BAGIAN SEMBILAN

840 77 19
                                    

Happy Reading.






Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta~

"Enggak! Boong, gue nggak bisa bikin Jaemin cinta sama gue. Dasar lagu boong," maki pemuda itu sesaat mendengarkan suara dari musik yang ia dengarkan dengan kencang di dalam kamar. Naasnya, langganan yang telah berakhir itu malah membuat dirinya harus memutar lagu-lagu random hingga memutar lagu ini.

Matanya menatap awang-awang, pandangannya lurus sesaat melirik pada polaroid yang tergantung dengan rapi di sisi kamarnya memperlihatkan bagaimana kenangan dipajang seolah ingin membuat empunya ingat bahwa kenangan itu pernah ada.

"Siapa dia? Siapa sih yang beruntung bisa nyuri hati kamu sampai kekunci serapet ini?" tuturnya menggapai foto Jaemin yang dia simpan dalam bentuk pigora di samping nakasnya.

Potret ia dan Jaemin yang diambil Doyoung sewaktu dirinya menemani lelaki itu acara kelulusan senior high school-nya. Bibirnya menyemai senyuman tanpa sadar melihat bagaimana tangan kurus Jaemin—sewaktu itu—menggapai pundaknya atas paksaan Doyoung untuk dirangkul. Meski sebuah paksaan, anehnya Yangyang malah mengabadikan potret itu seolah Jaemin memang mengharapkan kehadirannya.

"Gue nggak mungkin lima tahun jagain jodoh orang kan?"




***


Renjun tergesa-gesa membuka pintu kamar apartement ketika Mark memberitahu bahwa Chenle akan dipulangkan hari ini. Pria itu bahkan sengaja merias dirinya—yang ntah apa gunanya sebab merasa yakin bahwa mantan suaminya akan singgah ke dalam apartementnya. Meski tahu bahwa ia tak seharusnya menggoda Mark dengan penampilannya, Renjun hanya merasa bahwa ia dilempar ke masa di mana rumah tangga mereka masih utuh. Bersama-sama tanpa adanya rasa benci dan tak suka.

Knop pintu dibuka, Renjun tak perlu membidik siapa yang ada di balik pintu sebab yakin bahwa Mark dan anaknya ada di baliknya.

Dugaannya benar, memang benar ada Mark dan Chenle, buah hati mereka. Namun satu hal yang tak pernah Renjun duga adalah kedatangan seorang perempuan cantik sedang menggendong putranya dengan pinggang ramping dilingkari rangkulan mantan suaminya, Mark Alexander Lee. Lelaki yang tidak tahu malunya masih Renjun harapkan untuk kembali bersamanya.

Senyuman terpaksa Renjun semai di hadapan lelaki dan perempuan depan unit apartement pemberian mantan suaminya. Hatinya menghangat, kerongkongannya serasa panas tiba-tiba. Bohong kalau Renjun bilang dirinya mampu mengatasi rasa tak mengenakkan ini, alih-alih mengutarakan Renjun hanya mampu menghadapi seraya memasang wajah tipuan seolah ia tidak merasa keberatan akan kehadiran suaminya—mantan suaminya dan perempuan lain.

"Hai, Renjun ya?" Perempuan berambut panjang menjuntai dengan tinggi semampai itu menyapanya. Bibirnya mengulas senyuman indah, wajahnya cantik, suaranya lembut serta aroma parfum menguar wangi dari tubuhnya yang sedang menggendong Chenle. "Tadi dia tidur, sepertinya kebanyakan minum susu jadi ngantuk."

Tubuh gemuk bayi Renjun digendong dalam perempuan cantik dalam rangkula Mark. Figur yang amat cocok dipandang oleh Renjun hingga pria itu enggan melepaskan pandangan pada jemari Mark yang melingkari tubuh perempuannya. Matanya secara naluriah menatap ke arah sana, membayangkan bagaimana dahulu Mark sangat sering merangkul dirinya, enggan membiarkan Renjun menjauh sejengkal pun. Naasnya, sekarang Renjun jelas tak bisa mendapatkan hal ini lagi. Tak mungkin baginya merasakan kehangatan tubuh Mark yang selalu melindungi Renjun sebisa lelaki itu lakukan.

"Ren... Renjun?"

"Eh, maaf," Renjun buru-buru mengusir lamunannya. Ia memundurkan tubuh mempersilahkan kedua tamunya masuk ke dalam hunian sepi yang hanya dia tinggali bersama Chenle berdua. "Masuk dulu biar aku bikinkan minum."

SINGGAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang