kebencian yang tak hilang

50 8 0
                                    

                              -Happy reading -
Aurel berjalan di lorong sekolah dengan tatapan yang  kosong,Aurel tidak peduli dengan tatapan sinis dari orang disekitarnya,ia terus berjalan menuju kelas nya.

"Eh itu bukan nya si anak haram yah?,so cool banget sih"

"Iya,gila gaya nya songong amat tu anak."

Sayup-sayup Aurel mendengar bisikian-bisikan itu.hati nya berdenyut nyeri mendengar perkataan itu.Tapi Aurel tidak menghiraukan ucapan mereka Karna itu  sudah menjadi makanan sehari-hari disekolah nya.

"gaya Lo songong amat rel,dah Berani Lo sama gue"ucap hezel sembari menjambak rambut Aurel.

"S-sakit zel,aku gak punya salah apa sama kamu "

"Lo nanya salah Lo apa,"

Hazel terkekeh sinis,hazel maju selangkah. Ia mencengkram dagu Aurel yang perlahan lahan menggeluarkan darah.

"Salah Lo,kenapa Lo harus sekolah disini,gara gara Lo sekolah disini gue kena marah bokap sama nyokap gue ,gara gara peringkat gue turun, Karna kedatangan Lo disekolah ini?!"tanya hazel dengan suaranya yang meninggi

Aurel hanya bisa diam sembari menahan sakit yang ada di dagu ny.Ter nyata kebencian itu masih ada entah kapan hilang.

"Jawab gue,bangsat!"hezel melepas cengkeraman nya dengan kasar,yang membuat aurel yang tak siap harus jatuh tersungkur ke lantai.

Hezel yang belum puas,kembali menyerang Aurel iya menjambak Jambak rambut Aurel dengan begitu kuat.Tak hanya itu tumbuh Aurel sesekali di dorong ke lantai hingga jidat nya terbentur dan mengeluarkan darah.

"Sa-sakit,u-udah z-zel "

Tiba tiba Mischa datang dari arah depan

"Aurel"panggil Mischa, kemudian ia berlari mendekati Aurel,sebelum  akhirnya langsung memeluk erat tumbuh Aurel.

Aurel bisa merasakan tangan Mischa perlahan ia membalas pelukannya.

"Its okay"ucap Mischa, seraya mengusap pelan punggung aurel, menenangkan."nggak papa, semuanya bakal baik baik aja"

"Wih ada pahlawan kesiangan nih guys"

"Gue dah berapa kali bilang sama lo! Buat berhenti bully AUREL! Tuli Lo hah?!"Teriak Mischa tepat depan hadapan hezel.

Hezel meringis jijik ketika hujan tiba tiba yang mengenai wajahnya."iyw,pelan kek kalau ngomong jorok tau gak liur loh muncrat semua ke muka gue" kata hezel mengambil tisu dan mengelap wajahnya.

Setelah selesai hezel pun  melempar asal tisu tersebut, kemudian menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatap Mischa dan Aurel.

"Gue udah bilang waktu itu,kalau gue gak akan pernah berhenti bully dia"ucap hezel sembari menunjuk Aurel.

"Gue itu suka tantangan, larangan adalah perintah bagi gue" ucap hezel sinis

----
"Rel Lo gak papa kan"tanya Mischa kepada Aurel

"gpp ko Cha, makasih yah tadi dah mau nolongin aku "jawab Aurel sembari tersenyum

"iya sama sama , Lo kalo butuh apa apa bilang sama gue aja rel"

"ouh iya Cha aku mau pulang dulu yahh, soalnya ini dah sore banget "

"mau pulang  bareng gue gk rel "

"enggak Cha,makasih dah nawarin "

"yaudah sana pergi hati hati di jalan"

"babayy Mischa Sampai ketemu besok"pamit Aurel sembari berlari

           -SEE YOU IN THE NEXT STORY-













Penyesalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang