dan tempat duduk plastik semakin tidak cukup dan beberapa terlihat berdiri. Setelah Juju kembali, ia menduduki kursinya dan berkata, "Terima kasih, Minnie."
Tidak lama Minnie berdiri setelah ia mendengar Mas Kribo berkata "Satu, nasi goreng pedas, dan satu tidak pedas—ya, Mbak itu, yang punya musuh bebuyutan."
Abi yang sibuk sekarang menyelamatkan kursi Minnie melihat Juju kesulitan untuk memakan dua porsi nasi goreng yang dipegangnya. Juju menaruh salah satu piring di pangkuannya dan piring satunya lagi menjadi yang pertama ia makan. "Apa kamu akan baik-baik saja memakan dua porsi nasi goreng?"
"Oh, ya, nggak apa-apa," jawab Juju datar.
"Sakit perut nggak sih?" tanya Abi dengan mengerutkan dahi.
"Nggak," Juju menaikkan kedua bahunya.
"Sakit tenggorokan bisa-bisa sih, Ju," Abi menambahkan.
"Kamu juga makan makanan yang sama."
"Tapi porsi kamu lebih banyak—dua kali lebih banyak daripada aku," kata Abi. Minnie kembali datang dan menghentikan komentar Abi kepada Juju dengan memberikan pria itu nasi gorengnya. "Nih, nasi goreng kamu, tidak pedas."
"Aku baru saja bilang ke Juju—"
"Bisa nggak kamu biarkan Juju makan dengan tenang? Setiap hal kamu komentari. Seperti bot saja kamu."
"Bot? Like an AI bot?" tanya Abi.
Tapi Minnie sama sekali tidak lagi membalas Abi. Ia melihat Juju yang sedang memakan nasi gorengnya dengan tenang dan tersenyum, "Enak ya, Ju?"
"Iya," jawa Juju sekali lagi dengan datar.
"Kamu makan dua—seperti biasa aku tidak heran sih. Kamu kan makannya banyak," ujar Minnie kepadanya.
"Iya, aku lapar," balas Juju. "Oh, handphone-ku," ia berkata ketika menyadari kalau handphone-nya berdering. Minnie dengan sigap berkata, "Sini, sini, berikan piringmu, aku pegang terlebih dahulu. Abi, bantu Juju, ambil piring di pangkuannya."
Abi memutar kedua bola matanya dan dengan terpaksa mengambil piring di pangkuan Juju. "Maaf," gumam Juju yang sekarang sudah berdiri untuk merogoh handphone-nya dari saku.
"Cepetan," kata Abi kepadanya.
Juju mengeluarkan handphone-nya dan melihat nama Dokter Henry—salah satu dokter bedah umum meneleponnya. "Oh, halo, Dokter Henry?"
Abi menyipitkan matanya kepada Minnie seakan-akan ia berkata, 'Kenapa Dokter Henry menelepon Juju?'
Minnie membalas tatapan Abi dan berkata, 'Bukan urusanmu.'
"Oke, ya, aku akan kembali ke rumah sakit sekarang," sesaat kemudian Juju memasukkan kembali handphone-nya setelah menyelesaikan pembicaraannya dengan Dokter Henry. "Aku harus kembali, pasien Dokter Henry, Nyonya Jesika Margarethe di kamar dua belas sepuluh mengalami pendarahan ringan dan aku harus memonitornya sebelum Dokter Henry tiba di rumah sakit untuk emergency visit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ode to the Stars | Makna #05
RomansaTELAH DITERBITKAN BUKUNE PUBLISHING : Ode to the Stars. © 2023, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ADULT (25+). VIEWERS DISCRETION ADVISED. THIS WORK HAS FOLLOWED THE WATTPAD GUIDELINES FOR MATURE RATING. ========================...