"Minee sangat gemuk." Saint sedang membelai bulu yang panjang itu.
Freen sedang membuat teh untuk tamunya kali ini, "Tidak, bulunya saja yang tebal."
Saint tersenyum, lalu mengelus lagi kucing yang tertidur di pangkuannya, "Aku juga memiliki kucing dulu, tapi tidak bertahan lama." Saint teringat dengan kucingnya Siren.
"Karena apa?" Freen meletakkan satu cangkir teh di meja, Freen hanya membuat satu.
Saint tersenyum atas teh itu, dia belum menyentuhnya, terlihat masih panas, "Sudah ajalnya, Freen." Kata Saint singkat.
Freen tidak terlalu mendengarkan, masalah ajal memang tidak perlu di pertanyakan. Freen menghubungi Nam dengan ponselnya, dia menunggu beberapa kali dering, "Nam, ada Saint di sini." Freen mendengar jawaban Nam, lalu menjawab, "Mm, baiklah." Panggilanpun ditutup.
Freen melihat kucingnya sangat nyaman di pangkuan Saint. Biasanya, Minee tidak bisa akrab dengan orang lain selain dirinya, bahkan dia tidak mau tidur di pangkuan Nam. Melihat situasi itu, dia merasa tersentuh. Lalu dia melihat Saint lagi, dan berkata, "Sepertinya Minee menyukaimu."
Saint tertawa, "Aku memang disukai banyak kucing, Freen." Minee tampak tidak terganggu dengan pergerakan Saint saat tertawa, dia masih saja tidur lelap.
Freen ikut tertawa, "Itu sedikit," Freen memikirkan kata-kata yang pas untuk menjawab kata-kata Saint, "Itu sedikit kasihan." Dia mengatakannya dengan tertawa.
Saint mengangguk, "Iya, aku harap disukai banyak orang." Kata Saint dengan bercanda.
Suasana kali ini sangat tenang, Saint berkunjung ke rumah Freen. Sebelumnya, Saint selalu menghampiri rumah Freen dulu baru ke pinggiran pulau. Dia berharap bisa duduk dan berbincang di tempat yang nyaman. Seperti hari ini. Tampaknnya Freen tidak kemana-mana, saat Saint menggedor pintunya, dia melihat Freen sedang bekerja dengan kacamata minus itu di kepalanya.
"Kamu tidak banyak bertanya tentang wanitaku." Kata Saint.
"Siapa? Becky?Wanitamu?" Freen menekankan bagian 'mu' pada Saint.
Saint tertawa dan berkata, "Biarkan aku bermimpi Freen, setidaknya hanya dalam pembicaraan kita." Saint ingin merasa memiliki Becca dalam waktu singkat, walaupun terdengar sangat menyedihkan, Freen mengikutinya saja.
"Kamu ingin aku bertanya apa?" Sebenarnya Freen tidak ingin banyak tau mengenai Becca, lalu dia bertanya dengan spontan, "Berapa umurnya? Sekolah? Warna favorit? Hobi? hmm, makanan kesukaan?" Freen hanya bertanya sesuai daftar biodata.
Saint menganggap serius pertanyaan Freen, berpikir sebentar, lalu dia menjawabnya dengan singkat, "20 tahun, Universitas Siam, Merah muda, Jalan-jalan dan Spageti." Lagi, Saint selalu jatuh dalam perangkap nama Becca. Dia selalu seperti ini jika berbicara tentang perempuan yang dia sebut wanitanya. Dia sudah tergila-gila, bisik Freen dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Butterfly - Freenbecky
FanfictionSaint adalah seorang yang mencintai Rebecca dalam diam, setelah mengetahui bahwa dia tidak memiliki kesempatan untuk itu, dia memberikan kesempatan hidup untuk Freen dengan mendonorkan jantungnya, tapi dengan beberapa syarat. Salah satunya membantu...