EMPAT

819 93 17
                                    

Qilla tersenyum puas melihat pantulan dirinya dalam balutan seragam sekolahnya. Dengan rambut yang di gerai bebas serta almamater OSIS kebanggaannya, ia siap menyambut hari ini dengan hati bahagia, terlebih pagi ini, papanya sendiri yang akan mengantarnya ke sekolah. Luar biasa.

Qilla menyambar tas ranselnya kemudian lekas turun untuk sarapan pagi bersama keluarga. Di ruang makan, dapat ia lihat mama dan papanya sudah berkumpul sambil sesekali mengobrol ringan sembari menunggu kedatangannya.

"Pagi all." Qilla mencium pipi mama dan papanya bergantian.

Agra Adiwijaya, papa Aqilla tersenyum senang, "Pagi juga putri papa."

"Lama banget ya tuan putri ini turunnya." Mama Qilla mulai mengoles selai pada roti tawar yang telah di siapkan.

"Biasa ma, telat bangun." Qilla cengengesan.

"Semalem kamu keluar Qil sama papa?" Tanya sang mama seraya memberikan sepotong roti tawar pada anaknya itu.

Qilla mengangguk, "Qilla laper, jadi ajak papa yang lagi lembur keluar beli nasi gorengnya Mang Asep."

"Jahat banget gak beliin mama." Di luar dugaan, sang mama malah berucap demikian.

"Mama kan udah tidur."

"Mana ada mama mu udah tidur, sampai kita pulang beli nasi goreng itu mama mu masih melek." Sahut sang papa.

"Ngapain ma?" Qilla kebingungan.

"Nonton Mas Ziqi Qil, ganteng banget, mama gak kuat liatnya." Mama Ica senyum senyum sendiri membayang wajah tampan Wang Ziqi yang sedang ramai di perbincangkan, membuat Papa Agra mendengus malas melihatnya.

"Sadar kek udah punya suami." Sewotnya.

"Ih papa! Ganggu kebahagiaan mama aja deh."

Qilla tertawa singkat, mamanya ini memang sangat menyukai drama Korea maupun China, apalagi kalau aktornya itu tampan, alamat jadi suami online nya deh, jadi jangan heran hobi Qilla yang suka nonton Drakor atau drachin itu datang dari mana, bahkan keduanya pun sering streamin bersama. Memang kompak ibu dan anak yang satu ini.

"Gak bucin sama yang yang lagi ma?" Tanya Qilla.

"Enggak deh, mama lagi bucin Mas Ziqi sama Kang Hoon, ganteng banget abisnya."

"Papa tunggu luar Qil." Sang papa tiba tiba beranjak pergi meninggalkan meja makan.

Mama Ica terkekeh pelan, "Cemburu tuh papa kamu."

"Lagian mama seneng banget godain papa, awas loh cari janda si papa."

"Enggak mungkin papamu cari janda, dia kan bucin banget sama mama."

"Iya deh yang paling bucin bucin." Qilla mendengus malas.

"Eh Qil, mama denger denger orang yang mau pindah ke sebelah rumah kita itu cowok, masih muda, seumuran sama kamu." Sang mama tiba tiba membahas topik lain yang sebenarnya tak penting untuk di bahas.

"Terus kenapa?"

"Ck! Gini loh Qil, kamu kan bisa pdkt."

Qila mengerjap singkat, "Sejak kapan mama begini?" Bahkan ia sampai menghentikan sarapannya karena sikap aneh sang mama.

"Dari dulu kan memang begini. Nanti mama bantuin pdkt nya, tenang aja." Mama ica membulatkan tangannya seolah berkata ok.

Qilla menggeleng singkat tak habis pikir dengan jalan pikir sang mama, "Keknya mama harus ke dokter deh, mama aneh banget pagi ini. Qilla berangkat ya, papa udah nunggu di depan, assalamualaikum." Setelah mencium berpamitan dan mencium tangan sang mama, Qilla pun menghampiri papanya yang sedang melamun di teras depan rumahnya. Wait, melamun?

MY XAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang