Sesuai janjinya tadi pagi waktu diparkiran, Jeana kekeh menagih makan mie ayam mang Agus didepan kampus. Persetan dengan cuaca panas harus berjalan kaki lima belas menit dari kelasnya. Yang terpenting bisa menjarah dompet Rendi.
"eum Rwuen ini enak buwanget mhakasiih yaa" Jeana berucap dengan posisi mulut masih mengunyah ceker tanpa di telan terlebih dahulu. Akibatnya ngomong nggak jelas, untung tidak menyembur keluar.
Rendi meringis menyaksikan Jea yang posisi mulutnya meluber itu. "Diih jorok banget kamu, makan tuh ditelen dulu baru ngomong"
Jea melirik sekilas tanpa menyahut. Kemudian fokus lagi ke mie ayam yang tinggal separo itu.
"Yaelah dikacangin, dasar udah minta gratis malah nggak tau diri" Rendi mendengus sebal.
"ehehehe, maaf deh. Tadi kamu kan nyuruh jangan ngomong dulu. Nih udah habis. Jangan lupa bayarin yaa" Jea tertawa girang sambil mengambil tisu dimeja depan. Oh jangan lupakan Risol bu Astutik yaa. "eeh Ren"
Rendi hanya menatap Jea sambil menaikkan alisnya "apaan?" Rendi curiga mesti ada maunya lagi bocah ini.
Jea terbahak "Risol bu Astutik sepuluh ribu yaa, yang isi ayam sama mayo"
Rendi menghela nafas pasrah.
Setelah drama risol dan mie ayam selesai mereka kembali ke gedung FEB, mereka masih ada satu kelas dua jam lagi. Mungkin bakal jenuh di kampus, daripada pulang malah nambah kerjaan. Akhirnya mereka nangkring di perpus andalan.
Baru sampai di taman kampus, mereka melihat ada beberapa kerumunan dari lorong gedung rektorat. Entahlah apa yang menjadikan orang orang itu ricuh.
Kebetulan ada Yoga yang mau join dikerumunan juga pasalnya dia jalan terburu buru.
"eh Ga, itu mereka ngapain kok rame rame?" Rendi menyetop Yoga. Sekedar informasi Yoga ini dari UKM Jurnalistik, bisa jadi dia mau meliput kerumunan tersebut untuk bahan berita kampus.
"Oh itu ada Kak Diana perwakilan Mawapres tahun ini dan kebetulan meraih peringkat pertama" Yoga menengok arah kerumunan itu diikuti Jea dan Rendi.
"Waah pantes rame bener, ikut dong aku juga penasaran sama parasnya kak Diana. Sampai sekarang belum pernah lihat, cuma denger doang hehe" Rendi juga penasaran, walaupun nggak terlalu tertarik tapi daripada penasaran mending lihat langsung kan. Desas desus tentang Diana Ayuningtyas mahasiswi Jurusan Ekonomi semester Enam yang cantiknya nggak ketulungan dan juga memiliki kecerdasan diatas rata rata.
Sampai saat ini Jeana juga belum pernah lihat langsung mukanya Diana, Jea hanya melihat di laman Instagram kampusnya. Memang pantas jadi panutan sih.
Mereka kini berdesakan dengan jarak dua meteran dari objek utama.
"Gila, cantik bener kaya Jisoo. Beruntung banget yang jadi cowoknya nanti" ujar beberapa cowok yang ikut berkerumun juga.
Jea merasa jengah akibat badannya yang terlalu pendek di bawah standar orang Indonesia tidak bisa melihat dengan jelas, yang ada sesak nafas duluan. Mau nggak mau dia menyingkir dari kerumunan itu dan terpisah dari Rendi, toh nggak bakal kesasar juga.
Akhirnya Jea menemukan kursi sedikit reyot yang kalau didudukin beban berat kayanya bakal ambrol. Untung tubuh Jea nggak terlalu gemuk.
Sambil mengscroll kuis dari Pak Anton selaku dosen mata kuliah Akuntansi Manajerial. Beberapa sudah dia kerjakan, sedikit lagi selesai. Satu jam lagi kelas di mulai tapi dosennya reschedule pasalnya ada kepentingan mendadak di luar kota. Akhirnya di undur besuk sore jam tiga. Yailah terus kenapa tidak dari tadi paaak?? Tau seperti ini kan mending pulang rebahan.
Ini Rendi juga kemana, dia melirik ke kerumunan ternyata sudah agak renggang tidak sepadat tadi. Laah tapi bocah ini kemana ngilang nya??.
Tiba tiba ada yang menyentil dahinya ketika dia menunduk.
"Anj-"
Jea tidak melanjutkan umpatannya ketika melihat siapa yang datang.
"Cewek mulutnya kasar banget, nggak ada yang mau sama kamu kapok"
Lah apa apan ni orang main nyentil dahi orang sembarangan.
"Cowok kok nggak berperikemanusiaan" Jea menatap orang itu sengit. Rendi tiba tiba datang langsung menyuruh Jea berdiri soalnya sudah menjadi pusat perhatian.
"Uadah udah, lihat tuh jadi pusat perhatian."
Orang itu berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun, minimal minta maaf laah.
Lihatlah nanti habis ini pasti media kampus dipenuhi dengan hal hal nggak guna menurut Jea, yang tadi diajak debat tuh Kenniro Abraham mantan ketua BEM waktu itu dan pesonanya sampai sekarang tidak ada yang menadingi walaupun sudah tidak menjabat.
Lagian ngapain juga berkeliaran di kampus ini terus, katanya sudah lulus. Orang orang banyak yang mengatakan bahwasanya Kenniro Abraham ada hubungan spesial dengan Diana Ayuningtyas. Biarkanlah mereka juga cocok bak Romeo Juliet versi mahasiswa.
"Tuh orang ngapain sih berseliweran di sini terus, bikin sakit mata lama lama" Jea terus ngedumel saat mau ke parkiran.
"Lah kamu nggak tau?? Dia kan yang menggantikan pak Anton mulai Minggu depan" Ada rumor tentang pengganti pak Anton juga alumni sini, tapi kenapa harus Kenniro Abraham. Dunia sempit sekali.
"Hah demi apaa? kenapa musti dia?"
"Ya terus siapa? kamu? hahahaha" Rendi tertawa terpingkal pingkal sambil menoel noel hidungnya Jea.
"Jadi males sama matkul Akuntansi Manajerial, udah full angka malah di ganti monyet nyebelin."
"Ngawur monyet, pacarnya kak Diana kamu bilang monyet. Kuwalat nanti"
"Siapa yang monyet??"
Mereka berbalik badan melihat siapa yang bersuara.
Mampus...
KAMU SEDANG MEMBACA
About him
Teen Fictiontentang dia yang menghargai setiap pertemuan tentang dia penyuka musik western tentang dia yang selalu meluangkan waktu untuk bertemu