Cucu

15 4 3
                                    

Sinar matahari mulai masuk ke dalam kamar Ziya, membuat Wanita yang masih tertidur itu memincingkan mata nya. Ia terkesiap setelah melihat jam dinding di kamarnya itu.

"Jam Sembilan, Ziya lu kesiangan!" lirih Ziya sembari membereskan tempat tidur nya dan langsung berlari turun ke bawah.

"Ayah, mas Al! maaf aku kesiangan."

Betapa terkejutnya Ziya Ketika melihat Surya dan Al sedang memasak Bersama di dapur. "Morning, sayang." ucap Al yang sadar kehadiran istri nya.

"Kamu duduk aja, biar ayah sama Al yang masak hari ini." ujar Surya yang sedang asik dengan wajan di depannya.

Al berjalan mendekati Ziya, "Mandi nya tungguin aku ya?" bisik Al di telinga istri nya. Ziya memukul pelan bahu suami nya, "Ada ayah ih." balas Ziya dengan pipi nya yang memerah. "Kan ayah ngga ikutan mandi kita." Ujar Al sembari menyolek pipi istri nya.

"Ini dia udah selesai makanan nya!" ujar Surya sembari meletakkan hidangan di meja makan. Al dan Ziya jadi salah tingkah di depan Surya, "hm, makasih ayah."

***

"Sayang, udah selesai belum?" tanya Al pada istri nya yang tengah sibuk membereskan baju-baju nya. Ziya mendongakan kepala nya, "udah kok, punya mas Al juga udah selesai." Jawab Ziya yang langsung berdiri menyeimbangi suami nya.

"Maaf ya sayang, ke rumah bunda Rina nya di tunda." Lirih Al, Wanita di hadapannya mengelus lembut lengannya dan tersenyum, "Nggapapa kok, bisa nunggu mas Al libur hehe."

Al menarik istrinya ke dalam dekapannya, "Aku beruntung dapet istri pengertian." ucap Al dan mengecup kening istri tercinta nya.

Ziya dan Al sudah siap pulang ke Jakarta, pasangan suami-istri itu berpamitan dengan Surya. "Sering-sering main ke sini ya, Nak?" pinta Surya pada anak dan menantu nya yang sudah siap berangkat ke Jakarta. Ziya memeluk ayah nya "kami pamit ya, ayah jaga diri baik-baik di sini."

"Nanti kami kabari ayah kalo udah sampe rumah." ujar Al sembari menyalami tangan mertua nya. Surya mengelus Pundak sang menantu, "Ayah titip Aisyah, jaga dia yang bener, jangan sampe dia tersiksa sama kamu."

*** 

Setelah perjalanan panjang dari Bandung ke Jakarta, akhirnya Al dan Ziya sampai di rumah Lusi-ibu kandung Alvaro. Memang, Al sudah mempunyai rumah sendiri di dekat kantor ia bekerja. kali ini ia hanya mampir mengunjungi sang Mamah tercinta nya. Lusi hanya tinggal Bersama pembantu-pembantu nya di rumah besar itu, setelah Arya- suaminya sekaligus ayah Al meninggal dunia 10 tahun yang lalu.

Al mempunyai satu kakak laki-laki dan satu kakak perempuan yang sudah menikah semua, tentu saja mereka hidup terpisah dengan Lusi dan juga Azam.

***

Ziya merebahkan tubuhnya di kasur empuk milik Al, eh bukan. Ini milik Ziya juga sekarang. "Ganti baju dulu,sayang." Pinta Al pada istri nya yang terlihat Lelah itu, ia pun bingung kenapa Ziya bisa Lelah, bukankah dirinya yang menyetir dari Bandung-Jakarta ya? Hahaha Namanya juga perempuan Al, harap maklum.

Ziya memonyongkan bibirnya, "Capek, nanti aja." Al menaikkan alis nya, "Mau aku gantiin?" tawar Al dengan wajah menyeringai. Ziya langsung bangkit dan lari ke kamar mandi, "BISA SENDIRI KOK, MAS!" teriak Ziya dari dalam kamar mandi. Al terkekeh melihat tingkah istri nya yang menggemaskan, padahal mereka sudah halal dan sudah melihat satu sama lain, tapi istrinya tetap saja malu.

Al mendengar suara pintu dibuka, "Mas, tolong ambilin handuk aku di koper!" pinta Ziya dari balik pintu kamar mandi.

Al segera membuka koper milik istri nya dan mencari handuk, "dimana sih, sayang?" Al terus mengobrak-abrik isi koper namun tak menemukan handuk Ziya. "Cari yang bener, aku udah masukin kok tadi." ujar Ziya yang tetap di balik pintu kamar mandi, namun kini ia memunculkan kepalanya untuk melihat suami nya. "jangan di acak-acak atuh,sayang!" teriak Ziya yang terkejut dengan tingkah suaminya yang mengacak-acak isi koper miliknya.

Al mengacak-acak rambutnya, ia bingung dengan isi koper istri nya. "sini lah,yang!" gerundel Al. "pinjem handuk mas Al dulu,lah." gerutu Ziya yang sebal karena handuknya tak kunjung di temukan.

***

Wanita ber-baju biru muda beserta rok hitam itu menuruni anak tangga. Ia menuju dapur yang ukurannya cukup besar. Dapat di lihat nya, makanan sudah tersaji di meja makan.

Ziya berjalan ke arah dapur, mencari sesuatu. "Mah, kopi di mana ya?"

"Mamah ngga pernah buat kopi. Coba tanya Bi' Siti tuh." sahut Lusi yang masih fokus dengan ponselnya. Ziya mencari keberadaan Bi' Siti, namun ia tak kunjung menemukan sosok yang ia cari. Al yang baru turun pun heran melihat istri nya yang sedang kebingungan. "Nyari apa, sayang?" tanya Al pada istri nya, "Mas, liat bi' siti nggak?"

Al menaikkan alis sebelah, "Waktu kita nyampe rumah, kayaknya bi' siti keluar deh." ujar Al yang langsung duduk di depan mamah nya. Lusi menoleh ke arah menantu nya,  "Ohhhhh iyaaaa ... ." Lusi ingat sesuatu, "tadi mamah nyuruh dia ke pasar. maaf ya Ziya, mama lupa." sambung Lusi. Ziya mengehela napa Panjang.

Ziya memandang suami dan mertua nya, tak ada satupun dari mereka yang berbicara. Mereka sibuk dengan ponsel masing-masing, sedangkan Ziya sibuk mengupas buah yang ada di meja makan.

"Eh, kalian disini sampe 3 hari lagi ya?" pinta Lusi. Ziya memandang mertua nya dan Al secara bergantian. Al mencomot buah yang sudah di kupas istri nya, "Kenapa emangnya, mah?" Ziya memberikan tatapan tajam kearah suami nya. enak saja Al, Ziya yang mengupas eh Al yang makan. Yang sabar ya Ziya, ini suami mu sekarang wkwk.

"Sabtu ada acara arisan temen-temen mamah. Ziya bisa bantu-bantu kan?" tanya lusi dan dibalas anggukan oleh Ziya, "bisa kok. Ziya masuk kerja hari senin,mah." Balas Ziya. "Tapi mas Al besok udah harus kerja. gapapa dari sini kan, mas?"

"Nggapapa. Kan yang arisan ibu-ibu, bukan bapak-bapak." Kata Al dan membuat ibu dan istri nya terkekeh.

Lusi menggenggam tangan menantu nya dan memberikan tatapan serius, keadaan jadi tegang. Al merasakan hawa horror di siang hari, bulu kuduk nya merinding. Sedangkan Ziya, ikut ketakutan melihat suami nya tegang.

"Jangan sibuk kerja terus. Mama nunggu Al junior, loh." Kalimat yang biasa saja, namun bagi Al dan Ziya itu kalimat yang menakutkan. Karena, Al dan Ziya belum ada rencana mempunyai anak dalam waktu dekat. Tapi, sang mama sudah sangat ingin menimang bayi dari Al dan Ziya.

Lusi yang tak mendapat respon dari anak dan menantu nya, mengerutkan dahi dan melepas genggamannya. "kok pada diem?" tanya lusi, seraya memandang Al dan Ziya bergantian.

Al tersenyum, "Mamah tunggu aja,ya?" kata Al sembari menggenggam tangan Lusi.











DIA atau AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang