2 ; hari yang sama

40 8 1
                                    

Sinar matahari mulai menusuk kulit putih milik Arsen, di sertai dengan suara alarm yang mulai berbunyi dari ponselnya.

Ia membuka matanya perlahan dan mencoba mematikan suara alarm yang menggangu itu, Arsen bangkit dari tidurnya dan berusaha untuk mengumpulkan nyawanya sebelum ia berangkat ke sekolah.

Arsen turun dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap siap menjalani hari hari yang sangat tidak menarik baginya, karena menurut Arsen setiap harinya sangat membosankan, tidak ada yang menarik, dan bahkan menurutnya setiap hari hanyalah hitam putih yang tidak memiliki warna.

Dan tidak butuh waktu lama Arsen keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan seragam sekolahnya yang sudah di siapkan oleh bibi pembantunya.

Arsen berjalan melewati kaca di kamarnya dan melihat wajahnya yang masih di penuhi bekas luka, ia menatap plester dinosaurus yang masih menempel di pipinya, Arsen mengelus plester dinosaurus itu lalu tersenyum tipis dan membiarkannya di sana.

Ia mengambil tasnya dan mulai berjalan keluar kamar untuk bergegas berangkat ke sekolahnya.

Saat sampai di ruang makan, Arsen sudah melihat Jayandra, ibu—tirinya dan juga papanya yang sudah duduk di sana. Arsen berfikir sejenak apa iya harus sarapan? Karena jujur saja mood makannya hilang setelah melihat wajah papanya yang tidak bersahabat.

"Arsen, kita sarapan dulu yuk" ucap wanita paruh baya yang duduk di sebelah papanya.

Arsen yang baru saja akan menjawab namun ucapan keburu di potong oleh sang papa yang tiba tiba berbicara.

"Dia mana mau sarapan bareng sama kita sayang, paling nanti dia nolak lagi" ucap pria paruh baya itu dengan santai sembari melirik ke arah Arsen yang masih terdiam di sana.

"Sst, kamu ngomong apa sih" ucap ibu tirinya kesal, lalu kembali menatap ke arah Arsen "Arsen ayo, sarapan dulu" ajaknya sekali lagi.

Arsen yang mendengar perkataan papanya mendadak mengurungkan niatnya untuk sarapan ia hanya menggeleng dan berkata "Gue sarapan di sekolah" jawabnya lalu berjalan cepat menuju ke arah pintu luar tanpa berpamitan pada orang tuanya.

"Papa ngomong apa sih, kasian Arsen" ucap Jayandra kesal, ia meletakkan kembali sendok dan garpunya lalu mengambil tasnya dan berpamitan pada ibunya untuk menyusul Arsen yang sudah pergi duluan.

Pria bernama Haris itu menghela nafas panjang, sementara istrinya hanya menatap bingung ke arahnya meminta penjelasan mengapa ia melakukan hal itu pada Arsen, seakan akan ia tak ingin jika Arsen ikut makan bersama mereka.

Di sisi lain, Arsen yang memilih untuk berjalan kaki menuju sekolahnya karena memang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Arsen terus menatap ke depan, pikirannya berantakan, padahal ini masih pagi.

"Arsen!"

Arsen yang merasa terpanggil menengok dan melihat Jayandra yang berlari ke arahnya dengan nafas yang memburu.

Jayandra mengatur nafasnya sembari memegang pundak Arsen untuk menahan tubuhnya "Lo jalannya cepet banget sih" ucapnya kesal.

Arsen menatap Jayandra bingung lalu bertanya "Bukannya Lo masih sarapan?" Tanya Arsen yang kebingungan, karena tadi sarapan Jayandra masih banyak di piring, mengapa ia ada di sini tiba tiba.

Jayandra berdecak kesal lalu berdiri tegak "Gue males sama papa, gue ngga terima papa ngomong kayak gitu sama lo" ucapnya menjelaskan apa yang terjadi.

Arsen mengangguk paham "Ngga usah repot repot, gue ngga mau papa ikut marah sama lo, nanti lo kena imbasnya juga" ucapnya sembari tersenyum tipis.

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang