Pretty Boy

2.3K 119 40
                                    

Coretan pensil pada canvas menjadi fokus seorang pria mungil yang kini terduduk di atas kasurnya. Bersandar sembari mengingat wajah tampan milik sang kekasih yang mulai tergambar dengan jelas.

Perlahan ia menarik senyum. Sekedar mengingat wajah saja, hatinya sudah berbunga-bunga. Jemari lentiknya bergerak untuk memberikan tambahan arsiran yang menghidupkan. Ia benar-benar detail dalam mengerjakan.

Semua itu dilakukan dengan tujuan. Gambarannya hari ini begitu spesial karena menjadi salah satu hadiah yang ingin ia berikan kepada kekasihnya di anniversary mereka yang ke-5. Bahkan hingga sekarang pria mungil itu masih tidak percaya jika keduanya dapat menjalin kasih selama itu.

Sedari kuliah, hingga kini keduanya mulai fokus bekerja. Walau jarang bertemu tapi itu tidak menjadi penghalang bagi keduanya untuk tetap bermesra. Jarak bukanlah masalah. Ia masih bisa melakukan panggilan video, menonton bersama melalui aplikasi, bermain game mobile, hingga menceritakan keseharian masing-masing di malam hari.

Semua terasa begitu menyenangkan jika bersama kekasihnya, dalam keadaan apapun itu.

Lagi-lagi ia tersenyum. Kali ini dengan cekikan menggemaskan yang keluar dari bilah bibir plump-nya. Ia kembali fokus pada gambaran yang hampir jadi, hanya tinggal menambahkan beberapa arsiran yang menjadi bayangan sebelum tubuhnya berjengit kaget dengan gedoran berulang pada pintu.

Hal yang membuat pria mungil itu mengesah sedih setelah melihat coretan tak disengaja yang merusak gambarnya.

"Huhh...", jemari mungil itu mengusap canvas, "Taehyung jadi seperti memiliki luka gores di dahinya", ucapnya sedih dengan bibir yang bergerak maju. Begitu menyayangkan gambarannya yang tidak sesuai dengan ekspetasi itu.

Gedoran pintu yang kembali terdengar membuat pria mungil itu segera beranjak setelah meletakkan canvas dengan penuh kehati-hatian. Ia menyaut pelan sebagai balasan sebelum membuka pintu.

Menatap sahabat sekaligus teman serumahnya, Min Yoongi. Berkacak pinggang sebelum melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kau belum bersiap, Jimin?", pertanyaan membingungkan selama 10 detik sebelum yang ditanya melotot dan menutup mulut. Teringat dengan janjinya untuk mengantar sahabatnya itu bekerja hari ini.

Tanpa memberi jawaban, pria mungil itu lebih memilih untuk berbalik dan mengambil pakaian yang terlihat mata. Inginnya bertindak cepat sebelum suara sahabatnya itu menginterupsi,

"Jangan yang itu. Gunakan baju yang ku berikan semalam. Kau sudah mencobanya, kan?", pria Min itu berjalan masuk untuk duduk di atas kasur.

Memperhatikan Jimin yang kini mengerjap, "Kau ingin aku menggunakannya? kenapa? bukankah aku hanya mengantarmu?", bingung. Walau begitu dirinya tetap mengambil totebag berisi baju yang Yoongi maksud.

"Apa maksudmu mengantar? kau menggantikanku hari ini, Jimin"

Langkah kaki Jimin yang tadinya berniat untuk mendekat kini terhenti. Ia sedang memproses perkataan yang baru saja didengarnya itu, "Ya—ya? bagaimana mungkin aku—", Jimin mengayunkan tangannya di udara. Ia tertawa renyah sebelum melanjutkan jalan.

"Eiy, tidak mungkin aku menggantikanmu bekerja. Orang-orang pasti tau wajahmu, Yoon"

Jimin mencoba menangkap itu sebagai sebuah gurauan yang dilemparkan oleh sahabatnya.

"Itu tidak benar", Yoongi menjawab cuek. "Aku ada janji lain di waktu yang sama. Jadi kau, harus menggantikanku untuk bekerja", lanjutnya membuat Jimin menjatuhkan rahang.

"Kenapa aku—"

"Karena kau sahabatku"

Jimin menahan nafasnya. Kalimat keramat itu kembali keluar dari bibir pria Min yang kini melipatkan tangan di depan dada.

𝗢𝗻𝗲𝘀𝗵𝗼𝗼𝘁 𝗼𝗳 𝗞𝗠 [𝗡𝗖]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang