TIGA

725 80 6
                                    

Vier memasuki markas AODRA dengan wajah datarnya. Aura yang terpancar dari sosok itu kian gelap saat telinganya mendengar keempat sahabatnya membahas gadis yang tadi siang sempat membuat amarah nya memuncak.

"Udah balik lo ngab?" Arvin melemparkan sekaleng soda pada pelaku.

Vier bergumam singkat kemudian menegak minuman soda itu hingga tersisa setengah. Moodnya kali ini benar benar mirip seperti seorang gadis. Sebentar sebentar ia nyaman dengan Qilla, namun kadang di waktu lainnya ia marah pada sosok gadis itu. Sangat membingungkan.

"Lo beneran ketemu Qilla?" Tanya Yudha. Keempatnya memang mengetahui rencana Vier yang akan bertemu Qilla, entah apa yang akan lelaki lakukan, tapi yang pasti menyangkut masalah saat di sekolah tadi.

"Lo gak main fisik kan sama Bu ketos?" Kini giliran Ijal yang bertanya.

Vier langsung melayangkan tatapan tajamnya pada Ijal. Enak saja main fisik, gini gini juga ia tau mana yang harus pakai kekerasan atau hanya sekedar ancaman.

"Peace bos." Ijal mengangkat dua jarinya setelah mendapat tatapan maut dari Vier. Ya, sebelas dua belas lah sama Qilla.

"Lo apain si Qilla?" Pertanyaan ini datang dari mashiho yang sedari tadi hanya diam.

Vier mengedikkan bahunya acuh, "Cuma ancaman kecil."

Keempatnya mengangguk.

"Tapi si Bu ketos gak papa kan? Yang gue tau, dia punya penyakit jantung." Ucap Ijal.

Vier menoleh cepat ke arah Ijal seraya mengernyit bingung, "Penyakit jantung?"

"Iya, lo gak liat smartwatch yang dia pakai? Gue pernah kedapatan sekali liat dia megang dadanya sambil ngelirik itu benda."

Vier menerawang kembali saat saat bersama Qilla. Memang di tangan kanannya terdapat benda yang di maksud Ijal, namun ia tak tau jika itu adalah smartwatch, semacam alat untuk mengetahui kecepatan detak jantung.

"Gue gak tau dia punya penyakit jantung." Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Mendadak hatinya gelisah, ia takut terjadi sesuatu pada gadis itu. Apalagi penyakit jantung berkerabat dekat dengan kematian.

"Yang penting jangan kelewatan aja sih er, ye gak?" Timpal Arvin.

"Tapi tadi gak ada yang aneh kan, maksud gue responnya Qilla?" Yudha penasaran.

Vier hanya diam. Sejujurnya ia tadi menyadari perubahan aneh dari Qilla. Gadis itu nampak gemetar dengan nafas yang sedikit tak beraturan. Namun ia berfikir jika itu merupakan respon alami dari tubuh yang ketakutan, ia tak berfikir macam macam, apalagi saat itu ia tak mengetahui jika Qilla memiliki penyakit jantung.

"Dia baik baik aja." Entahlah, ia pun tak yakin dengan kalimat yang ia ucapkan.

"Btw, lo jadi pindah rumah bos?" Tanya Mashiho merasa topik Qilla sudah berakhir.

Vier mengangguk, "Hari minggu nanti."

"Asik, ada banyak nih rumah gue." Ijal tersenyum lebar.

"Dasar Bolot! Gak tau diri lo ye!" Yudha melempar bantal sofa ke arah Ijal hingga lelaki itu sedikit oleng di buatnya. Alay memang.

"Anjing lo kuda!"

"Si goblok! Anjing apa kuda?" Mashiho menengahi.

"BABI!"

Arvin geleng geleng kepala mendengarnya, "Alus bener tu mulut ngomong."

"Kan lo yang ngajarin bang!" Telak Ijal.

"Arvin, the king toxic." Yudha dan mashiho Menaik turunkan alisnya menggoda Arvin.

"Bang*at!"

"Nah kan, baru juga di omongin udah keluar aja tu kata mutiara."

MY XAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang