Laut kini jadi saksi kesedihan seorang remaja laki-laki yang terus mengadu padanya setiap saat. Seperti saat ini remaja berseragam putih abu abu itu tengah duduk di pinggir pantai, terlihat banyak luka di wajahnya, matanya sembab dan rambutnya berantakan, dia benar benar jauh dari kata baik baik saja.
Entah apa yang ia pikirkan sekarang, langit sudah mulai gelap, tapi ia seakan akan tidak memperdulikan itu, ia hanya menatap lurus ke arah laut tanpa berbicara satu katapun.
Hingga akhirnya handphone miliknya berdering membuyarkan lamunannya, perhatiannya teralih pada telepon genggam yang ia punya, sebuah telepon masuk terlihat tulisan kontaknya "Jayandra"
Remaja itu langsung mengangkat teleponnya dan berkata "kenapa?"
"Lo dimana Arsen? Udah mau gelap ini" ucap seseorang dari seberang sana dengan nada khawatir.
Pria bernama Arsen itu menghela nafas lelah "Gue di tempat biasa, jangan khawatir, gue baik baik aja kok" ucapnya meyakinkan orang itu bahwa ia baik baik saja.
Sementara pria di seberang sana hanya berdecak kesal karena mendengar jawaban dari Arsen saat itu "Gimana gue ngga khawatir, lo habis berantem sama papa, lo bohong kalau lo bilang baik baik aja" jawabnya kesal "Gue ke sana sekarang, kalau lo kenapa kenapa waktu pulang, gue ngga akan maafin diri gue sendiri" ucapnya lalu mematikan teleponnya sepihak.
Belum sempat Arsen berbicara teleponnya sudah mati terlebih dahulu, Arsen yang melihat itu hanya menghela nafas panjang karena sudah tidak heran jika kakak-tirinya sangat khawatir padanya.
Arsen menatap ke langit yang mulai gelap namun masih ada sedikit warna oranye, benar benar indah, Arsen tersenyum melihat langit matanya berbinar saat menatap matahari yang mulai tenggelam di ujung sana.
Arsen memejamkan matanya merasakan hembusan angin pantai yang menerpa wajahnya, benar benar menenangkan.
Hingga tak lama ia merasa sebuah flash lampu kamera mengarah ke arahnya. Arsen mengerjapkan matanya dan melihat ke arah asal flash itu.
Tak jauh dari sana terlihat seorang gadis yang duduk di kursi roda sembari memegang camera. Gadis itu menurunkan kameranya dan terlihat wajah manisnya yang di iringi oleh hembusan angin yang membuat poninya bergeser.
Arsen yang melihat itu mengerjapkan matanya lalu menatap gadis itu bingung.
"Ah.. maaf tiba tiba foto kamu" ucapnya sembari tersenyum lalu memajukan kursi roda agar lebih dekat ke arah Arsen. Ia memberikan hasil fotonya yang sudah tercetak kepada Arsen.
Arsen yang melihat itu mengambil fotonya dan menatap dirinya dan juga langit yang indah di foto itu "Bagus" gumamnya.
Gadis itu tersenyum senang mendengar pujian itu, lalu tak sengaja matanya melihat luka di pipi Arsen "Kamu.." ucapnya sembari menunjuk ke arah pipinya.
Arsen yang mengerti memegang pipinya sendiri "oh ini, gue cuman jatuh di sekolah" ucapnya sembari tersenyum simpul.
Gadis itu mengangguk paham, lalu ia mengambil sesuatu dari tas kecilnya, ia mengeluarkan plaster bergambar dinosaurus itu dan memakainya pada luka di pipi Arsen "Lain kali kalau ada luka cepet cepet di obatin ya, walaupun luka kecil yang namanya luka pasti sakit" ucapnya lalu menutup kembali tas kecil miliknya.
Arsen yang mendengar itu mengangguk perlahan lalu menyentuh plaster nya "iya, makasih ya" ucapnya.
Gadis itu kembali mengangguk lalu mengulurkan tangannya "Amerta Indira, panggil aja Amerta"
Arsen yang melihat itu membalas jabatan tangan gadis bernama Amerta itu "Alpha Centauri, panggil aja Arsen" jawabnya sembari tersenyum tipis.
Gadis bernama Amerta itu mengangguk lalu melihat ke arah langit yang sudah gelap "Aku duluan ya, nanti bunda nyariin" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
Teen Fiction"Hidup itu tentang putih atau hitam, baik atau buruk, berusaha atau menyerah, dan tiada di antara keduanya"