"Jeanaa, ada temennya mbak Dea tuh. Nyariin kamu, katanya mau main." Bunda berteriak dari lantai bawah. Aku belum persiapan apa apa, aku kira Mas Ken cuma bercanda.
Aku menyibak gorden cendelaku yang viewnya langsung mengarah ke pagar depan jadi jelas mobilnya mas Ken terlihat.
"Bentaar bun, suruh dia nunggu dulu. Dea mau siap siap sebentar." Aku menggeram sedikit, kemudian menuju ke lemari tempat penyimpanan benda keramat.
Aku memilih kaos putih polos dipadukan dengan kemeja kotak-kotak hitam putih, bawahnya celana bahan hitam. Tak lupa sepatu Vantella se mata kaki dengan kaos kaki berwarna abu abu.
Rambutku ku kubiarkan tergerai tetapi juga membawa ikat rambut buat jaga jaga.
"ini nih anak perawan bunda yang ngebiarin tamunya nunggu lama, sopankah begitu? minta maaf cepat." bunda mengomel sambil bersedekap. Ku perhatikan Mas Ken malah senyum senyum tidak jelas sambil memandang ku seolah sekarang kemenangan berpihak kepadanya.
"Yaudah, maaf." Jawabku singkat.
Bunda berdiri menghampiri ku dan memyentil dahiku "minta maaf yang sopan kamu."
"Iya iya, Mas Ken maaf ya udah nunggu lama." Ujarku sambil senyum terpaksa.
"Anak pinter." Ucap bunda
Mas Ken ikut berdiri "Iya, yaudah yuk keburu malem. Bunda Ken ijin bawa Jea keluar ya, janji ngga malem malem."
Di dalam mobil hanya keheningan yang tercipta. Mas Ken kemudian memutar musik yang ku ketahuhi judulnya 'Mirrors-Justintimberlake
Aku baru tahu Mas Ken selera musiknya sama denganku. Ah syukurlah supaya ngga jenuh, ngga tau kenapa kalau misalnya dengerin musik yang ngga ku minati malah hawanya pusing.
Aku kelahiran dua ribu tiga, seharusnya selera musik seperti sekarang menjadi favorit dikalangan remaja seperti ku. Tetapi anehnya, aku menyukai musik di era Justin Bieber, Charlie puth, One Direction dan lain lain.
"Ternyata selera lagu kita sama Jea, jadi enak kalau kaya gini. Ngga saling berantem soalnya satu selera." Mas Ken entah sejak kapan memperhatikan ku saat aku bergugam kecil mengikuti liriknya. Ya walaupun bahasa Inggris ku tidak terlalu bagus.
"Iya, abisnya kaya deep banget gitu musik jaman dulu."
"Padahal kita beda generasi looh. Kamu tau lagu lagu kaya gini darimana?"
Aku memandang nya yang sedang fokus menyetir "Mbak Dea sering muter, dia yang ngenalin lagu lagu itu."
"Baguslah, nanti kalau ada kesempatan bisa pergi nonton konser bareng."
"Aku mana ada duit, bayarin laah." Aku spontan bilang seperti itu.
Dia malah terbahak "Santai kalau itu bisa di atur. Kamu fokus kuliah saja."
"Iya, eh Mas ini kita mau kemana?" Aku melihat jalanan sekitar, ini sepertinya arah ke kecamatan Patuk.
"Ke He Ha Sky View, tau kan?. Semenjak kafe ini buka, Mas belum pernah ke sini sama sekali." Katanya sambil mefokuskan ke jalan, Soalnya jalannya ber kelok kelok. Khas daerah pegunungan.
"Sudah tak tebak, aku pernah sekali sih. Dan view nya masyaallah banget." Memang yang menjadi daya tarik pengunjung yaitu bisa menikmati makanan dan minuman dengan view lampu kota di bawah. Kadang juga ada live musik, tapi ngga tiap hari.
Di sini menunya banyak sekali, banyak muda mudi sekarang yang berkunjung. Jeana mencari tempat duduk sedangkan Kenniro memesan makanan.
Jeana mengarahkan ponselnya ke pemandangan bawah untuk memotret. Beberapa kali juga selfie, lumayan buat stok foto di galeri.
"foto mulu, ngga ajak ajak." Kenniro merebut ponselnya kemudian ikut duduk disamping Jea, "Senyum dong Je, masa foto sama orang ganteng cemberut." dia mengarahkan ponsel tersebut kemudian mengambil foto berdua. "nah gini kan cantik,"
Kenniro memberikan ponsel tersebut kepada pemiliknya "Dari dulu emang cantik sih, ngga heran."
"Diih ikut narsis juga ya kamu."
"Kan mas yang ngajarin buat narsis, gimana sih?"
"Eh kamu isya dulu gih, Mas tungguin sini. Nanti gantian sholatnya." Kenniro reflek bilang seperti itu karena ponselnya di setting adzan setiap masuk waktu nya shalat.
"Dosa lah."
Kenniro menatap Jeana heran "Hah?"
"Aku datang bulan mas, masa sholat sih."
"oalaah itu, kenapa nggak bilang?"
"Ya faedahnya apa bilang sama kamu?"
Kenniro segera beranjak dan melepaskan jaketnya yang hanya menyisakan kaos hitam polosnya.
"Nih aku titip jaketnya dulu, aku mau Isya. Kalau kamu laper bisa makan dulu, tinggal dulu ngga papa. Mas nanti makannya nyusul."
"Iya bawel, pergi sana hus hus" Jeana mengibas ngibaskan tangganya seperti mengusir anak ayam.
"buset, seperti anak ayam aja Jea" Dia bergumam sambil meninggalkan Jeana.
Jeana mengscrol galeri, ini beneran dia foto sama Kenniro?. Lihatlah, dia rambutnya berantakan saja masih tetap keren. Kayanya Jeana sudah jatuh beneran.
Jeana iseng kemudian stallking akun instagramnya Kenniro yang belum selesai dia lihat tadi malam.
Kenniro sepertinya juga pecinta alam, buktinya ada beberapa fotonya di puncak gunung seperti gunung Sindoro, Sumbing, Arjuno, Prau dan lain sebagainya.
Ada juga foto di air terjun Tumpak Sewu di Lumajang, ada juga di taman Baluran Situbondo, dan juga ada lagi di pulau Karimunjawa. Jeana bisa menyimpulkan kalau Kenniro orangnya suka berkelana. Dia jadi iri, orangnya bukan tipe pengekang. Cuma dia saja yang takut buat bilang kalau misalnya mau main ke luar kota.
ting
"kalau stallking jangan sampai kagum juga kali, tenang Mas Ken memang ganteng jangan terkejut"
Itu pesan dari WhatsApp, sial. Jena menoleh kebelakang. Kenniro datang dengan rambut basahnya itu sambil memegang ponsel.
"Rajin amat stallking nya sampai postingan ku yang paling bawah kamu like hahaha"
Jeana memelototkan matanya
'ya Allah gusti kenapa dia ngga sadar
"Kepencet."
"Iya percaya kok, sekarang ig mu cek"
Kenniro abraham menandai anda dalam ceritanya.
Jeana segera mengecek notifikasi, itu foto punggung dirinya yang sedang memandang hamparan lampu dari atas kafe. Untung bukan kelihatan muka.
"Mas Ken iseng banget sih, nanti kalau aku di serbu sama fans kamu gimana? Soalnya yang di depan aku ini bukan orang biasa." kataku purs pura tidak menyukai hal tersebut, padahal mah dalam hati seneng banget. Demi apa gituu?.
"Apaan sih, kalau bukan orang biasa terus apa? Vampir?."
"Maybe, kan aku juga ngga tau."
"Sini tak gigit, lumayan bisa nyedot kamu ahahha".
Aku malah membayangkan sesuatu yang menyimpang "Heh jangan aneh aneh ya kamu mas, pikiran mu tuh mesum banget."
"Looh malah nyalahin aku, aku alim gini di bilang mesum."
"Kalau kaya gini, mas kelihatan seperti pedofil tau. hiiii"
"Lah dikatain pedofil sama bocil, ide bagus laah. Nanti pulang dari sini tak bawa ke Oyo sekalian."
"Maaas!" Jeana reflek menjambak rambut Kenniro hingga kesakitan.
"Jahat banget Jea, mas cuma bercanda aah." katanya sambil menyisir rambutnya memakai jari supaya terlihat seperti semula.
"ya bercanda ngga lucu sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
About him
Teen Fictiontentang dia yang menghargai setiap pertemuan tentang dia penyuka musik western tentang dia yang selalu meluangkan waktu untuk bertemu