04🥀

292 30 4
                                    

24 maret 2016

.
.

'PLAK'

Suara tamparan terdengar jelas masuk ke pendengaran beberapa orang disana. Jeongwoo mengelus pipi kirinya yang terlihat memerah akibat tamparan yang dibuat jaehyuk dan dilanjutkan junkyu.

"Dasar anak nggak punya adab! Kamu pikir asahi bakalan bangga, bakalan seneng kalo kamu seperti itu ke ayahmu sendiri. Enggak! Ibu mu nggak bakalan suka, jeongwoo! ". Teriak junkyu. Wajahnya memerah, bahkan terlihat tonjolan urat dileher pria itu.

Mashiho selaku istri junkyu turut menenangkan sang suami yang sudah tersalut emosi. Haruto menatap ketiga orang didepan nya khawatir.

"Terus jeongwoo harus apa! Sujud didepan pria itu lalu meminta maaf?! Nggak! Jeongwoo nggak su-". " JEONGWOO!! ". Ucapan jeongwoo terpotong saat teriakan junkyu yang begitu Keras menggelegar dipenjuru rumah. Haruto dan mashiho terdiam, jeongwoo hanya menatap wajah marahnya junkyu dengan tatapan yang datarnya.

"Haruto, bawa jeongwoo kekamar yah" Potong mashiho. Haruto mengangguk dan menarik jeongwoo kekamar.

Mashiho membawa sang suami menuju sofa dan mendudukannya. Ia terus mengusap pelan bahu sang suami mencoba untuk menetralkan emosi sang suaminya itu.

"Udah, tenang mas, kamu nggak boleh marahin jeongwoo, jaehyuk aja dibentak sama jeongwoo nggak marah, di usir sama jeongwoo juga nggak marah, masa kamu marah sih" Ucap mashiho mencoba menenangkan sang suami. Junkyu membuang nafas kasar lalu melihat wajah sang istri yang sedang tersenyum, itu lumayan menenangkan untuk nya.

"Aku harus gimana dong, jeongwoo udah keterlaluan loh, masa aku diam aja, jaehyuk mah dia diam karena dia bodoh, mana ada orang di bentak diem, apalagi yang ngebentak anaknya sendiri, emosi lama-lama". Ucap junkyu, mashiho tersenyum melihat sang suami. Entahlah, suaminya ini sangat menggemaskan saat sedang berbicara.

" Udah, udah. Mending telpon jaehyuk dan minta maaf". Ujar mashiho dan dibalas anggukan oleh junkyu.

————————————————

     Jaehyuk masih menatap gundukan tanah didepannya dengan tatapan kosong. Sudah berjam-jam ia duduk dan bergumam didepan makam itu. Langit sudah terlihat mendung dan awan hitam menutupi matahari, tanda hujan akan datang. Ia masih belum memiliki tujuan untuk pulang kerumah, rumah yang tak terlihat seperti rumah baginya.

Rumah yang dulunya nyaman dan dipenuhi dengan tawa, kini terlihat suram dan sepi.

Fokus jaehyuk pudar ketika benda pipih berbentuk balok bergetar didalam saku celananya. Ia mengambil dan menggeser tombol berwarna hijau ke atas.

"Ada apa jun? ". Tanya nya dengan suara sedikit serek.

"Lo oke? Lo dimana? ".

" Gue di makam, kenapa? ".

"Ke makam mulu lo, suara lo serek, lo abis nangis? ".

"Ya serah gue dong, ini satu-satunya cara buat gue ketemu asahi, walaupun cuma makan nya".

"Gue minta maaf jae".

" Minta maaf buat apa? ".

" Buat yang tadi.... ".

" Santai aja kali, ini bukan salah lo. Yang seharusnya minta maaf tuh gue, seharusnya gue nggak kesana dan buat keributan dirumah lo.... Lagi".

"Kok lo bisa biarin jeongwoo ngelakuin lo kayak tadi dan lo diam aja, nurut lagi".

" Udah gue bilang. Mau gimana pun, jeongwoo tetap anak gue, asahi ngasih dia sebagai tanggung jawab gue, gue nggak mau asahi kecewa lagi. Jun, jangan marahin jeongwoo lagi, jangan terus salahin dia karena gue, anggap dia anak lo, kasih dia kasih sayang lo, kasih sayang seorang ayah-

Responsibility | Jaesahi FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang