BAGIAN TIGA

570 74 7
                                    

Happy Reading.





Senyumnya terbingkai lebar, otot-otot yang terasa kram dan kebas sebab terlalu lama tak digunakan banyak bergerak membuat pemuda itu mengambil peregangan mendadak di tengah lalu lalang orang di sana. Pemuda itu tak peduli, lagipula ia tak akan bertemu dengan orang-orang ini kan? Alhasil, ia tetap melakukan peregangan sendi-sendi hingga tanpa sengaja kakinya menyenggol roda koper yang belum di kunci.

Tahu apa?

Jelas saja benda persegi beroda itu melaju meninggalakan Yangyang melongo di tempatnya. Alih-alih menyusul kopernya, pemuda itu malah berdiam diri di tempat menatap bagaimana benda perseginya menubruk seseorang yang sedang berbincang dengan rekannya membuat dahinya menjadi korban tepukan karena merasa sial hari itu.

"Apes banget gue!" keluhnya sesaat ketika kopernya baru saja menabrak seseorang.

Orang itu nampak kebingungan mencari siapa pemilik koper berwarna-warni dengan sticker kartun shaun the sheep di sekujur tubuh permukaannya. Meski sedikit meringis dan berniat kabur—andai saja tak ingat bahwa ada banyak barang di dalam kopernya, Yangyang pun mendekati sosok itu. Orang asing itu menatap dirinya nyalang di sela-sela ringisan bibir akibat menabrak benda berat ini.

"Sorry gue—"

"Lo nggak punya mata ya!" hardiknya dengan mata melotot dan suara keras membuat beberapa orang sampai menatap ke arah mereka.

Yangyang mengernyitkan dahi ketika lelaki asing itu membentaknya bahkan memotong permintaan maafnya. Padahal ia berniat untuk menanyakan keadaan lelaki itu, merendahkan diri meminta maaf namun melihat bagaimana kasar dan kurang ajarnya lelaki ini. Niatan baiknya pun urung. Dibandingkan menatap si lelaki penuh penyesalan, Yangyang malah menangkat dagu dengan sengaja. Ia bahkan menambahkan isyarat tak takutnya dengan melipat tangan di dada amat berani.

"Lo nggak bisa liat? Nih mata gue," ucapnya menurunkan kacamata membuat lelaki itu memicing ke arahnya. "Udah? Tuh mata gue."

Yangyang mengambil alih kopernya tak mempedulikan lelaki yang memintanya untuk berhenti. Peduli setan! Mereka tak akan bertemu lagi dan Yangyang pastikan lelaki itu akan masuk daftar blacklist-nya.

"Heh!"

"Berhenti nggak lo!"

"Eh induk domba! Gue bilang berhenti!"

Yangyang berbalik. Ia menatap lelaki tinggi yang sekarang masih memusatkan pandangan ke arahnya. Matanya melotot menggemaskan ke arah si lelaki asing kemudian dengan gerakan tiba-tiba menurunkan kembali masker yang sempat dipasang untuk memperlihatkan lidahnya yang menjulur guna mengejek lelaki asing itu. Tak tanggung-tanggung, ia bahkan mengangkat tangan untuk melayangkan jari tengah pada si lelaki asing membuat rekan si lelaki yang sejak tadi menyimak tertawa—nyaris terjungkal karena tingkahnya.

"Freak lo," gumam Yangyang pada si lelaki membuat orang asing itu mendandai wajahnya.



***




Jika berpikir bahwa tujuan Yangyang setelah kembali ke tanah kelahirannya adalah rumah maka dengan amat merasa bersalah maka pemuda manis itu akan berteriak; TIDAK!

Meski memang ia juga merindukan kedua orang tuanya namun Yangyang lebih rindu dengan lelaki yang sudah lama sekali tak ia jumpai. Sedikit durhaka memang, tapi dia jauh lebih sering melihat Johnny dan Ten dibandingkan Jaemin, kekasihnya sendiri. Lebih lagi lelaki itu menjadi makin sibuk hingga tak bisa menyempatkan waktu untuk datang ke acara wisudanya kemarin.

Yangyang kecewa? Jawabannya tidak juga. Meskipun Jaemin absen untuk hadir di acara wisudanya, kekasihnya itu masih tetap ada diwakilkan oleh seratus tangkai mawar yang ia pesankan. Meskipun Jaemin hanya bisa dihubungi lima belas menit karena perbedaan waktu mereka, Yangyang tak pernah sama sekali merasa kekurangan. Itu lebih dari cukup baginya sebab Jaemin adalah segalanya. Apa pun. Tentang lelaki itu adalah segalanya.

SINGGAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang