IRIS 07

4.2K 681 13
                                    

- I R I S -

Renjun duduk termenung di dalam sebuah ruangan yang dia yakini sebagai ruang doa melihat ada begitu banyak deretan kursi yang mengisi ruangan serta altar untuk sang pendeta biasa memimpin doa. Karena doa sudah dilakukan sejak sebelum dirinya datang, jadi tempat ini menjadi kosong megingat semua orang sudah kembali pulang pun para pendeta kembali pada pekerjaan masing-masing.

Meski terlihat diam sebenarnya ada begitu banyak pertayaan yang singah dalam benak. Renjun ingin menangis, tapi bahkan air mata tak sudi untuk keluar membuat Renjun hanya bisa terdiam.

Renjun mendongak, menatap patung dewa yang berada tepat di tengah-tengah ruangan di atas altar. "Dewa, sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa hidupku seperti ini? Ibu bilang bahwa kemampuanku adalah berkah darimu, tapi kenapa kau tidak menolong kami dan terus membuat kami menderta?"

Renjun tidak tahu, apa sebenarnya tujuan dari kelahirannya, apakah memang hanya untuk melihat dan mengalami hal-hal yang mengerikan? Lalu tiba-tiba seorang Raja yang hebat mengakui bahwa dirinya adalah anaknya? Apakah hidup Renjun begitu mudah sampai ada orang yang dengan gampag melontarkan gurauan omong kosong tidak berguna.

Jika dia memang memiliki ayah yang begitu hebat, lalu kenapa? Kenapa dia tidak pernah muncul di saat Ibunya dan dia membutuhkan pertolongan? Kenapa baru sekarang dia muncul setelah Renjun kehilangan banyak hal? Lalu, apa Renjun harus merasa bahagia dan menerimanya dengan mudah seolah tidak pernah teradi apa pun?

Saat Renjun tengah bergulat dengan pikiran serta perasannya, tiba-tiba dia merasakan seseorang duduk di sampingnya, sontak Renjun menoleh guna melihat orang tersebut yang ternyata salah seorang pendeta wanita dari kuil.

"Aku tidak bermaksud menggangumu, tapi sepertinya kau sedang bingung, apa aku salah?" Ucap si pendeta wanita dengan sorot mata teduh menatap Renjun.

Renjun tak langsung menjawab, dia kembali alihkan perhatian pada patung dewa yang ada di atas altar. "Jika anda selama ini hidup dengan penuh air mata tanpa ada yang mempedulikan bahkan memberikan pertolongan sampai rasanya ingin menyerah, kemudian ada seseorang yang datang dan mengatakan bahwa dia adalah keluarga anda, apa yang akan anda lakukan?"

Sang pendeta mengikuti arah pandang Renjun, suara hembusan napas pelan keluar dari belahan bibirnya, "Tentu saja aku tidak akan bisa menerimanya dengan mudah. Tapi, bukankah setiap orang punya alasan? Mungkin saja orang yang mengaku sebagai orang tuamu telah berusaha mencari tapi tidak bisa menemukanmu lebih cepat. Tidak bisa dan tidak mau adalah dua hal yang berbeda, kalau kau hanya memikirkan tentang rasa sakitmu maka kau tidak akan bisa melihat sebuah kebahagian yang telah dewa siapkan untukmu. Nak, dari pada kau bingung seperti ini dan menduga-duga hal yang tidak pasti, bukankah sebaiknya kau bertanya langsung pada orang tersebut tentang semua kehawatiran yang kau rasakan, tentang jawaban dari seluruh pertayaan yang ingin kau ketahui?" Sang pendeta memberi jeda sebelum kembali melanjutkan, "Terkadang memang sebuah kejujuran tidak selalu hal yang manis, tapi itu lebih baik dari pada tidak mengetahui apapun dan menyalahkan tanpa alasan seolah kita adalah orang yang paling tersakiti."

Ucapan sang pendeta merasuk perlahan-lahan pada diri Renjun, jalan yang dia pikir tidak bisa dilewati kini mulai nampak terbuka. Semua ini memang serba mendadak dan membuat Renjun sedikit terguncang, namun jika dia hanya diam saja dan bertanya-tanya seperti ini juga tidak akan menghasilkan apa pun.

Setelah merasa bahwa pikirannya cukup jernih, Renjun beranjak dari ruang doa tak lupa mengucapkan terima kasih pada si pendeta wanita yang memberikannya solusi. Lepas bertanya pada pendeta yang sebelumnya membawa Renjun ke ruang doa perihal keberadaan sang Raja, si pendeta menuntun Renjun menuju halaman belakang yang luas dengah hamparan rumput hijau, bunga warna-warni yang bermekaran serta sebuah danau dengan air jernih kebiruan di tengahnya, disanalah Chanyeol berdiri menunggu Renjun seraya melihat kilauan air danau yang terpapar sinar matahari.

I R I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang