02: Petunjuk

223 44 3
                                    

⟨⟨Untuk teror typo dan kesalahan penulisan yang ditemui, semoga Anda diberi kesabaran yang melimpah 🙏🏻🌼⟩⟩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⟨⟨Untuk teror typo dan kesalahan penulisan yang ditemui, semoga Anda diberi kesabaran yang melimpah 🙏🏻🌼⟩⟩

----‹🕸️›----
.
.
.
🕷️

"Itu pasti tenaga tambahan yang disinggung Tuan Chen sebelum aku pergi."

Suara lancang yang berbisik di belakang telinganya membuat Xiao Zhan sigap memutar badan.

"Tenaga tambahan? Dari ratusan karyawan yang ada di perusahaanku, kenapa harus Chang He?!"

"Mana aku tahu?" Yibo mengangkat bahu dan meregangkan kedua tangannya yang kini terbebas. "Memangnya kenapa dengan orang itu?"

"Aku tidak akan menjelaskan hubunganku dengan orang itu, tapi sepertinya kau perlu menjelaskan padaku dari mana kau mendapatkan tangan yang lincah itu?" Xiao Zhan memaku setelah memastikan kunci borgol di dalam sakunya menghilang. "Aku harus lebih berhati-hati denganmu."

Yibo hanya tersenyum dan berjalan mendahului dengan langkah santai.

Merasa perjalanan akan semakin berat dan staminanya telah terkuras, Xiao Zhan berhenti di tengah jalan untuk mengakui kekalahan. Tidak ada gunanya lagi menghindari orang yang bahkan tidak bisa diukur kejelasannya itu, pikirnya.

"Hubungi seseorang untuk menjemput kita di sini," ucap Xiao Zhan dengan suara keras pada Yibo yang berjalan agak jauh di depan. "Mobilmu sudah tertinggal jauh, pasti ada supir lain, 'kan?"

Terang langit perlahan memudar dengan cuaca buruk mengintai. Hujan deras sebentar lagi akan diruntuhkan dari gelombang awan hitam yang bergerak menutup senja. Xiao Zhan mulai merasakan sensasi tidak nyaman di sekitarnya, terutama dari sela-sela pepohonan dan semak rimbun yang berdiam diri memagari jalan. Semuanya mulai terlihat menghitam dan berkabut.

"Bagaimana jika aku bilang hal itu tidak mungkin?" balas Yibo sembari menyeringai halus di tengah hujaman butir air yang mulai menghantam daratan.

Kulit putih pucat dan sorot matanya yang tajam berbaur tegas dalam pemandangan gelap dan rintik hujan yang kian memadat. Hanya berdiri dengan sikap alami, ia tampak seperti sesuatu yang mengelabuhi kenyataan di sekitarnya.

"Tidak akan ada yang datang untuk menjemput kita," tekannya.

Merasakan sekujur tubuhnya mulai basah dan hawa dingin merasuki kulit dengan cepat, Xiao Zhan tahu ada yang tidak beres dengan orang itu dan keadaannya saat ini. Ia menelan ludah dan perlahan berkata, "Kau akan mengantarkanku pada tuanmu, kau akan membawaku ke tempat itu. Bukankah itu yang akan kau lakukan?"

Gawat, tas milik Xiao Zhan tertinggal di dalam mobil. Senjata yang paling ia butuhkan saat ini ada di dalamnya, sesuatu yang bisa melumpuhkan ancaman dari kejauhan. Xiao Zhan hanya memiliki pisau kecil yang meskipun sangat tajam, tapi menjadi seperti jarum yang hanya akan mencubit tubuh orang itu saat ini.

ABSTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang