02

4 1 0
                                    

"Jea, ig mas follback ya"

Aku spontan membuka aplikasi Instagram dan benar saja ada satu notifikasi masuk ke beranda.

Kenniro abraham following you.

Aku melihat kaca tengah mobil mas Ken senyum dibalik kumis tipisnya itu. Kutekan tombol follback lalu meng scroll akunnya untuk tau lebih jelas, Ya Allah ini mah seleb Instagram beneran. Followers nya hampir 500ribu. Apa ini yang dimaksud mbak Dea katanya punya sahabat yang ketenarannya melebihi seorang selebgram.

Benar saja mas Ken punya pengikut sebegitu banyak, dulu mantan Ketua BEM dan aku bisa nebak relasinya pasti luas banget. Berbanding terbalik dengan ku. Kuliah hanya sekedar berangkat, nugas, dan pulang. Teman ada tapi ngga banyak.

"Mas Ken seleb?" tanyaku spontan, kemudian seisi mobil memandang ku setelah memecah keheningan.

"Dia mah ketenarannya melebihi Nichol dek, aku sebagai sahabatnya merasa bangga juga punya sahabat seperti dia. Fansnya banyak, aku ikut ketularan tenar juga haha" kata mas Izan di iringi decakan dari mas Ken

Mbak Dea terkekeh pelan "mbak kan sudah pernah cerita, ini orangnya. Kamu sih cuek jadi bocah, kan ngga ngeh kalau mbak punya temen spek Dillan"

"Udah deh kalian diem bisa ngga sih? udah di follback kah?" Mas Ken berucap tanpa menoleh kebelakang.

"woalaaah buaya cari mangsa, ngga heran sih. Jangan mau dimodusin sama dia Jea, dia buaya kelas akut" kata mbak Fara dengan senyum miring.

"Astaghfirullah Fara, kamu jangan meracuni Jea yang engga engga. Aku ngga se buaya itu juga kali. Emang kamu, setiap putus dapet ganti yang baru?"

Setelah beberapa menit, sampai juga di lokasi konser. Ramai sekali muda mudi yang ikut meramaikan konser ini.

"Jea, kamu di sini sebentar ya. Mbak mau ke temen temen sebelah sana dulu. Ini buat kamu jajan. Jangan ngilang, kalau ada apa apa WhatsApp aja." kata mbak Dea sambil memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu. Iya sih memang beliau ini royal banget, tapi ya ngga kaya gini juga main tingal tinggal. Aku juga tau bukan anak kecil lagi yang takut di tinggal sendirian, malahan sering apa apa sendiri.

Dan bener mbak Dea ngacir dengan yang lain ke arah stand yang di tunjuk sebelah sound sistem. Katanya itu yang jualan temennya waktu kuliah.

"gila, royal sih royal. Tapi kebangetan ditinggal sendirian. Kebiasaan banget sih." Aku menggerutu dalam hati sambil memperhatikan makanan di sekeliling. Wah ini bazar lengkap banget, ada untung dan ruginya ditinggal mbak Dea.

Seseorang menepuk pundak ku, aku terperanjat kaget sambil mengelus dada dan menoleh ke sosok samping yang berdiri di sampingku saat ini. "ngga sendirian sih, kan ada mas. Makan yuk, mas laper belum makan dari tadi siang" Mas Ken menggandeng tanganku, dan melangkah ke arah penjual Ayam bakar kecap. Kebetulan sekali aku juga lagi laper.

"kok kuat sih ngga makan? atau mas lagi diet?" aku sedikit heran lagi, kalau aku tidak makan seharian bisa jadi malam makan double buat ganti makan siang.

Mas Ken memesan makanan versi jumbo, dan aku versi biasa. Dia juga mengambil kerupuk lima ratusan empat biji. "Tadi lupa, cuma ngopi doang sih. Sama makan kacang polong, terus diperjalanan tadi mampir beli Roti. ya lumayan lah ngga jadi busung lapar."

"kalau aku ngga makan siang, biasanya malem makan double. Kaya buat bales dendam gitu."

Sebelum menjawab, mas Ken melihatku dari ujung rambut hingga ujung kaki. "makan terus tapi masih kecil, kaya bocah." tuh kan ngeselin lagi.

"Bisa ngga sih mas Ken jangan manggil Jea bocah. Lagian ngapain sih mas ngga ikut mbak Dea aja. Disini malah ngeledek mulu."

Mas Ken mengaduk es Teh yang disajikan barusan. "Mas kan orang baik, takut kamu di culik sama om om. Soalnya kamu ngga kaya anak kuliah sih."

Aku menyuapkan sesendok nasi sebelum menimpali ucapannya, "kamu om om nya. Om Ken hahaha"

"yaudah panggil om aja, kita terpaut enam tahun ya? jauh banget selisihnya. mas udah mau SD kamu masih dikandungan. atau ngga kamu masih proses pembuatan." Mas Ken terbahak, kalau dipikir pikir juga masuk akal. Jauh banget selisihnya.

"iya iih, mas sudah tua ternyata."

"tapi masih ganteng kan?"

"lah, om om nasris juga ternyata. Ya Allah jauhkanlah hambamu ini dari om om kaya dia" aku menunjuk dengan jari telunjukku tepat di mukanya. Entah kenapa aku jadi banyak omong malam ini.

"buset Jea, Mas ngerasa kaya pedofil"

Kami terbahak hingga makanan kita sudah habis hanya tersisa lalapan itu dipiringku, kalau mas Ken habis semua.

Mas Ken yang membayar semua, kami sempat bedebat buat bayar makanan tersebut. Tapi tetap saja mas Ken yang menang, dia dengan entengnya bilang untuk sekarang aku aja yang bayar. Nanti kalau nongkrong lagi baru kamu yang bayar. Yaudah aku biarin mas Ken yang membayar.

Kami beranjak dari stand tersebut, kelihatan di panggung masih band band lokal yang tampil. Sambil menunggu aku melihat jajanan telur gulung yang menggiurkan lidah.

Tanpa mengajak mas Ken aku ngacir ke stand tersebut sendirian, "pak ini seporsi berapa ya?." aku bertanya ke pedagang itu sambil berbinar.

"Sepuluh ribu neng, mau berapa?" Tanya pak penjual tersebut.

"aku mau dua deh, nanti saosnya dipedesin ya pak." penjual tersebut mengacungkan jempol.

Aku memainkan Smartphone untuk mengalihkan kejenuhan menunggu telur gulung jadi.

"Heh bocah, beli jajan ngga bilang bilang. Nanti kalau hilang bisa pusing aku." Ya Allah gusti, mas Ken kenapa muncul tiba tiba lagi. Padahal aku tadi sengaja ngacir sendiri.

"Lho mas kenapa malah kesini? aku beli jajan bentar aah. Mas mending cari tempat nanti aku nyusul kesana"

Dia bersedekap tanpa senyum. "Jangan ulangin lagi pergi nekat sendiri, kamu di culik om om beneran nanti nangis"

"Mas, iih giamana sih susah mau jelasin. yaudah aku minta maaf ya"

"Tadi aku ketemu Dea, dia nyariin kamu dan negur aku. Soalnya tadi dia nitipin kamu ke aku." Oh jadi mbak Dea dalang semua ini. yaudah emang mikir apa sih Jea.

"Emang aku barang main di titip titip gitu? mas juga buat apa mau mau saja di perintah mbak Dea. Mas jadi keganggu kan?"

"Eh bukan gitu, Aku juga Iklhas tau. Apalagi bisa ngejailin kamu." dia menengok ke penjual samping "pak, total berapa semua? ini biar saya saja yang bayar. Uang mbaknya balikin saja ya."

"e eh. Apa sih mas aku sudah bayar malah kamu kembalikan. Pak jangan manut dia."

Mas Ken cuek langsung berterima kasih kepada penjualnya. Kemudian menarikku untuk mendekat ke panggung.

Aku menenteng telur gulung dan mau makan sambil berdiri. Tapi mas Ken mengajakku duduk di antara kerumunan yang kebanyakan berdiri semua.

"Kalau makan itu duduk, jangan berdiri. Ngga baik."

Aku menurut saja, ketika hendak menyuapkan Satu tusuk telur gulung kedalam mulut. Mas Ken menarik tanganku sehingga telur gulung itu salah sasaran ke mulutnya.

"iiih mas Ken."



About him Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang