9 ; Arsen cape bu

21 2 0
                                    

Arsen membuka matanya perlahan ia merasakan matahari yang mulai menusuk matanya, hingga ia merasa seseorang yang kini sedang memeluk tangannya. Arsen menengok dan melihat Jayandra yang kini tengah tertidur sembari memeluk tangan Arsen erat, seakan akan Arsen akan pergi meninggalkannya.

Arsen menengok ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, ia menggoyangkan tubuh Jayandra mencoba membangunkan remaja itu yang kini masih tertidur dengan pulas.

"Jayandra, lo ngga sekolah?"

Jayandra yang merasa tidurnya terganggu membuka mata dan melihat Arsen di sebelahnya, ia melirik ke arah jam dan menghela nafas berat "Gue sekolah" ucapnya malas lalu berdiri dari kasur Arsen yang saat ia berjalan keluar ia melihat Arsen tiba tiba bangkit dari tempat tidurnya.

Jayandra kembali menengok dan mendorong Arsen untuk kembali ke tempat tidurnya "Lo diem di sini, ngga usah sekolah dulu" ucap Jayandra sembari menunjuk ke arah Arsen "Tidur, istirahat aja, kasian badan lo" ucap Jayandra kemudian keluar dari sana.

Arsen yang mendengar itu menghela nafas berat, karena ia tidak bisa melawan jika Jayandra sudah berbicara dengan ada seperti itu, ia kembali memejamkan matanya untuk tidur, tapi tak lama ia kembali membuka matanya karena merasa bahwa semalam tidurnya sudah lumayan nyenyak.

Arsen kembali bangkit dari tempat tidurnya, ia melihat ke sekitar yang ternyata berantakan, ia benar benar malas jika harus membersihkan kamar ini. Ia berjalan ke arah kaca yang ada di lemarinya.

Arsen menghela nafas panjang saat melihat wajahnya yang lagi lagi di hiasi oleh luka baru.

Kapan luka ini akan sembuh?

Wajah Arsen terlihat buruk saat ini, ia benar benar malu jika harus keluar dengan wajah rusaknya.

Arsen menatap ke langit langit kamarnya kemudian memejamkan matanya sejenak "Ibu, Arsen boleh nyerah ngga.." ucapnya seakan akan sedang bertanya pada ibunya.

Ia benar benar lelah, ia tidak tau harus bertindak seperti apa sekarang, bahkan papanya sudah tidak bisa menerimanya dengan baik, dan lebih sialnya ia harus tinggal serumah dengan papanya saat ini.

Arsen menghela nafas untuk kesekian kalinya, ia mengusap wajahnya dan mulai membersihkan diri untuk pergi ketempat paling nyaman untuknya.

ʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ

Apa lagi kalau bukan pantai?

Kini Arsen kembali ke pantai, dengan baju putih polosnya ia menghembuskan nafas di tepi ombak pantai yang mendekat ke arahnya. Ini benar benar nyaman, rasanya arsen sangat ingin menyatu dengan air laut, karena saking cintanya ia pada laut.

Arsen melepaskan sendalnya dan berjalan dengan perlahan untuk mendekat ke arah air laut, ia berhenti di sana dan membiarkan air laut membasahi kakinya, Arsen menghela nafas panjang kemudian memejamkan mata dan untuk kesekian kalinya ia merasakan angin laut yang sangat tenang, bahkan lebih tenang dari sesuatu yang semua orang sebut dengan 'rumah'

Bagi Arsen, laut adalah rumahnya, laut bisa menerimanya dengan baik, laut bahkan tau bagaimana sakitnya seorang Arsen ketika lelah.

Arsen tersenyum lembut, rasanya saat ini ia benar benar ada di rumah, andai saja rumah bisa senyaman ini untuk Arsen, ia tidak perlu mengeluh pada tuhan setiap harinya.

"Arsen!"

Hingga untuk kesekian kalinya Arsen mendengar panggilan dari seorang gadis yang sudah familiar di telinganya. Arsen tersenyum mendengar panggilan itu, ia menengok dan mulai berjalan ke arah gadis itu saat tau bahwa itu adalah Amerta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang