Team A

38 15 8
                                    

                                 ― Edward Graham, laki-laki berambut hitam yang sering terlihat berantakan dengan mata besarnya ini paling protektif dengan orang-orang terdekatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                 ― Edward Graham, laki-laki berambut hitam yang sering terlihat berantakan dengan mata besarnya ini paling protektif dengan orang-orang terdekatnya. Anak tengah dari keluarga Graham yang jarang berprasangka buruk pada orang lain, kecuali pada kakak pertamanya yang selalu jahil sejak mereka kecil. Ya lihat saja siapa yang dijadikan sahabat oleh Edward sekarang, orang yang paling dihindari di Kingsley Private Highschool.

Tak seperti sahabatnya yang sering berkencan dengan banyak perempuan, Edward malah kaku untuk hal itu. Padahal wajahnya cukup tampan, malah kata ibunya, dia sangat tampan seperti sang ayah. Beberapa siswi di sekolah pun tak segan mendekati Edward terlebih dahulu. Tapi bukannya tak peka, Edward malah memilih menghindar dari mereka. Karena sebenarnya, gadis yang ia sukalah yang tidak peka!

"Whott on yo hhed, pes?*" tanya Edward tak jelas dengan mulut penuh, yang melihat Raven sudah hampir lebih dari lima menit hanya terdiam seperti berpikir, sementara dirinya asik mengunyah sebuah roti lapis sebagai makan siang.

(*What on your head, pest?)

Walaupun matahari siang itu cukup terik, tapi keduanya begitu menikmati hembusan angin yang bertiup di lapangan basket terbuka, dimana tempat mereka sekarang menghabiskan jam istirahat. Edward dan Raven duduk bersebelahan di jajaran bangku panjang penonton, bersantai menonton siswa lain yang bermain basket.  

Sadar akan ucapannya yang tidak jelas, karena yang ditanya tak juga menjawab, Edward menelan makanan di dalam mulutnya sebelum kembali bicara. "Detention class membuatmu kehilangan pita suara? Ada apa denganmu blonde?"

Akhirnya terdengar decakkan keluar dari mulut Raven. "Apa yang kau makan?" temannya itu akhirnya melirik Edward.

"Chicken panini. Want some? Aku punya satu lagi.." Edward mengeluarkan bungkusan roti lapis lain dari dalam saku blazernya.

"Gross.." Raven mengerutkan dahi.

Edward memutar bola matanya. "Semua makanan akan terlihat dan terasa sama saat kau lapar. And my pocket is clean!" 

Dengan malas, tapi perutnya mulai meraung, bungkusan roti panggang berisi daging ayam itu diambil juga oleh Raven, dan ia ikut mengunyahnya seperti Edward.

"Kau belum menjawab pertanyaanku.." ucap Edward di sela acara mengunyah.

"Which one?" tanya Raven yang kembali menonton pertandingan basket.

"Aku hanya menanyakan satu pertanyaan, Barclay. Sudah hampir sepuluh menit kau hanya diam dengan pikiranmu sendiri. Sesuatu terjadi saat kelas detensi? Evelyn? Kau bersamanya kan saat detensi," tanya Edward lagi.

Raven mendengkus. "Not everything is about your arrogant cousin. Aku hanya sedang mengingat-ingat wajah seseorang.."

Edward hampir saja tertawa jika tidak menahan makanan dalam mulutnya menyembur keluar. "Finally you have crush on someone else. Are you sure, you can move on this fast, mate?"

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang