BAGIAN SEPULUH

973 84 24
                                    

Happy Reading.




Yangyang memijat pelipisnya yang berkedut. Rasanya, separuh kepala ini ingin ia lepaskan sehingga bebannya tak menumpu pada Yangyang. Pemuda itu menunduk, mengerangkan rasa pening akibat terlalu banyak mengonsumsi alkohol. Sekarang, dia sedang menelan akibat dari tindakannya semalam yang ugal-ugalan meneguk cairan itu.

Bibirnya menebal. Embusan napas disiukkan dengan berat. Matanya berkedip sesaat memirsa pemandangan kamar—tunggu, ini bukan kamarnya. Yangyang mengerjap beberapa kali, dia kumpulkan serpihan nyawa yang berceceran. Bergegas Yangyang menengok ke bawah untuk memastikan bahwa pakaiannya lengkap dan ia tidak melewati lebih banyak kebodohan—yang sumpah dia pun tak tahu apa saja.

"Huh, syukur~"

"Apanya yang syukur?!" hardikan itu muncul dari lelaki yang sudah rapi dan segar dengan setelan kerjanya.

Matanya menatap Yangyang tajam. Tangannya membawa nampan berisi makanan yang sudah disediakan Doyoung untuk si pemuda. Jaemin, lelaki yang berjalan mendekati Yangyang itu mengikis jarak untuk melihat si pemuda ceroboh di atas ranjang pribadi dalam rumahnya. Ranjang khusus yang sering Yangyang tempati sebab pemuda itu beberapa kali menginap di sini.

Ah, Doyoung bahkan memasang foto Yangyang di atas nakas seolah menjadikan kamar tamu ini milik si pemuda.

"Makan."

Makan berisi makanan diletakkan di depan Yangyang dengan keras. Titahan Jaemin yang dingin itu membuat Yangyang menyiuk lagi, membuang pemikiran bahwa Jaeminlah sosok yang menyelamatkan dia dari amukan kedua orang tuanya apabila tahu semalam putra kesayangan mereka mabuk-mabukan.

"Makasih," jawaban yang diberikan tak kalah singkat.

Alih-alih menyantap makanannya, Yangyang malah mengambil ponsel dan menghubungi seniornya untuk mengabarkan bahwa hari ini ia tidak akan masuk. Kegiatannya bermain ponsel rupanya menyita perhatian Jaemin terlebih saat pemuda itu memasang wajah serius. Pandangannya Jaemin entah mengapa malah berpikir tentang apa yang mereka lewati semalam. Jaemin mengacak rambutnya, mengingat bahwa semalam ia—

"Ah nyusahin," decakan itu terlontar dari bibir Jaemin tiba-tiba sehingga Yangyang mengangkat kepala menatap ke arah lelaki di sampingnya.

"Apa?"

Jaemin tersadar. Bibirnya yang tanpa sengaja berujar itu malah membuat si pemuda menuntun jawaban atas ketidak-sengajaannya tadi. Lelaki itu mengembuskan napas kemudian berkata, "Lo," untuk menjaga harga diri.

Seperti yang telah ia katakan, Jaemin memang tak menyukai Yangyang. Ia tak mencintai pemuda ini selayaknya si pemuda mengungkap cinta berkali-kali padanya sebab hati Jaemin tlah dimiliki seseorang. Namun bukan bearti Jaemin bertindak jahat dengan membuat pemuda ini berharap atas hubungan mereka. Ia berkali-kali menegaskan pada Yangyang. Berkali-kali pula ia tunjukkan sikap dan isyarat pada pemuda ini namun apa? Yangyang malah tetap pada pendiriannya untuk tidak memutuskan hubungan mereka.

Pandangan mereka terhubung. Nayanikanya saling memandang, kekecewaan yang tergambar di wajah Yangyang itu disamarkan dengan sebuah senyuman tipis di bibir yang semalam Jaemin jajahi tanpa pemuda itu tahu.

"Hehe... Sorry ya, lain kali aku nggak akan ngerepotin kamu lagi."

Bahkan di saat hatinya bersedih pun Yangyang memilih untuk tersenyum pada Jaemin yang berkali-kali mematahkan cintanya.

Jawaban pemuda itu lantas membuat hati Jaemin berdesir. Nayanikanya memirsa bagaimana perlahan Yangyang menyuapkan makanan pada mulutnya, mengunyah porsi makanan yang telah Jaemin siapkan sesuai kapasitas pemuda itu. Pemuda yang Jaemin ketahui jarang memakan sarapan itu sengaja ia sediakan makan sebagai pengisi perut sebelum mengonsumsi obat dari Doyoung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SINGGAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang