So Much Happened Today

79 17 3
                                    


* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

             ― Hazel Raylie Wright, gadis cantik sahabat sejak kecil Evelyn ini memiliki rambut berwarna coklat gelap panjang bergelombang dan mata besar coklat terang kehijauan, sesuai dengan arti nama gadis itu. 

Hazel merupakan putri satu-satunya dari keluarga Wright. Keluarga yang tak kalah terpandang seperti teman-temannya yang lain. Memiliki seorang ibu pengacara yang sibuk dan ayah yang setiap hari bekerja sebagai profesor di sebuah universitas ternama, menjadikan Hazel tak betah di rumah sendiri dan lebih memilih bermain di rumah Evelyn juga bersama sepupunya. Itulah kenapa sejak kecil Hazel juga akrab juga dengan Edward Graham, anak kedua dari adik perempuan ayahnya Evelyn. Yang selalu datang ke rumah Evelyn karena kesal sering dijahili oleh kakaknya di rumah. 

Mata besar Hazel kini sedang menatap nanar layar ponselnya.

Tut-

Tut-

Tut.

Ia mendesah, menyerah.

Sudah kesekian kalinya Evelyn menolak panggilannya hari ini.

Selalu saja seperti itu.. Dirinya diabaikan saat sang sahabat sedang banyak pikiran.

"Bagaimana?" tanya seorang laki-laki berambut hitam di sebelah Hazel.

Hazel mendengkus kecil. "Kenapa bukan kau saja yang menelepon? Sepupumu itu kan selalu mendiamkanku jika ada masalah.."

Laki-laki di sebelahnya itu berdecak, "Kira-kira dimana dia sekarang?" tanyanya lagi.

Hazel menaikan bahunya, "Entahlah. Tapi, karena dia tak masuk kelas pagi, aku yakin dia membolos hari ini.." jawabnya.

Laki-laki itu, Edward Graham. Sepupu Evelyn yang tumbuh bersamanya, hingga sampai sekarang mereka bertiga satu kelas. Edward memiliki rambut hitam dengan style yang sedikit berantakan. Tubuhnya cukup tinggi untuk ukuran laki-laki, puncak kepala Hazel saja hanya mencapai dagu laki-laki itu jika mereka berdiri berjajar. 

Edward kini duduk di sebelah Hazel, ia menaruh dahinya di atas meja. Merasa pusing sendiri memikirkan masalah yang sedang menjadi buah bibir siswa satu sekolah tentang sahabat dan sepupunya itu. "Evelyn pasti akan lebih mendiamkanku, jika tau kalau aku terlibat dalam kerusuhan ini.." ucap Edward, ia kembali terduduk tegak sambil mengacak pelan rambutnya.

Hazel mengerutkan dahi, menatap bingung dengan apa yang baru saja temannya itu katakan. Tapi laki-laki yang ditatap bukannya menjelaskan, malah jadi adu tatap dengan Hazel selama beberapa saat. Sampai akhirnya si gadis membelalakan matanya.

Salah satu kemampuan yang dibanggakan Hazel, saking sudah lamanya ia mengenal laki-laki itu, dia jadi bisa membaca pikiran dari seorang Edward Graham.


The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang