ENAM

824 68 18
                                    

Qilla yang tengah fokus mendengarkan penjelasan guru di depan seketika mengalihkan perhatiannya saat Pak Arya yang notabennya guru BK sekaligus Pembina OSIS hadir di kelasnya. Pak Arya Nampak berbincang dengan Bu Inggit dan setelahnya memanggilnya untuk ikut keluar bersamanya. Qilla tersenyum singkat pada Bu Inggit sebelum akhirnya mengikuti langkah Pak Arya meninggalkan kelas.

"Qill, langsung ke ruang OSIS ya, saya mau ke toilet dulu." Tukas Pak Arya.

Qilla mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju ruang OSIS. Dalam hati ia bertanya tanya, ada apa gerangan Pak Arya memanggilnya, tumben sekali guru itu mendatangi kelasnya tanpa ada konfrimasi dulu sebelumnya.

Setibanya di ruang OSIS, Qilla langsung masuk ke dalam tanpa memikirkan apapun. Namun langkahnya terhenti saat netranya menangkap 5 orang remaja lelaki sedang duduk manis di kursi kursi anggota. Sama halnya dengannya, kelima remaja lelaki itu pun nampak terkejut dengan kehadirannya, mereka yang semula duduk santai seketika langsung menegapkan badannya. Sudah tertebak siapa? Ya, inti AODRA.

Qilla berdehem singkat menormalkan kembali ekspresinya. Ia kemudian duduk di salah satu sofa yang masih kosong sambil menunggu kedatangan pak Arya. Sampai disini ia tahu mengapa Pak Arya memanggilnya, pasti tak jauh jauh dari urusan inti AODRA. Qilla menghelakan nafasnya, apakah pilihannya sudah tepat untuk menjadi pengurus dari kelima remaja hiperaktif ini? Semoga saja.

Qilla menoleh kesamping saat merasakan pergerakan di sebelahnya, netranya bertubrukan dengan netra tajam milik leader AODRA. Seketika bayangan pagi tadi melintas di otaknya, berbagai perntanyaan muncul di otaknya saat mengingat kembali perkataan Vier padanya. Seolah mengetahui apa yang sedang dipikirkannya, lelaki disampingnya ini nampak tersenyum simpul seraya menandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Udah inget?" tanyanya.

Qilla yang memang tertarik mengenai pembahasan ini tanpa sadar memutar sempurna tubuhnya menghadap Vier, gadis itu menatap intens Vier yang bersedekap dada memandangnya. Sejujurnya, ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan, namun ia bingung harus memulai dari mana.

Vier terkekeh geli melihat raut kebingungan Qilla, tangannya terangkat untuk mengusap kepala gadis itu sebelum akhirnya kembali ke tempat duduknya semula, meninggalkan Qilla yang semakin runyam dengan pikirannya.

Beralih pada empat remaja lainnya, mereka tampak kebingungan dengan situasi saat ini. Setahunya, Vier dan Qilla tak saling kenal, bahkan dapat dipastikan, keduanya baru bertemu saat penggrebekan upacara senin lalu. Lantas, kenapa keduanya sudah nampak akrab sekarang?

"Lo pasti sepemikiran kan sama gue?" Hesa menyenggol Arvin di sebelahnya.

Arvin mengangguk, "Ini kita yang gak tau mereka punya hubungan apa gimana sih?"

Hesa beralih menatap Yudha dan Ijal bergantian, tanpa berkata apapun, ia yakin kedua sahabatnya itu juga memiliki isi pikiran yang sama dengannya. Pasti!

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Vier yang sedang fokus bermain game online di ponselnya berdecak sebal karena notif yang beruntun masuk.

Vier yang sedang fokus bermain game online di ponselnya berdecak sebal karena notif yang beruntun masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY XAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang