BAGIAN DUA

703 93 21
                                    

Happy Reading.




Pemuda yang duduk di salah satu meja di kawasan ramai pengunjung itu tersenyum seraya menggulirkan tangan melihat foto-foto dalam ponselnya. Birai dalam bibirnya mengembang, matanya menyorot ke arah layar pipih dalam genggaman sedang tangan kirinya menopang kepala. Suasana sore itu padat dengan pejalan kaki, baik yang sekadar berjalan menikmati suasana atau memang baru saja melakukan aktivitas melelahkan. Sebagian di antaranya membawa tas besar di punggung, sisanya jinjingan tangan dengan kamera ponsel memotret suasana sekitar.

Moccachino teronggok di atas meja kayu tempatnya bertengger sejak setengah jam lalu, alih-alih menyeruputnya sampai tandas si pemuda malah asyik memantau potret kekasihnya.

TING!

Notifikasi tanda Jaemin baru saja melakukan sesuatu pada laman instagramnya membuat dia berjingkat. Pemuda itu berteriak dan mengatakan, "Woah!" amat keras membuat pengunjung di sebelahnya menolah.

Fatalnya Yangyang sama sekali tak terganggu. Pemuda itu malah asyik melakukan fanboying pada kekasihnya yang baru saja mengunggah foto di laman instagramnya. Yangyang seolah mengesampingkan fakta bahwa Jaemin lupa mengabarinya hari ini. Lelaki itu bahkan tak membalas pesannya, namun waktu sibuknya bisa tersita dengan melakukan update postingan sebuah bayi menggemaskan di sana.

Keningnya berlipat. Bibirnya mengetap. Senyuman pudar sesaat jemarinya memperbesar gambar dalam postingan Jaemin. Jari-jari ramping itu mengetikkan balasan komentar pada laman Jaemin meski tahu bahwa jejaknya tak pernah dibalas. Seolah Yangyang ini satu dari sekian pengikut Jaemin yang seringkali meninggalkan komentar sok kenal dengannya.

"Merengut mulu lo."

Matanya mendelik ketika moccachino utuh yang beluh tersentuh disedot orang lain. Pipinya menggembung. Yangyang menatap ke arah pemuda di depannya dengan tatapan mengerikan.

"Jihoon!"

"Ngamuk nih anaknya," senggol kawannya yang mengangkat tangan seolah tak tahu dan tidak merasa terlibat apa pun. "Gue nggak ikutan ya," tambahnya meledek.

"Ngeselin."

"Lagian kenapa coba mantengin ponsel terus merengut gitu," ucap si pemuda yang menjadi pelaku peminuman ilegal si manis. "Ngeliatin apa sih?"

"Pacar gue."

"Duh."

"Hadeh."

Dua orang itu kompak mengomentari ucapan Yangyang dengan embusan karbondioksida berat. Kepala si kembar itu bergeleng-geleng seiring dengan bibir berdecak. Saksi mata yang sering kali menasihati Yangyang untuk lebih membuka pikiran; menjauhi Jaemin dan mencari lelaki baik dan tepat oh atau setidaknya lebih menghargai statusnya sebagai seorang kekasih.

Jihoon dan Woojin berpandangan di tengah keramaian pusat kota Manhattan. Kerlip lampu juga lalu lalang orang di sekitar seolah tak menjadi masalah bagi Yangyang, padahal dibanding melihat foto-foto Jaemin yang menurut mereka tak penting. Yangyang bisa menikmati masa mudanya dengan mengekspresikan diri. Ia bisa menjajal hubungan dengan pemuda-pemuda tampan di kota ini, setidaknya hanya menerima ajakan kencan buta juga tak apa. Naasnya, pemuda itu terlalu setia pada Jaemin. Tanpa tahu apa yang kekasihnya perbuat selama ini di belakangnya.


n.jaemin_

jaemin_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SINGGAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang