Another Red Hair

24 11 1
                                    

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

                     ― "Graham, kau mendengarkanku atau tidak?"

Dengan langkah lebar, Raven menuju mobilnya yang terparkir sembari mematikan alarm kendaraan mahal beroda empat yang hanya memiliki dua pintu masuk itu. Sementara di sebelahnya, Edward berusaha mengimbangi langkah. Dahinya berkerut tanpa mengeluarkan suara, yang membuat sang sahabat bertanya demikian.

Begitu bel akhir pelajaran berdering, keduanya tak ingin berlama-lama di dalam kelas, sehingga mereka sudah bergegas pulang.

"Memangnya kau pikir sejak tadi telingaku kemana?"

Raven mendelik. "Lalu kenapa sepanjang jalan menuju tempat parkir ini kau diam saja?"

"Hanya sedang berpikir.."

"Apa?" tekan Raven yang akhirnya mencapai pintu mobil, membukanya, tapi menunda untuk masuk. Edward ikut menghentikan langkah dan menatap temannya ragu, seperti enggan mengatakan apa yang ingin disampaikan.

Saat Edward akan membuka mulut, perhatiannya malah teralihkan pada dua gadis yang berjalan menuju gerbang sekolah. Raven pun mengikuti bola mata temannya yang ternyata mengarah pada Evelyn dan Hazel. Kedua sahabat itu hanya saling berpamitan, karena si rambut merah memasuki mobil yang sudah menjemputnya dan langsung membawanya pergi. Pastinya menuju rumah gadis itu, karena mobil tadi adalah salah satu mobil milik keluarga Hilton yang sudah dihafal mereka berdua.

Kedua laki-laki itu melihat Hazel menggunakan ponselnya. Karena jarak mereka tidak begitu jauh, walaupun samar, Edward dan Raven dapat mendengar apa yang Hazel katakan.

"Hmm Evelyn sudah pergi. Kau dimana? Aku menunggu di depan gerbang saja ya..?" suara gadis itu tak terdengar lagi seiring langkahnya ke luar gerbang sekolah dan menghilang dari pandangan.

"Edward, keningmu makin berkerut.." ucap Raven yang membuat Edward terkesiap, seolah membangunkannya dari lamunan.

"Seperti apa yang telah kau ceritakan tadi, Raven.. " Edward akhirnya kembali menghadap sahabatnya. "Menurutku, tak ada salahnya membantu Lavender mengerjakan tugas Social Studies-nya."

Kini giliran Raven yang mengerutkan dahi. Setelah diam saat ditanya, pendapat untuk ceritanya malah baru tersuarakan sekarang. Padahal Raven sedang menanyakan hal lain. Tapi biarlah, seorang Edward Graham tak akan lama menyimpan apapun yang ada di otaknya.

Kecuali hatinya. Itu urusan lain.

Si rambut pirang memutar bola matanya. "Aku tidak bisa membantu tugas Lavender dengan judul yang seperti itu. Keluarga apa yang akan adikmu lihat? Aku bersama pelayan-pelayanku?"

Edward menyunggingkan senyum tipis dengan tatapan iba untuk sang sahabat. "Bukankah itu maksud dari judul jurnal yang akan Lavender presentasikan? Melihat bagaimana uang bisa membeli segalanya, seperti Porsche ini, tetapi tidak untuk membeli waktu kebersamaan bersama ayahmu, yang membuat kalian tidak dekat.."

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang