-Part 9-

1K 146 17
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan Rosie hanya bisa melamun diatas kasurnya.

Hah~

Dia hanya ingin bahagia. Tapi, kenapa kebahagiaan begitu sulit untuk menghampirinya?

"Rosie?"

Rosie tersadar dari lamunannya ketika sang kakak memanggilnya.

"Kak Jen," gumamnya dengan pelan.

"Kenapa belum tidur?" tanya Jenniefer, berganjak duduk dikasur disamping Rosie.

"Belum mengantuk Kak," sahut Rosie.

"Sudah makan malam?"

Rosie mengangguk "Tadi dibawa makan malam sama Mama,"

Jenniefer mengelus kepala Rosie "Maaf karena Kakak tidak menjemput kamu dari rumah sakit. Tadi Kakak harus ke toko buku karena ada buku yang harus Kakak beli,"

"Tidak apa-apa Kak. Aku mengerti," balas Rosie "Ngomong-ngomong, dimana Lalice? Aku belum melihatnya sejak tadi sore,"

"Dia sudah tidur tuh. Capek gara-gara tugas sekolah yang banyak,"

Rosie hanya mengangguk paham sebelum dirinya kembali melamun.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Jennie sehingga Rosie sedikit tersentak.

"Memikirkan kebahagiaan aku. Kira-kira, kapan kebahagiaan aku akan muncul?"

Jenniefer terbeku. Pertanyaan itu begitu sulit untuk dirinya.

Pada akhirnya, Jenniefer membawa Rosie kedalam dakapannya "Kakak akan menjadi kebahagiaan untuk kamu,"

"Kakak janji?"

"Kakak janji! Kalau kamu mau kemana-mana, ngomong saja sama Kakak. Kakak akan menemani kamu kemanapun kamu pergi,"

Rosie membaringkan dirinya diatas kasur, lalu dia menepuk sisi kosong disampingnya itu "Ayo temani aku tidur Kak,"

"Tidak takut ketahuan sama Papa?"

Raut wajah Rosie sontak berubah "Kakak benar. Ya sudah, mendingan Kakak kembali ke kamar Kakak sebelum ketahuan sama Papa,"

Jenniefer terkekeh kecil ketika melihat raut wajah panik sang adik "Jangan takut. Tadi Kakak lihat Papa sudah tidur kok. Dia tidak akan tahu,"

Dia bergegas mematikan lampu utama kamar sebelum berbaring disamping sang adik.

Langsung saja adiknya itu masuk kedalam dakapannya "Selamat malam Kak Jen,"

"Selama malam juga Rosie," balas Jenniefer mengelus kepala Rosie dengan lembut mhut sehingga dengkuran halus gadis itu mula kedengaran.
*
Pagi sudah tiba, dan Jenniefer akhirnya terbangun dari tidurnya ketika mendengar deringan jam diponsel sang adik.

"Rosie, bangun," dengan lembutnya gadis itu membangunkan sosok sang adik.

"Eunghh," Rosie menggeliat kecil. Bukannya bangun, dia malah semakin mengeratkan pelukannya kepada sang kakak.

"Nyaman," gumam Rosie membuat Jenniefer tersenyum.

Jenniefer juga merasa nyaman. Sudah lama dia tidak menikmati moment manis bersama saudaranya itu.

Dulu ketika dirinya dan ketiga saudaranya masih kecil, mereka cukup akrab. Askara juga tidak pernah menghalang mereka untuk saling memberi perhatian.

Namun, semuanya berubah setelah mereka berganjak dewasa. Askara mula membatasi pergaulan mereka, bahkan mereka terus dituntut untuk menjadi yang terbaik. Semuanya berubah secara tiba-tiba tanpa mereka tahu apa alasannya. Mereka cukup bingung dengan perubahan Askara, tapi tetap saja mereka tidak bisa melakukan apa-apa untuk kembali merubah Askara menjadi sosok Papa yang baik seperti dulu.

Senja ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang