"Apa mereka tidak tahu kalau kita adalah residen yang butuh istirahat?" tanya Abimana Putra salah satu residen bedah kepada Juju, ketika mereka menyelesaikan operasi terakhir hari itu. Keduanya berada di ruang jaga untuk beristirahat, Abi meluruskan tubuhnya di sofa sementara Juju duduk menghadap komputer dan membuka jurnal kedokterannya.
"Terlebih lagi dirimu, Juju, bukannya kamu adalah residen penyakit dalam? Kenapa para profesor bedah selalu memintamu memberikan asisten kepada operasi pasien-pasien mereka? Seharusnya kamu hanya bertemu pasien rawat jalan dan inap saja. Sejak kapan kamu menjadi sering di ruang bedah?"
"Well, first, this is a teaching hospital, Abi," jawab Miernerva Gwendolyn—Minnie yang mendengar pertanyaan konyol pria itu ketika ia masuk ke ruang jaga. Minnie adalah salah satu residen, dua tahun diatas Juju dan mereka menjadi dekat ketika Juju banyak menghabiskan waktu di ruang operasi.
Minnie lalu menambahkan, "Kedua, Kita para residen mempunyai cukup banyak waktu—lima tahun lebih tepatnya di Genesis untuk mendalami dua spesialis yang diinginkan sebelum mengambil fellowship. Program residency di rumah sakit ini sangat maju dibandingkan program rumah sakit lainnya di Jakarta. Thus, she has the right to be here with us and I think you should shut up."
Abimana lalu menegakkan tubuhnya dari posisi tertidur di sofa ketika Minnie melemparkan botol air putih kosong yang baru saja ia minum ke arahnya dan Minnie mengambil tempat duduk sampingnya dengan santai. "Hey, not fair! That's workplace harassment!" kata Abi kepada Minnie.
Minnie memijat lehernya yang kaku dan tidak memedulikan Abi yang marah-marah kepadanya, "Bagaimana kalau kita makan?" tanya Minnie kepada Juju tapi sekali lagi Abi yang menjawabnya.
"Kantin mempunyai menu ayam kecap malam ini," kata pria itu kepada Minnie.
"Juju, bagaimana kalau kita makan lalu kembali beristirahat sebentar sebelum shift pagi?" tanya Minnie menghiraukan balasan Abi.
"Atau kita bisa makan nasi goreng di Mas Kribo di depan rumah sakit?" Abi kembali memberikan saran.
Minnie berdiri dari tempat duduknya dan menepuk bahu Juju, "Yuk, kita makan?"
"Aku harus menyelesaikan revisi...."
"No, you need to eat," kata Minnie memaksa. "Ayo Dokter Julienne Sastrawidjaja."
Juju berdiri dan tersenyum, "Baiklah, kantin atau nasi goreng Mas Kribo?"
"Nasi goreng," kata Abimana.
"Nasi goreng," Minnie mengikuti.
"Nasi goreng kalau begitu," jawab Juju. Ia melepaskan jas putihnya dan berjalan bersama dengan Abi dan Minnie yang sekarang berdebat mengenai apa mereka akan memesan nasi goreng pedas atau tidak pedas nantinya. Mereka bertiga berjalan keluar dari rumah sakit yang begitu megah dan luas tersebut untuk menyebrang jalan dan melihat pedagang kaki lima dengan gerobaknya yang tertulis 'Nasi Goreng Mantap Mas Kribo Asli Jakarta' yang terlihat sangat kontras dengan gedung dihadapannya.
Ketika mereka mendekat, Juju melihat setidaknya dua puluh orang sedang mengerumuni Mas Kribo yang memasak sendiri dan menerima pesanan. "...Mas, nasi goreng pedas satu...."
"...Mas, tidak pakai telur...."
"...kalau saya pakai telur, Mas...."
"...teh hangat ya Mas...."
"...Mas, saya tidak pakai kerupuk...."
Kebanyakan dari pembeli adalah staf rumah sakit dan Juju mengikuti kerumunan. Dibelakangnya Minnie dan Abi masih berdebat tapi mengikuti berdiri bersama Juju sampai mereka berada di depan Mas Kribo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ode to the Stars | Makna #05
RomanceTELAH DITERBITKAN BUKUNE PUBLISHING : Ode to the Stars. © 2023, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ADULT (25+). VIEWERS DISCRETION ADVISED. THIS WORK HAS FOLLOWED THE WATTPAD GUIDELINES FOR MATURE RATING. ========================...