8 ; sakit

18 0 0
                                    

BUGH.

"Arsen?!"

Suasana menjadi hening seketika, karena melihat Arsen yang tiba tiba memukul wajah Haris dengan tenaganya dan membuat Haris sedikit terpental.

"Ini masalah lo sama gue, ngga usah bawa bawa ibu!" Sentak Arsen dengan nada kesal.

Haris yang melihat itu membuatnya semakin emosi, dan pada saat itu juga ia tiba tiba menarik tangan Arsen dan membawanya ke kamar mandi, meskipun Jayandra sudah mencoba untuk menahannya namun tetap saja tenaganya tak sebanding dengan Haris.

"Pah, lepasin Arsen!" Teriak Jayandra sembari menahan tangan Haris, namun dengan cepat Haris tiba tiba menepis tangan Jayandra kasar, dan saat melihat pintu kamar mandi tertutup, ia mencoba membuka dan mengetuk pintu itu, karena ia tau ini adalah masalah besar, di bantu oleh bibi dan juga ibunya yang ikut panik karena kini mereka mendengar suara pukulan dari dalam sana.

Sementara di dalam tubuh Arsen di lempar ke lantai kamar mandi, perutnya di tendang berkali kali, pukulan, serta bentakan terus keluar dari mulut Haris, rasanya arsen ingin hilang dari dunia sekarang juga, ini benar benar menyakitkan.

Seakan kehilangan akal Haris terus memukuli remaja yang berada di bawahnya itu, pukulan serta tendangan terasa begitu perih, Arsen yang berada di bawah sana hanya bisa memejamkan mata sembari berharap bahwa Haris akan menghentikan pukulannya.

"Mulai berani ngelawan ya kamu?!" Haris merendahkannya tubuhnya lalu menarik rambut Arsen dan menatap wajahnya yang di penuhi luka,Arsen mendongak karena rambutnya yang di Jambak.

"Anak ngga tau diri, saya yang sudah membesarkan kamu!" Sentak Haris tepat di wajah Arsen "kalau bukan karena ibu kamu, saya juga tidak mau merawat anak bodoh seperti kamu!" Lanjutnya sembari menampar pipi Arsen hingga bibirnya berdarah.

Sementara itu di luar sana Jayandra terus mengetuk pintu kamar mandi sembari berteriak "PAPA LEPASIN ARSEN" teriaknya yang sudah khawatir karena terus mendengar suara pukulan dari dalam sana.

BUGH.

"uhuk.. uhuk!" Arsen terbatuk-batuk karena ini sudah kesekian kalinya ia merasakan perutnya yang terus di tendang.

Haris menghela nafas dan berjalan keluar dari kamar mandi itu, tidak memperdulikan Jayandra dan juga istrinya yang terlihat khawatir ia berjalan dengan santai melewati mereka berdua.

Jayandra yang melihat itu mengepalkan tangannya merasa kesal, ia sangat ingin membalas perlakuan buruk papanya saat itu, namun saat melihat Arsen yang sudah meringkuk kesakitan ia bergegas masuk dan membantu Arsen untuk keluar dari sana.

"Astaga Arsen!?" Jayandra membantu Arsen untuk berdiri namun sepertinya Arsen tidak kuat untuk menopang tubuhnya, saat ini keadaannya benar-benar lemas, wajahnya berantakan dan bahkan perutnya terasa hancur karena terus mendapatkan tendangan dari Haris.

GREP.

Jayandra menggotong tubuh lemas Arsen untuk di bawa ke kamar, ia tidak peduli dengan tatapan khawatir dari ibu dan bibi yang juga ada di sana.

Sesampainya mereka di kamar, Jayandra merebahkan tubuh Arsen di atas kasurnya, ia menghela nafas berat dan kemudian mencari kotak p3k di sekitar sana, dan untung saja ia menemukan kotaknya tak jauh dari tempatnya duduk sekarang.

Jayandra mulai mengeluarkan alkohol juga obat merah untuk mengobati luka Arsen yang ada di kepala.

Arsen sedikit meringis karena merasa perih di bagian lukanya saat di sentuh.

"Sorry sen" ucap Jayandra, seketika ia terdiam sembari menatap wajah Arsen yang terpejam dan terlihat sangat tenang "Sen, papa sejahat itu ya sama lo?" Tanya Jayandra tiba tiba.

"Maaf, ini pasti gara gara gue, harusnya gue yang dapet pukulan dari papa, tapi kenapa lo tiba tiba ngelindungin gue sen?" Tanya Jayandra dengan nada bergetar, matanya memerah seakan akan ingin menangis.

Hingga tak lama pertahanannya mulai roboh, air mata jatuh dari matanya dan membasahi pipi Jayandra, ia menangis untuk pertama kalinya di hadapan Arsen.

"Kenapa lo nangis?"

Mendengar suara serak itu Jayandra dengan cepat menghapus air matanya dan melihat Arsen yang sudah membuka matanya walaupun terlihat sangat sulit karena matanya juga bengkak.

Jayandra menggeleng cepat "ngga kok" ucapnya yang malu karena tiba tiba menangis di hadapan Arsen, ia benci saat ia terlihat lemah di hadapan Arsen, tapi sungguh, ia benar benar tidak bisa melihat Arsen yang sakit karenanya.

Arsen tersenyum tipis kemudian mengambil tangan Jayandra yang tadi sibuk menghapus air matanya "Gue baik baik aja" ucapnya dengan suara serak.

Jayandra kembali menggeleng, bagaimana bisa Arsen berkata baik baik saja padahal wajahnya terlihat penuh luka dan kondisinya sekarang sangat jauh dari kata baik baik saja. Jayandra menunduk dan tiba tiba berkata.

"Maaf Arsen, Lo sakit gara gara gue,lo dapet pukulan dari papa juga gara gara gue sen.." ucap Jayandra sembari menunduk dan menggenggam tangan Arsen.

Arsen yang mendengar itu menggeleng "Ngga ada yang nyalahin lo, ini semua karena gue yang ngga bisa nahan emosi waktu papa bawa bawa ibu" jawab Arsen sembari memainkan tangan Jayandra yang terus menggenggamnya.

"Berhenti menyalahkan diri lo sendiri, ini bukan salah lo, Jayandra" ucap Arsen, ia tersenyum di akhir kalimat untuk memberi tau Jayandra bahwa ia sungguh baik baik saja saat ini.

Jayandra yang mendengar itu terdiam sejenak, ia berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah kasur sebelah Arsen, ia merebahkan tubuhnya di sana, lalu menatap langit langit kamar Arsen dan beralih menatap Arsen yang kini juga menatap ke arahnya.

"Makasih ya udah bertahan sejauh ini, jangan pernah capek sen" ucap Jayandra tiba tiba.

Arsen yang mendengar itu tersenyum tipis dan membalas perkataannya "Suatu saat gue pasti bakalan capek Jayandra"

Jayandra yang mendengar itu terdiam sejenak kemudian membalikkan badannya untuk menatap ke arah Arsen dan melihat wajahnya yang penuh dengan luka itu, Jayandra mulai berbicara dan perkataannya seketika membuat Arsen terdiam.

"Jangan mati, Arsen"

Entah kenapa saat ini perasaannya campur aduk, ia merasa kalau perkataan Jayandra barunya membuat suasana kamar ini manjadi dingin. Arsen menengok dan menatap Jayandra yang kini ada di sebelahnya dan menjawab.

"Semua orang pasti bakalan mati" jawab Arsen.

Jayandra yang mendengar itu mengulurkan tangannya dan mengarahkan jari kelingking ke arahnya seakan akan mereka akan membuat janji.

"Janji sama gue.."

"..jangan nyerah sampai gue bisa balas semua perlakuan buruk papa ke lo"

Arsen terdiam karena mendengar perkataan Jayandra barusan, ia merasa aneh karena tiba tiba Jayandra mengatakan hal itu. Arsen menghela nafas berat dan hingga tak lama akhirnya ia menjawab.

"Gue ngga bisa janji, Jayandra"

TO BE COUNTED

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang