Similar But Different

8 3 0
                                    

Setelah mendengar penjelasan MAIV, Langit terdiam sejenak.

"Tunggu sini MAIV" ujar Langit keluar dari kamar dan menuju ke kamar Laut.

Sesampai di depan kamar Laut, Ia berhenti sejenak dan membuka pintu nya perlahan.

"Laut??" sahut Langit masuk.

"Kenapa kau kesini, ini kamar ku" ujar Laut.

Terlihat Laut yang sedang duduk di dekat jendela melihat ke arah luar dan langit malam, memandangi sinar bulan yang menerobos masuk ke dalam jendela, suasana hening dan sejuk adalah hal yang disukai Laut untuk menenangkan diri.

"Secara teknis ini juga kamar ku" ujar Langit sambil melihat sekeliling kamar.

"Hmm"

"Ternyata selera kita tidak beda jauh" ujar Langit sambil mendekati Laut dan duduk disampingnya.

Laut terdiam tidak berpaling dari jendela ke arah langit malam.

"Aku tau yang kau rasakan Laut" ucap Langit.

"Kau tidak akan mengerti" jawab Laut.

"Aku Doppelganger mu, aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan ketika kamu merasa rasa yang sangat dalam, aku turut berduka" ujar Langit memegang tangan Laut.

"Jadi, Ibu masih hidup di dunia mu ya?" tanya Laut dengan masih memandang langit malam.

"Iyaa" jawab Langit sambil merangkul Laut dari samping.

"Jujur aku masih tidak bisa mempercayai ini, tapi entah kenapa ketika aku bertemu dengan mu aku memiliki rasa peduli kepadamu" ujar Laut membalas rangkulan itu dengan memeluk dan bersender di pundak Langit.

Terkejut Langit dipeluk oleh Laut, sontak Ia memeluknya balik agar membuatnya lebih tenang lagi.

"Jadi, kau suka film" tanya Langit melihat beberapa poster film di kamarnya, sekaligus mencairkan suasana.

"Ya aku suka" gumam Laut dipelukan Langit.

"Samaaa, film kesukaan kamu apa?" tanya Langit terlihat excited.

"Hmm, Interstellar!!!" jawab Laut bersemangat.

"EH?, Samaa. Aku juga suka film Interstellar!" ujar Langit.

Mereka berdua saling bertatap dan tertawa, suasan yang tadi sedih menjadi baik kembali. Setelah beberapa obrolan saling mengetahui satu sama lain, apa saja persamaan dan perbedaan antara mereka berdua. Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 11 malam.

"Laut, ada tidak ya kira kira diri kita yang seorang presiden di dunia lain?" ujar Langit random.

"Wah iyaa, sepertinya ada deh" jawab Laut ikut berfikir dan tersenyum.

Semakin malam, semakin random pembicaraan mereka hingga Laut pun tertidur dalam pelukan Langit.

Langit pun berusaha menggendong dan memindahkan Laut ke tempat tidurnya, "Cantiknya diriku ini" ujar Langit dalam benaknya sambil mengelus pipi si Laut. Langit pun hendak berdiri dan kembali ke kamarnya tetapi. "Eh??, kenapa? kamu belum tidur?" kaget Langit tangannya digenggam dan ditahan oleh Laut.

"Temenin aku, sini aja" ujar Laut dengan nada sayu nya mengantuk.

"EH?, maksudnya?" tanya Langit bingung.

"Bobo di sini, sama aku" ujar Laut sambil menarik Langit ke dalam pelukannya.

Langit tidak berkata apa apa saat Ia ditarik dan dipeluk dalam pelukannya Laut.

"I-iyaa, oke aku temenin" ucap Langit sambil membalas pelukannya.

Malam berlalu sinar bulan yang menerobos masuk sudah bergantian dengan sinar matahari, yang menyinari wajah Langit dan terbangun masih dalam pelukan erat Laut. Sambil mengelus ramputnya Langit tersenyum dan berusaha melepas dari pelukannya dan beranjak bangun, tetapi Laut seperti menolak dan menahan pelukan tersebut dalam tidurnya.

Me in The MultiverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang