- I R I S -
;
Dua hari sudah berlalu sejak Renjun jatuh tak sadarkan diri, baik Chanyeol ataupun kedua putranya tak pernah absen mengunjungi Renjun secara bergantian, apa lagi Mark yang paling merasa bersalah sebab keadaan Renjun jadi seperti ini karena kecerobohannya.
Perlahan kedua mata Renjun terbuka, hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit kamar yang berwarna putih. Kepala terasa pusing tatkala samar-samar ingatan tentang bagaimana dia jatuh pingsan memenuhi benak.
“Anda sudah sadar, Yang mulia!!” Ujar salah seorang pelayan perempuan yang bertugas memeriksa kondisi Renjun setiap setengah jam sekali. Betapa dia sangat senang melihat sang tuan yang akan dia layani sudah bangun. Namun, karena suaranya yang keras membuat Renjun terkejut, gadis itu sedikit menyesal. “Maaf Yang mulia, saya membuat Anda terkejut.”
Renjun beringsut bangun, merubah posisi yang semula berbaring menjadi duduk. “Kau... Siapa?” Tanya Renjun pada sosok pelayan asing yang baru pertama kali dia lihat. Pelayan ini berbeda dengan yang kemarin mengaku sebagai kepala pelayan meski pakaian yang di gunakan nyaris sama.
Gadis muda dengan rambut kepang dua itu tersenyum, “Saya Huh Yunjin, Yang mulia... Atas izin kepala pelayan, mulai sekarang saya akan menjadi pelayan pribadi Anda.” Ucap gadis muda tersebut memperkenalkan diri.
Chanyeol menyadari bahwa Renjun bersikap waspada terhadap laki-laki dan bisa dia lihat bagaimana kondisi Renjun setiap melakukan kontak dengan sesama jenis, mungkin ini juga efek dari penyiksaan Renjun selama ini. Maka dari itu dia merombak ulang pelayan di istana Renjun sekaligus menempatkan seorang pelayan perempuan di sampingnya, karena sepertinya Renjun tidak merasa takut dengan pelayan perempuan.
“Ah, begitu.” Renjun merasa tenggorokan kering lantaran baru saja bangun dari tidur panjangnya. Menyadari hal itu, Yunjin segera mengambil air di samping nakas dan memberikannya pada Renjun.
Air yang Yunjin berikan nyaris tandas, “Berapa hari aku tidak sadarkan diri?” Tanya Renjun selepas Yunjin mengambil alih gelas yang Renjun pegang.
“Dua hari, Yang mulia.. Apa Anda merasa kurang nyaman? Saya akan memanggil dokter jika anda merasa sakit,”
“Tidak, aku baik-baik saja.”
Benar, selain pusing tidak ada lagi yang Renjun rasakan, memanggil dokter juga tidak akan merubah apapun. Istirahat sebentar saja, Renjun pasti akan segera membaik.
Bingung, itulah yang tengah Yunjin rasakan saat ini. Masalahnya Renjun hanya diam dan tidak meminta ataupun memerintahkan sesuatu padanya, padahal Yunjin sudah memperkenalkan diri sebagai pelayan pribadi, itu artinya dia sudah siap dengan apapun yang akan Renjun minta. Namun, alih-alih memerintahkan sesuatu, Renjun justru hanya diam dengan menyadarkan tubuh pada kepala ranjang.
“Anu, Yang mulia, apa Anda mau saya menyiapkan air hangat untuk Anda mandi?” Tanya Yunjin lantaran bingung. Sebenarnya, kepala pelayan sudah memberitahu dirinya tentang garis besar bagaimana keadaan sang tuan, akan tetapi Yunjin tidak tahu bila akan separah ini.
Di mata Yunjin, Renjun mirip seperti orang yang jiwanya telah hilang entah dimana, tatapan mata yang kosong seolah tidak ada gairah dalam menjalani kehidupan. Sebenarnya, kehidupan seperti apa yang telah dia jalani sampai berpikir bahwa kematian akan terasa lebih baik? Itu tergambar jelas di wajahnya.
“Ya, lakukan saja.” Jawab Renjun acuh tak acuh.
“Baik, Yang mulia.” Yunjin pun undur diri guna menyiapkan air panas dan pakaian ganti untuk sang tuan, tak lupa dia juga melapor pada kepala pelayan bahwa Renjun telah sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I R I S
Romance[NOREN] Faith, Trust, Wisdom, Hope Terlahir dengan berkah yang diberikan oleh Dewa tidak selalu membuat orang itu beruntung dengan dikelilingi kebahagiaan lantaran diri begitu istimewa. Renjun, anak yang lahir dengan berkah Dewa namun memiliki nasi...