Kehidupan sempurna seorang Evelyn Scarlett Hilton, menjadi penuh kekacauan saat fotonya bersama Raven William Barclay menyebar di sekolah.
Seorang laki-laki yang sudah dilarang ayahnya untuk bersosialisasi dan playboy paling terkenal di Kingsley Pri...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
― Laki-laki tampan berambut coklat gelap itu meremat bola berwarna hijau terang sebesar kepalan tangannya, sementara tangan kanan memegang erat pegangan sebuah raket. Karena matahari yang cukup terik juga permainan yang telah berjalan setengah jam, peluh sudah membasahi dahinya. Untung saja head band yang dipakai cukup mengurangi cairan tubuh itu meluncur langsung ke mata. Tanpa menunggu apapun lagi, Jade Godfrey melempar bola ke udara. Lalu dengan cepat memukulkan bagian tengah senar raket pada bola, sebelum bola itu jatuh membentur kepalanya.
Servis yang dilakukan Jade membuat bola meluncur melewati net dan memantul ke area lawan. Tapi dengan seketika, bola dapat dipukul oleh sang oponen dan meluncur kembali menuju laki-laki itu.
Jade kembali bergerak, melebarkan langkah menuju arah kedatangan bola dan memantul di areanya. Ia mengayunkan tangan lagi, berusaha untuk memukul balik bola. Kali ini ia mengarahkan bola ke area lawan, yang kemungkinan akan sulit dijangkau laki-laki berambut hitam yang sedang menjadi rival.
Tapi ternyata, Jade salah kira. Sang lawan belum kehilangan stamina. Bola dapat dipukul lagi dan meluncur kembali pada laki-laki berambut coklat itu. Jade bersiap menyambut bola. Mengumpulkan sisa tenaganya agar bola yang ia pukul bisa meluncur lebih cepat ke arah lawan. Jade mengayunkan raketnya lagi, bola akhirnya dipukul balik sesuai dengan kecepatan yang diinginkan laki-laki itu.
Jade sedikit menggeram. Lawan kembali dapat memukul bola, membuatnya kembali bersiaga. Tapi akhirnya sorakan terdengar, membuat Jade bernapas lega dan wajah tegangnya langsung sirna.
"Game!" sahut guru olahraga yang sedang berperan sebagai wasit, mengakhiri permainan.
Ternyata karena kecepatan bola yang dipukulkan Jade, tenaga lawan kali ini tak dapat mengimbangi. Membuat bola yang dipukul balik itu meluncur ke net dan menyangkut. Tak masuk area pergerakan laki-laki berambut coklat.
"Skor akhir, 40 - 30." Sang wasit kembali mengumumkan. "Pemenang, Jade Godfrey mendapat nilai A plus. Dan nilai A untuk lawannya, Edward Graham."
Teriakan bahagia para wanita terus terdengar di pinggir lapangan. Meneriakan dan mengagungkan nama Jade Godfrey.
Hanya satu teriakan untuk Edward. Yang malah membuat laki-laki berambut hitam itu ingin membekap mulut sahabatnya. "Yeeeahh Edward! You're awesome! Incredible! Magnificent!" suara Raven terdengar tidak semangat. Temannya itu sedang duduk di sudut bangku panjang penonton, jauh dari teman sekelasnya yang lain. Mereka semua menunggu giliran bermain.
"Damn! Padahal sedikit lagi." Edward menghela napas melihat senyum lebar yang di lempar Jade. Kedua pemain berjalan ke tengah lapangan tenis. Saling berjabat tangan di atas net.
"Good game.." ucap Jade.
Edward tak menjawab. Ia melirik kesal laki-laki berwajah ceria itu, lalu berjalan ke sisi lapangan, dimana Raven berada. Berlawanan arah dari tujuan Jade.