Back to that day.
― Musik electro-pop yang diputar DJ malam itu membuat para tamu disebuah night club memenuhi dance floor. Mereka bergerak berantakan, berdansa asal dan bersorak ricuh sambil menikmati segelas, atau bahkan bergelas-gelas, minuman beralkohol sebagai pelepas stress yang terpendam selama satu minggu dalam kesibukan masing-masing.
Sama seperti alasan Evelyn menginjakan kakinya ke tempat itu sekarang.
Baiklah, dia tidak stress.
Hanya saja, ia sedang sangat kesal pada Jade yang terlalu memaksa dirinya memakai sepatu heels, padahal kakinya sedang tidak dalam performa yang baik. Dan menjadikan gadis berambut merah itu membutuhkan tempat juga minuman pereda emosi.
Evelyn terus berjalan lurus melewati kerumunan pengunjung lain, sambil sesekali meringis tipis karena terlalu memaksakan kakinya melangkah. Evelyn pun tak perduli dengan bahu yang saling bertabrakan. Sampai akhirnya dengan perlahan ia menaiki tangga spiral dimana VIP Lounge berada.
"Look.. Who's coming to us, now?" Edward melebarkan tangannya seperti akan memeluk Evelyn. Tapi sepupunya itu malah memutar bola mata dan merebut segelas scotch whiskey dari tangan laki-laki berambut hitam itu, yang sebenarnya hampir habis dengan sekali teguk.
Dan itu yang dilakukan Evelyn.
"Wow! Calm down, Eve.. Apa pesta Godfrey seburuk itu?" sahut Edward yang melihat Evelyn menghabiskan isi gelasnya.
Gadis itu mengernyit saat rasa pahit seperti rerumputan dan pedas rempah yang menyerang lidahnya juga tenggorokannya. Tapi dia masih merasakan sedikit rasa manis buah yang menguar dari minuman itu. Sehingga Evelyn bisa mentolelirnya. "Don't say a word." Ia mendelik sepupunya.
"Eve.. sit first." Hazel yang tadinya sedang menikmati segelas martini, langsung berdiri dan meraih tangan sahabatnya untuk duduk di sebuah sofa panjang.
"Berikan aku yang sama sepertinya," ucap Evelyn yang menunjuk sepupunya pada seorang bartender yang berada di balik bar VIP lounge, sebelah sofa.
"No!" cegah Hazel. "Berikan saja dia sesuatu yang menyegarkan.."
Evelyn menggerutu mendengar itu, tapi tak menyuarakan protesnya. Dari sofa, pemandangan mereka langsung pada keramaian yang sedang terjadi di lantai bawah dari sebuah kaca besar yang membatasi ruangan.
"Kau baik-baik saja?" tanya Hazel yang memandang khawatir sang sahabat. Sejak setengah jam yang lalu Evelyn menelepon dan menanyakan keberadaannya, dia sudah curiga pesta di rumah Jade tak berjalan dengan baik. Sahabatnya itu belum menceritakan apapun kenapa mau menyusul ke club yang sedang didatanginya bersama Edward.
Bartender tadi akhirnya datang membawa nampan yang berisi segelas cantik minuman dingin bening dengan hiasan daun mint dan irisan lemon. "Apa ini?"
"Cocktail, Miss.."
Evelyn menatap ngeri minuman yang sudah pasti berkadar alkohol rendah itu, "Aku tidak-"
"Sudahlah, Eve!" Hazel langsung menyambar gelas itu dan menyuruh bartender pergi. "Minum ini atau kita pulang." Ia mengancam sahabatnya.
Evelyn mendengkus kencang. "Kamu ini kenapa sih, Haz??"
"Kamu yang kenapa?!" serang balik Hazel. "Jangan seperti ini, Evelyn. Tenangkan dirimu dan ceritakan apa yang terjadi."
Gadis berambut merah itu menghela nafas. Saking mood-nya tak ingin pulang, Evelyn menurut saja pada Hazel lalu menenggak minuman itu untuk meredakan emosinya. Ia menaruh gelas begitu isinya habis. "Aku hanya kesal dengan Jade." ucap Evelyn akhirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold
Fiksi PenggemarKehidupan sempurna seorang Evelyn Scarlett Hilton, menjadi penuh kekacauan saat fotonya bersama Raven William Barclay menyebar di sekolah. Seorang laki-laki yang sudah dilarang ayahnya untuk bersosialisasi dan playboy paling terkenal di Kingsley Pri...