Pet

1.9K 93 25
                                    

Senandungan merdu yang keluar dari bibir plump bewarna merah alami itu menjadi suara yang menemani setiap langkah yang sedang dirajut. Sesekali matanya akan tertutup, menikmati alunan musik yang tersalur melalui headset yang sedang ia kenakan.

Kakinya melangkah di atas aspal yang terselimut air hujan. Hal yang membuat tangannya harus bekerja dua kali lipat untuk mengangkat tas berisi pewarna dan alat lukisnya.

Ia mengukir senyum ketika mendapati pagar hitam rumahnya yang sudah terlihat mata, dengan semangat ia kembali melangkah sebelum membeku ketika sebuah mobil melaju kencang di bahu jalan.

Hal yang membuat tubuh keringnya seketika menjadi basah akan cipratan air yang bukan main itu. Matanya tertutup erat dengan bibir yang mengulum dalam. Menahan rasa kesal untuk tidak mengumpat pengemudi mobil yang masih melaju, tidak merasa bersalah.

"Tenang, Jimin. Kau tidak boleh mengumpat", ucapnya pada diri sendiri. Sebuah senyuman dengan terpaksa ia ukir sebelum matanya menatap tas di dalam pelukan.

"Tidak bisa, yang satu ini harus kita maki karena membuat tas ku basah!!", ia mulai berteriak dan menyumpah serapahi mobil yang perlahan menghilang di tikungan jalan.

Hal yang membuat rasa amarah semakin membuncah dan menyelimuti hati pria mungil bernama Jimin itu.

Seharian ini ia sudah menjaga mood nya agar tidak buruk dan menurun— karena ia harus menyelesaikan project lukisnya nanti malam. Tapi, dalam sekejab mata semua itu dirusak oleh pengemudi mobil yang bahkan tidak ia kenal wujudnya!

Jimin melangkah kesal dengan kedua tangan yang masih memeluk tas. Ia memasuki perkarangan rumah setelah mendorong pelan pagar hitam rumahnya.

Gerutuan dengan berbagai macam umpatan masih keluar dari bilah bibirnya saat merogoh saku dan membuka pintu.

Rasanya ia ingin segera mandi dan meredakan kepalanya di bawah shower sebelum sebelah tangannya menutup mulut.

Hatinya yang semula dipenuhi dengan rasa kesal dan sedikit amarah segera meredah ketika melihat dua kucing peliharaannya yang sedang berguling lucu, menatap ke arahnya yang masih berdiri di depan pintu.

"Oh, betapa menggemaskan makhluk berbulu putih ini", Jimin menepikan tasnya. Ia beranjak cepat untuk memberikan sebuah usapan pada kucing putihnya sebelum suara ribut dari arah dapur menginterupsi.

Jimin mengerjap untuk kemudian tersenyum lebar. Ia merentangkan tangan untuk menyambut kucing besarnya yang berlari dan langsung menubruk tubuhnya hingga terjatuh.

"Astaga, Kookie. Kau semakin berat saja", komentar Jimin pada kucing yang masih mendusel dada dan mulai menjilati wajahnya.

"Tidak. Jangan lakukan itu, kucing pintar", Jimin mencoba untuk mengelak. "Wajahku tadi terkena cipratan— oh, astaga benar juga!", tubuhnya dengan susah payah terbangun untuk mendorong jauh kucing besar yang enggan melakukan hal yang sama sepertinya itu.

"Jangan mendekat, Kookie. Kau baru aku mandikan kemarin. Aku tidak mau kau menjadi bau dan kotor lagi", ingatnya. Jimin mencoba untuk berdiri, namun kucing besarnya yang tidak berhenti menyeruduk itu berhasil membuat tubuh Jimin kembali pada posisinya.

Terbaring dengan seekor kucing besar di atas tubuh.

"Baiklah, aku akan membiarkanmu", Jimin mengalah. Ia menatap Kookie sebelum melirik kedua kucingnya yang tak jauh. Alisnya sedikit menukik sebelum kedua tangannya bergerak untuk menangkup wajah Kookie.

"Kenapa Kitty dan Melody tidak pernah menyambutku sepertimu, Kookie?", Jimin bertanya bingung. Ia membiarkan lidah kucingnya itu menjilati telapak tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗢𝗻𝗲𝘀𝗵𝗼𝗼𝘁 𝗼𝗳 𝗞𝗠 [𝗡𝗖]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang