BAB TUJUH

5.2K 914 35
                                    

Juju menatap langit-langit atap kamarnya dan mendesah, "Juju, ayolah kamu harus tidur," katanya kepada diri sendiri. Ia menaikkan selimut hingga menutupi wajahnya tapi bagaimanapun ia mencoba untuk tidur, ia tidak bisa.

Ia tidak pernah kesulitan untuk tidur sebelumnya ketika dirinya dan Alastair berbagi ranjang. Jangan pikirkan Alastair, Ju. Sekarang ia merasa frustrasi dan ia mengambil bantal disampingnya dan berteriak dibalik selimut. "Argh!!!"

Juju tidak sempat menyadari apa yang terjadi berikutnya karena tiba-tiba lampu kamarnya menyala dan seseorang berada diatasnya. "Hei! Ini bukan rumah kosong! Kalau kamu hantu pergi hush dari sini!"

Tiba-tiba tubuhnya dipukuli oleh sesuatu—sapu? Entahlah, Juju tidak bisa memastikan karena ia berada di balik selimut. "Tunggu! Aku Juju! Aku bukan hantu! LJ? Apa itu kamu LJ? Aku bukan hantu! Aku Juju kakakmu."

"Apa?" tanya suara yang ia kenali sebagai adiknya. Ia mencoba untuk membuka selimutnya sekarang dan melihat LJ sudah berdiri diatas ranjangnya mendekap sapu. "Kalau kamu adalah hantu yang menjadi kakakku, hush! Pergi dari kamar ini!"

Juju menepuk paha LJ dengan kedua tangannya yang terangkat, "Aku bukan hantu!"

LJ sekarang menatapnya dengan bingung dan bertanya kepadanya, "Kamu... Juju?"

"Ya, aku Juju."

"Kamu tidak pernah pulang. Apa yang kamu lakukan disini?" tanya LJ yang sekarang duduk diatas tubuhnya. "Jelaskan kepadaku sampai aku mengerti atau aku akan memukulmu lagi dengan sapu dan mengusirmu seperti hantu."

Juju menendang selimutnya membuat LJ yang duduk diatasnya terjatuh ke lantai dan adiknya menggerutu, "Juju! Aku perlu penjelasan karena kamu hampir membuat jantungku berhenti berdetak! Aku baru saja pulang dan mendengar suara teriakan dari kamarmu yang gelap. Bagaimana aku tidak berpikir kamu adalah hantu?"

"Maafkan aku," Juju berkata, ia menegakkan tubuhnya dan memperbaiki rambutnya yang berantakan. "Aku memutuskan untuk tidur di rumah ini sampai kita harus menjualnya."

LJ sekarang duduk disebelahnya di sisi ranjang dan bertanya dengan wajah penasaran, "Ada apa? Kenapa kamu memutuskan untuk pulang? Tunggu, tunggu, did you catch feelings? Itu alasan kamu pulang, bukan? I knew it. Setelah pertanyaan-pertanyaan kamu mengenai friends with benefit, kamu berpikir 'huh, that sounded familiar, that's my love story, LJ is a genius' lalu kamu pulang ke apartemenmu dan merasa 'well, oh shit, I'm catching feelings with this guy—this hot, very sexy, beast in bed, and I'm screwed' jadi kamu memutuskan untuk mengakhiri hubunganmu dengannya karena kamu takut. Am I, right?" tanya LJ kepada kakaknya.

LJ belum pernah salah sebelumnya karena ia sangat tahu semua kisah cinta kakak-kakaknya mulai dari Pia sampai dengan Juju sekarang. Masalahnya Juju adalah satu-satunya kakaknya yang sangat tertutup. LJ saja tidak tahu siapa teman dekat Juju!

"Aku ingin tidur sekarang, tutup pintu kamarku," kata Juju kepada LJ yang sekarang sudah berada dalam posisi tidur dan menarik selimutnya lagi. Tapi LJ tidak membiarkan kakaknya untuk tidur dan menyibak selimut yang menutupi wajah Juju. "I'll take it as a yes if you're not answering."

"LJ, pergi dari kamarku."

"Berarti, ya."

"Tidak, LJ."

"Siapa nama pria itu, Juju?" tanya LJ dengan cepat.

Juju dengan spontan menjawab, "Alastair."

Kakaknya belum menyadari jawabannya sendiri tapi Juju seketika tersenyum lebar. "Alastair? Namanya Alastair? Like Fred Astaire tapi Alastair? Siapa dia? A doctor like you?"

"Shit," bisik Juju yang sekarang sudah membalikkan tubuhnya dari LJ. Tapi sekarang LJ dengan menyebalkan telah memeluk Juju dan sekarang dadanya bersentuhan dengan punggung kakaknya. Ia mengaitkan kedua pahanya sehingga Juju tidak bisa bergerak pergi dan memeluk seputar tubuh kakaknya. "Who is this friend-with-benefit of yours? Cerita kepadaku. Spill!"

"Bukan siapa-siapa."

"Tapi apa yang kukatakan tadi benar, bukan?" LJ semakin memperat pelukannya membuat Juju mau tidak mau membuka selimut karena ia kepanasan. "You're catching feelings?"

"Tidak," kata Juju dengan marah. "Bug off, LJ. Ini bukan urusanmu."

"Oh, ini menjadi urusanku karena kamu telah membuat jantungku lemah tadi. Alastair—apa ia akan mengejarmu, Juju?"

"Tidak," kata Juju dengan jujur. Ia mengatakan jawaban itu tidak menyadari kalau seharusnya ia berhenti berbicara dan menutup mulutnya dari LJ. Tapi entah kenapa LJ selalu mendapatkan jawabannya. "Pria itu tidak mengejarmu?"

"Yeah, no, he's busy, okay. He's going to be in love with somebody else and I'm okay."

"Apa? Cinta segitiga? Now, this is complicated."

"Aku tidak membutuhkannya," kata Juju. LJ mendesah dan memeluk kakaknya dari belakang punggungnya lebih erat, "You're such a terrible liar. You need him. Masalahmu adalah ketakutanmu dengan komitmen, bukan? You're scared if you fall, you'll be a disaster and he's not going to catch you. Ah, Juju, what if it's not like that? What if he already fell for you and now waiting for you to do the same?"

"Kamu bukan cenayang, LJ."

"Aku penulis romans tapinya."

"Bye LJ, I'm sleeping."

"Juju, apa kamu akan menerima fakta kalau mungkin Alastair akan melepaskanmu dan melupakanmu? Bagaimana kalau ia perlahan-lahan belajar untuk tidak mencintaimu lagi?"

"Ya," kata Juju. "Pergilah."

"Jangan mengusirku seperti kamu mengusir Alastair. Aku tidak akan pergi."

"Aku tidak membutuhkanmu ataupun Alastair."

LJ berkata dengan tegas kali ini, "Juju, ini kali pertama kamu membuka diri dan memberitahuku bagian kecil—besar, sebenarnya—dari hidupmu. Aku sangat yakin kamu sangat membutuhkan Alastair sampai kamu mengatakan semua hal ini kepadaku. Why don't you rush back to —said sorry, tell him you want him back, and promise to love him forever. Kamu punya waktu untuk mengubah situasi ini. Hanya kamu yang bisa mengubah situasi ini."

"Tidak," kata Juju dengan tegas. "Berhenti memaksaku."

"Fine! Dasar keras kepala! Kalau ia menikah dengan wanita lain jangan menangis!"

"Aku tidak pernah menangis. Aku tidak menangis ketika Mama meninggal. Aku tidak menangis ketika Papa melakukan hal keji kepada Bea dan masuk penjara."

LJ terdiam ketika Juju mengatakan kata-kata itu.

"Juju... tapi kamu boleh menangis," kata LJ menekankan kata 'boleh' kepada kakaknya. "Kamu tidak perlu kuat untuk siapapun kecuali dirimu sendiri."

"LJ, Alastair tidak lagi berada dihidupku. Aku baik-baik saja. Aku juga akan merasa lebih baik lagi kalau ia jatuh cinta kepada wanita lain. Aku tidak perlu pembicaraan ini."

Adiknya mendesah dan berkata, "Take your words back, Juju. It hurts to see someone you love, loves someone else."

"For you it does, for me, I don't really care."

LJ menitikkan air mata untuk kakaknya tapi Juju tidak bisa melihatnya, "Aku ingin kamu jatuh cinta Juju. Aku tidak ingin kisahmu menjadi yang paling sedih. Aku juga tidak ingin kamu sedih."

"..."

"..."

"LJ, aku tidak sedih sama sekali."

"Kamu bohong, Juju."

Ode to the Stars | Makna #05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang