3 ; Arsen juga anak papa

37 8 0
                                    

"permisi pak?"

Pintu berwarna coklat itu terbuka, menampilkan pria paruh baya yang sudah tidak asing di mata Arsen. Arsen yang melihat pria itu buru buru menunduk dan berusaha agar tidak menatapnya.

"Ya, silakan masuk pak Haris" ucap pak Adi, guru BK di sekolah Arsen.

Haris yang mendengar itu duduk di sebelah Arsen, Arsen yang melihat itu sedikit bergeser agar ada jarak di antara mereka.

"Jadi pak, ini sudah kesekian kalinya Arsen berkelahi di sekolahan, dan saya tidak ada pilihan lain jadi saya memanggil anak untuk memberikan surat peringatan" ucap pak Adi sembari mengambil sesuatu di dalam tasnya, pak Adi memberikan amplop putih berisi surat itu pada Haris papanya Arsen.

Haris yang mendengar itu melirik ke arah Arsen yang masih menunduk, ia mengambil surat peringatan itu kemudian membacanya.

Setelah membaca surat peringatan itu Haris menghela nafas panjang kemudian tersenyum dan menatap ke arah Pak Adi "pak saya minta maaf atas nama anak saya" ucapnya dengan lembut.

Mengapa sangat berbeda jika Haris berbicara dengan Arsen?

"Baik pak, terimakasih sudah datang" ucap Pak Adi sembari bersalaman dengan Haris. Setelah itu Pak Adi menatap ke arah Arsen yang menepuk rambutnya perlahan "Kamu boleh pulang sekarang" ucap Pak Adi.

Arsen yang mendengar itu mengangkat kembali kepalanya kemudian mengangguk dan berpamitan untuk pulang lebih dulu.

Sesampainya di mobil Haris tak langsung pulang, ia berdiam di sana untuk beberapa saat kemudian menatap ke arah Arsen yang duduk sembari menunduk di kursi samping pengemudi.

"Udah puas bikin papa malu?" Tanya Haris sembari menghela nafas kasar "ini kesekian kalinya papa di panggil ke sekolah, dan ini semua gara gara kamu" sentak Haris yang mulai menaikan nada bicaranya.

"Buat apa kamu sekolah kalau hasilnya kayak gini?!"

Arsen menarik nafasnya kemudian menjawab "Tapi pah, Arsen ngga terima kalau Gian ngatain ibu" jawabnya.

Haris terdiam sejenak kemudian memukul wajah Arsen "Mau sampai kapan kamu terus ngebelain ibu kamu itu? Dia udah mati, Arsen!" Bentak Haris sembari mencengkram kuat bahu Arsen.

"Sampai Arsen mati pun Arsen bakalan tetap bela ibu!!" Jawabnya dengan nada tinggi.

"Cuman ibu yang baik sama Arsen, cuman ibu yang sayang sama Arsen.." lihirnya kemudian kembali menunduk, matanya terlihat memerah "Semenjak papa nikah lagi, papa lupa sama Arsen, yang papa tau itu cuman Jaya dan ibu Nina" ucapnya dengan nada bergetar.

Haris yang mendengar itu kembali terdiam ia menatap Arsen yang masih menunduk, dan ia melihat Arsen yang mulai mengeluarkan air matanya namun dengan cepat Arsen menghapus air matanya.

Arsen menghela nafas panjang kemudian menatap ke arah papanya yang masih terdiam "Arsen juga anak papa.."

Tak lama Arsen membuka pintu mobilnya dan berlari menjauh dari sana, tidak peduli dengan teriakan sang papa yang terus memanggilnya, ia hanya butuh tempat yang tenang untuk menenangkan dirinya saat ini.

"Arsen!"

"Kamu mau kemana?!"

ʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ

Pantai, hanya itu tempat yang bisa membuatnya tenang walaupun hanya sesaat.

Arsen duduk di tepi pantai sembari menatap ke arah arus yang mulai menghampirinya. Tak lama Arsen menatap ke langit biru yang terlihat nyaman untuk di tinggali. Arsen tersenyum lembut lalu memejamkan matanya merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya saat ini.

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang