"Siapa yang monyet?"
Jea menggerutu kemudian berbalik badan meyakinkan siapa yang berucap, semoga bukan dia.
Salah tebakan, memang dia orangnya. "Siapa yang monyet? hem?" katanya sambil bersedekap dan menautkan kedua alisnya.
Jea tersenyum sopan lalu mencubit lengannya Rendi. "Aw, sakit bego"
"Nggak pak, tadi saya lihat postingan kebun binatang kemudian ada monyet lucu" kemudian dia menoleh ke Rendi meminta persetujuan dan akhirnya Rendi mengangguk pasrah "eh iya pak bener".
"Oo gitu sekarang minta pembelaan atas kesalahan kamu? kamu juga Ren, jangan ikut ikut dia kalau misalnya di ajak ke jalan yang tidak benar. Kalau kamu disuruh Jea nyemplung sumur mau?". Oh lihatnya gaya songong nya Kenniro ini, mereka berusaha masih tersenyum ramah pasalnya yang berdiri di depannya sekarang seorang dosen bukan teman sepupunya alias mbak Dea.
Rendi kemudian meminta maaf supaya masalahnya cepat selesai "Maaf pak saya tidak akan mengulanginya lagi".
Kenniro menaikkan satu alisnya. "Oke saya maafkan, lain kali jangan diulangi lagi". Rendi agak lega mendengar itu, syukurlah namanya tidak ikut terseret. Rumor yang beredar Kenniro kalau mengajar pelit nilai dan tegas bukan main. Padahal baru beberapa bulan jadi dosen di kampus ini. "Terimakasih pak"
"Dan kamu Jea, saya akan maafkan tapi ada syarat".
Tadinya Jea bersyukur, dikiranya mereka berdua dimaafkan.
"Hah!! Bukannya tadi sudah dimaafkan ya pak?"
"Loh kata siapa kamu dimaafkan?, kamu sadar tidak kalau ucapanmu kurang patut didengar?".
Jeana agak gugup dan bingung mau menjawab apa, soalnya yang diucapkan Kenn memang benar. "Tidak pak"
"Tuh tau kalau tidak benar, lain kali hati hati kalau bertutur kata. Kamu mahasiswa loh, nanti temui saya diruangan saya habis ashar".
Jeana cukup terkejut, berbanding terbalik dengan Kenniro yang awal dia kenal. "Baik pak". Jea hanya mengangguk pasrah.
"Bagus" Ujarnya sambil berlalu.
"Ren gimana nih, Habis asyar kan aku mau jemput mas Agam. Kamu tau kan". Jea menggigit bibirnya sambil berfikir keras. Kenapa bisa bentrok sih, mana kalau Kenniro tidak di turuti yang ada bakal tambah aneh aneh masalahnya.
"Kamu mending turuti mas Ken aja Je, serem wajahnya ternyata. Beda sama di kafe itu. Kamu nanti berani kan keruangannya Mas Ken? aku ga bisa nganter, Ibunda tercinta minta nganterin kepasar". Rutinitas Rendi tiap menjelang magrib mengantar ibunya kepasar sayur. Buat persediaan bahan makanan di rumah makan esok hari.
"Yaudah kalau gitu, mas Agam tak Wa ne dulu. Nanti bunda sama ayah juga jemput kok"
Rendi mengacak rambutnya gemas "Awas mas Kenn gigit loh"
Agam Nevandra, kakaknya Jeana yang seumuran sama Dea dan sekarang masih mengenyam pendidikan S2 nya di NUS. Sebentar lagi lulus menyusul Kenniro dan kebetulan juga satu kampus. Agam memberi tahunya seminggu yang lalu bahwa kebetulan mau ke Indo lima hari.
Mau tidak mau Jeana harus menuruti dosen kampret itu, sudah setengah jam dia berdiri di depan ruangan dosen aneh itu. Sempat menghubungi lewat WA apakah jadi atau tidak hukumannya.
ting!
Maaf Jea, sepertinya sore ini tidak jadi saya ada urusan mendadak. Kamu bisa melanjutkan aktivitasmu kembali. Untuk hukumannya saya bebaskan dulu, tapi kamu jangan ngelunjak._@kenniroabraham
Alhamdulillah lega, tapi kenapa tidak dari tadi menghubunginya. Tau begini kan mending dia langsung ke Bandara. Padahal tadi Agam sempat merajuk kalau tidak dijemput adiknya. Definisi sudah tua masih rewel sama adiknya. Maklum jarang bertemu.
Jeana langsung pulang dengan motor Scoopy nya itu, walaupun sering service tetapi Jea masih setia dengan motornya itu. Padahal sebulan yang lalu Agam mau membelikannya yang baru tapi dia menolak.
Sekedar informasi, Agam sudah mempunyai usaha EO yang didirikannya sewaktu semester 6 dulu bersama 3 temannya yang ikut andil memodali. Sampai sekarang walaupun dia cuma memantau dari jauh tetap saja berjalan lancar bahkan melebihi perkiraannya.
Rambutnya sudah kucel malah di perempatan lampu merah terasa lama sekali. Tujuh menit lagi sampai rumahnya. Selama diperjalanan Jea hanya membayangkan bisa cepat cepat sampai dan mau tidur.
Tetapi rasanya tidak sesuai dengan apa yang Jea harapkan. Lihatlah dihalaman depan rumahnya ada dua mobil Pajero berjejer. Setau Jea, masnya itu belum punya mobil. Jadi punya siapakah itu?
Rumahnya terbuka lebar menandakan ada tamu yang datang, Jea kira hanya pihak keluarganya saja yang menyambut Agam pulang. Setelah memarkirkan motornya ke garasi samping lalu mencopot gaitan helmnya, ada beberapa suara yang terdengar samar dan sesekali tertawa terbahak. Mungkin saja temannya mas Agam.
Assalamualaikum
Jea berucap pelan, beberapa pasang mata memyambutnya.
"Eh bocil sampun dugi, makin pendek ga sih?" Agam menatapnya sambil mengejek kemudian Jea menyaliminya bak anak dengan orang tuanya.
"Sampean ki lo mas ga berubah, inget umur lah. Aku dah semester empat bukan bocil lagi" Jea sepertinya tidak menghiraukan temanya Agam. "Yowis aku mau tidur dulu".
Sebelum ngacir ke kamar, lengannya di tahan sama Agam "Walah main ngacir kamu dek, Tuh ada temennya mas. Mau kenalan nggak?".
Jea menatap orang orang tersebut bergantian, lalu jantung nya syok ketika matanya tidak sengaja bertatapan dengan manusia yang duduk di pojok meja. "Loh bapak? Ngapain disini? hukuman saya mau dilanjutkan?". Ujar Jea was was.
Terjadi keheningan sesaat
"Hahaha, parah banget Ken bisa bisanya ngehukum adekku. Kamu ada salah apa?" Agam terbahak, bukannya terkejut soalnya sebelumnya Kenniro sudah bercerita kalau misalnya adik temannya itu sekarang jadi mahasiswa nya.
"Mboten mas, Coba sampean tanya pak Ken". Kenniro menggaruk tengkuknya, kenapa bocah ini malah mengungkit hukumannya? apa terlalu menakutkan?.
"Ya Allah Ken, nanti nek misalnya Jea nakal aku rela dia kamu hukum. Biar kapok".
Jea yang notabenenya sudah lelah dan malas meladeni orang orang dewasa itu akhirnya pamit undur diri.
"Jea jangan lupa tugas dari saya Senin dikumpulkan". Kenniro ngakak sambil memegang perut.
"nggih pak siap".
"Bapak banget Je panggilannya". Ujar salah satu temannya Agam yang agak akrab dengan Jeana.
"Aku juga bingung mas mau manggil apa, yang jelas lebih sopan manggil bapak soalnya beliau ini dosen ku".
"Bagus nak, tingkatkan tutur katamu".
Tuh makin nyebelin, yang bilang Kenniro berkharisma dan perfect mungkin belum pernah menghadapi sifat tantrumnya itu.
Amit amit kalau misalnya dapat suami seperti Kenniro, yang ada dia mati tua makan nyinyirannya.
Lihat saja kemungkinan besar besuk Senin bakal di adakan kuis dadakan seperti Minggu sebelumnya. Dan itu membuat Jea belajar sampai larut malam supaya IPKnya semester ini tidak anjlok parah. Semoga dosen sinting itu tidak pelit nilai.
eh wait
Sejak kapan Jea mempunyai julukan khusus untuknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
About him
Teen Fictiontentang dia yang menghargai setiap pertemuan tentang dia penyuka musik western tentang dia yang selalu meluangkan waktu untuk bertemu