Rainy Days

3.9K 101 17
                                    

Hari ini seperti biasa setelah menyelesaikan seluruh agenda sebagai boygroup yang baru saja debut. Ketujuh pria tampan berbeda usia itu berkumpul bersama di ruang latihan.

Sekedar untuk mematangkan beberapa gerakan sembari bersenda gurau, harusnya. Namun yang terjadi hari ini tidak demikian.

Suasana begitu mencekam setelah perdebatan pria kelahiran 94 dengan yang termuda di tengah latihan mereka.

Namjoon dan Seokjin sebagai pria dewasa diantara yang lain sudah berusaha untuk melerai. Namun nihil, keduanya tetap berdebat dan mempertahankan argumen mereka masing-masing. Memiliki rasa ingin menang yang diselimuti amarah membuat suasana di ruang latihan tidak kunjung mereda.

"Yak, Jungkook-ah. Kenapa kau berkata begitu", ingat pria mungil yang kini menggapai lengan adiknya yang sedang marah itu.

task!

"Persetan! aku tidak salah, Jimin hyung!", amuknya.

Hoseok—pria kelahiran 94 yang menjadi lawan debat Jungkook sebagai pria termuda di dalam grup— tersenyum remeh mendengar penuturan yang keluar dari bibir adiknya itu.

"Tidak salah, ya? ah baik. Kalau begitu aku yang salah. Hyung yang salah. Kita sudahi saja latihan nya sampai sini", ucapnya sarkas sebelum beranjak untuk membereskan barang miliknya dan pergi dari ruang latihan.

Masih memiliki rasa sopan santun, Hoseok memberi salam kepada teman dan adik-nya yang lain sebelum menghilang di balik pintu.

"Aku akan menyusulnya", ucap Namjoon dan Seokjin yang mendengar segera menawarkan diri untuk membujuk Hoseok yang pergi dengan raut kecewa itu.

"Hati-hati, hyung!", ucap pria Kim dengan perasaan khawatir ingin ikut menyusul namun lengannya sudah terlebih dahulu ditahan oleh pria pucat yang sedari tadi diam dan memperhatikan perdebatan.

"Biarkan mereka, Tae", ucapnya singkat sebelum beralih menatap kedua adiknya disana.

Jimin dan Jungkook.

Disana Jimin hanya diam dengan tangan terkepal menahan kesal. Menatap Jungkook yang dadanya masih naik-turun. Perasaan menggebu tak kunjung hilang darinya.

"Yak. Jeon Jungkook kau—!"

"Hyung. Biar aku saja", potong Jimin cepat. Tubuhnya bahkan sudah menjadi tameng bagi Jungkook yang akan mendapat amukan dari Yoongi—pria pucat tadi.

Yoongi yang mendengar hanya bisa menatap Jimin dan Jungkook secara bergantian. Jika dipikir pun, mereka lebih dekat satu sama lain. Umur mereka yang tidak terpaut jauh lebih memungkinkan untuk memberi kata penenang yang membuka pikiran sebagai sesama teman.

Pada akhirnya Yoongi menghela nafas berat dan mengurungkan niat untuk marah. Dirinya lebih memilih untuk merangkul Taehyung yang seketika gagap dan hanya menurut saat dibawa keluar dari ruang latihan.

"Hyung— hyung. Kita akan kemana?", tanya Taehyung bingung. Sesekali ia akan mencuri pandang pada sahabat mungil kesayangannya di belakang sana.

"Kita akan bersenang-senang", sautnya asal membuat Taehyung exited dengan senyum merekah. Bahkan ia dengan spontan ikut merangkul hyung pucat nya yang terkenal galak.

Taehyung lupa akan hal itu.

Ia bahkan juga lupa dengan perdebatan yang terjadi beberapa menit lalu.

Perdebatan yang menyisakan Jungkook dan Jimin di ruang latihan bersama dalam diam. Jimin mengatur nafas nya sejenak sebelum kembali melangkah mendekati Jungkook yang masih enggan untuk menatapnya.

"Ikut aku", ucapnya.

Tidak ada perlawanan. Jungkook hanya mengikuti kaki mungil Jimin yang membawanya ke sebuah ruangan yang lebih kecil dan tertutup. Tak jauh dari ruang latihan mereka.

𝗢𝗻𝗲𝘀𝗵𝗼𝗼𝘁 𝗼𝗳 𝗞𝗠 [𝗡𝗖]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang