Maafkan Aku

729 45 3
                                    

Zea terbaring di rumah sakit, setelah satu hari berlalu akhirnya dia sadar.

Keisha tidur di dekatnya sambil memegang tangannya. Zea melihat ke arahnya dan melepas tangannya darinya.

Zea perlahan bangun, dia memposisikan dirinya untuk duduk.

Keisha terbangun, saat menyadari Zea sudah sadar dia langsung memeluknya.

"Akhirnya kamu sadar... saat melihatmu terbaring, aku benar-benar takutt kehilangan kamu."

Keisha memeluknya sangat erat sekali, tersirat kebahagiaan terlihat di wajahnya. Namun, satu sisi dia juga terlihat sedih, karena dia sangat merasa bersalah.

Zea melepas pelukannya dan dia tidak mengatakan apapun. Dia melepas jarum infus pada tangannya, sampai membuat punggung tangannya sedikit keluar darah.

"Apa yang kamu lakukan? kenapa kamu melepas nya Zea?, hingga melukai tangan kamu." Keisha terlihat sangat peduli.

"..." Zea tidak menjawab.

Zea berdiri dan perlahan pergi dari dari ruangan itu.

Keisha menahan tangannya agar tidak pergi.

"Kamu tidak boleh pergi, kamu belum benar-benar sembuhh."

"..." Zea masih belum mengatakan apapun. Dia bersikap sangat dingin.

"Aku tahu kamu pasti saat ini sangat membenciku, tapi kamu masih benar-benar harus di rawat."

Zea berbalik ke arah Keisha dan melepas tangannya.

"Aku tidak menyukai rumah sakit. Dan aku tidak pernah membencimu. Justru sebaliknya, kamu yang selama ini selalu membenciku."

Zea pergi dari ruangan itu. Entah apa alasan dia sangat tidak menyukai rumah sakit?. Dia memilih istirahat di kamar hotelnya. Sementara Keisha dia tidak bisa berbuat apapun.

Ke esokan harinya...

Zea berada di dalam mobilnya yang terparkir di area hotel.

"Ayo Zea kamu pasti bisa, saat itu kamu bisa memukul Leo, masa sekarang gini aja gak bisa."

Zea berusaha untuk menyetir, dia memaksakan tangan kanannya. Sampai akhirnya dia bisa.

Dia pergi bekerja, tidak memilih untuk memulihkan dirinya sampai benar-benar sembuh total.

Keisha tengah duduk di meja kerjanya, dia terus melihat ke arah Zea.

Setelah kejadian hari itu, Zea sangat bersikap dingin seolah tidak mengenalnya. Dia benar-benar menepati permintaan Keisha, untuk kembali asing dan tidak mempedulikannya. Tapi, Keisha justru bersikap sebaliknya.

* * *
Waktunya makan siang, Zea melewatkannya. Dia terus duduk di meja kerjanya. Tapi, Keisha membawakannya makan siang.

"Zea... kamu tidak boleh melewatkan makan siang, apalagi kamu belum benar-benar pulih."

"..." Zea tidak menjawab, dan bahkan dia tidak menyentuh makanan yang di bawa Keisha.

Perjalanan pulang...

Malam itu turun hujan, Zea tidak mempedulikannya.

Keisha mengejarnya, dan memayunginya.

"Biarkan aku mengantarmu pulang..."

"..." Zea tidak mempedulikan keberadaannya.

Hingga akhirnya mereka sampai di area parkir.

Zea mengeluarkan kunci mobil. Tapi Keisha segera mengambilnya.

The First and Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang