IRIS 08

3.3K 584 45
                                    

- I R I S -

;

Langkah Haechan tertahan mana kala sebuah tangan menggenggam dengan erat. Seolah tahu siapa si pelaku yang menghentikan jalan, Haechan lekas berbalik seraya menepis kasar tangan orang tersebut.

“Tuan Jaemin, tolong berhenti bemain-main seperti itu, saat ini saya sedang bekerja,” Ungkap Haechan dengan nada terdengar tak bersahabat lantas tanpa menunggu jawaban dari si pelaku yang ternyata Jaemin, dia bawa tungkai menjauh.

Namun, baru beberapa langkah saja, Haechan harus kembali terhenti lantaran sebuah kalimat yang keluar dari belahan bibir Jaemin.

“Mau sampai kapan kau menghindariku seperti ini? Buknakah aku sudah katakan dengan jelas bahwa kejadian waktu itu hanya salah paham? Para Lady dan submisive itu yang lebih dulu mendekatiku, bukan karena keinginanku!” Kesalah-pahaman yang Jaemin maksud adalah saat pesta beberapa bulan yang lalu, Haechan tak sengaja melihatnya sedang mencium seorang nona bangsawan. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah Jaemin hanya membantu nona tersebut yang katanya merasa tidak nyaman karena matanya kemasukan debu, dari sudut pandang Haechan jelas sekali itu terlihat seperti berciuman.

Haechan menoleh, sorot mata menatap Jaemin tajam, “Jangan salah paham, tuan Jaemin! Saya bukan menghindari Anda, tapi saya memang sibuk mengurus mansion ini dan saya bahkan tidak peduli dengan apa yang Anda lakukan dengan para Lady ataupun submisive itu, terserah Anda mau berbuat seperti apa!”

Jaemin merasa tidak nyaman dengan situasinya yang kini berubah menjadi seperti sedang perang dingin dengan Haechan. Sebelum ini hubungan keduanya baik-baik saja, Jaemin sudah lama menyukai Haechan akan tetapi dia menyadari adanya kesenjangan sosial yang begitu transparan antara keduanya, sehingga Jaemin sempat memutuskan untuk berhenti. Namun, ternyata rasa sukanya pada Haechan melebihi apa yang dia pikirkan sehingga Jaemin berani mengambil resiko untuk semakin dekat dengan Haechan meski tak mengatakan bahwa dirinya menyukai Haechan.

Sedangkan Haechan sendiri. Siapa yang tidak akan suka dengan Jaemin? Dia seorang pemuda dari keluarga dengan latar belakang yang baik, bahkan jika tidak menjadi tangan kanan sang Duke, Jaemin bisa saja menjadi Marquis yang baik menggantikan Ayahnya. Namun, pada setiap kesempurnaan pasti ada satu titik kecacatan dan Haechan juga tahu bahwa Jaemin adalah seroang playboy dengan mulut manis yang kerap menggoda para Lady dan submisive, bahkan rumor ini sudah sangat terkenal di kalangan para bangsawan.

Ya, Haechan memang menyukai Jaemin terlepas dari semua rumor yang pernah dia dengar, tapi dirinya cukup sadar diri bahwa keduanya tidak akan bisa bersama. Mencintai seseorang seperti Jaemin hanya akan membuatnya sakit, sudah tahu seperti itu, tapi Haechan tetap saja tidak bisa mengendalikan perasannya.

“Jika tidak ada hal lain yang ingin anda katakan, saya permisi! Tolong jangan mengganggu pekerjaan saya,” Ujar Haechan yang memiliki arti menjauh dari ku atau jangan ganggu aku, lantas membawa tungkai menjauh dari hadapan Jaemin.

Jaemin mengusap surai coklatnya dengan sedikit kasar. Entah sejak kapan, tanpa Jaemin sadari Haechan telah menjadi bagian dari hidupnya. Harus dengan cara apa lagi supaya Haechan mau berdamai dengannya?

“Kau masih belum berbaikan dengan Haechan, ya?” Ujar sebuah suara yang berasal dari belakang Jaemin, sontak saja pemuda dengan surai coklat itu menoleh.

“Ya begitulah,” Jawab Jaemin acuh tak acuh.

“Aku sudah bilang kan, jangan terlalu ramah dengan para Lady dan submisive karena mereka mudah sekali salah paham dan beranggapan bahwa kau tertarik dengan mereka hanya karena sebuah kebaikan dan perhatian kecil yang kau berikan.” Dia adalah Jeno. Persoalan Jaemin yang menyukai Haechan bukan lagi menjadi rahasia bagi Jeno. Sebaliknya, dia tidak melarang pun tidak mendukung, yang jelas selama semua ini tidak mempengaruhi pekerjaan mereka, maka itu cukup.

I R I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang